Perkataan Darren menghantui pikirannya. Natalie tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan cinta dengan Darren. Dia memang membutuhkan Darren dan merasa bahagia saat melakukan hubungan seks dengan pria itu. Dia juga merasa kesal ketika pria itu menghilang ataupun pergi kencan dengan pacarnya. Tapi apakah dia bisa mencintainya? Apakah dia bisa mencintai pria yang merupakan pacar sahabatnya?
Bukankah dia terlalu tamak?
"Apa yang kau pikirkan, Nat?" Lavy menepuk pundak Natalie yang berdiam diri menatap dinding kosong.
"Oh? Aku hanya sedang memikirkan makan malam" elak Natalie tersenyum canggung.
"Darren datang ke sini untuk menjemputku. Kau pasti lelah, ikutlah pulang bersama kami" ucap Lavy
"Hah? Iya" Astaga, betapa tidak tau malu dirinya. Sperma Darren bahkan masih membekas di selangkangannya tetapi dirinya dengan tidak tau malu berdiri di depan pacarnya bahkan menerima penawaran untuk pulang bersama.
"Kami akan pergi berkencan setelah itu. Kurasa akhir-akhir ini hubungan kami membaik karena Darren mulai sering mengalah" Lavy mengeluarkan kaca dan merapikan riasannya.
"Baguslah. Aku senang mendengarnya"
Aku tidak suka.
"Aku akan menyelesaikan scene terakhir lalu kita pulang bersama"
Lavy tiba-tiba memperhatikan Natalie cukup lama "Nat?"
"Hm? Ada apa?"
"Aku baru menyadarinya. Lehermu merah" Lavy menggunakan telunjuknya untuk menunjuk bagian leher Natalie, ia lalu memberikan kacanya pada Natalie.
Natalie membulatkan matanya melihat bulatan berwarna merah di lehernya. Dia kaget karena itu bukan gigitan serangga melainkan gigitan Darren. Kapan pria licik itu memberikannya kissmark?
"Kau one night stand semalam?" tanya Lavy
"Apanya? Ini hanya gigitan serangga" ujar Natalie melepaskan ikatan rambutnya dan menutupi tanda merah itu.
"Hei, kau tidak bisa membohongiku. Itu kissmark kan?" Lavy menggoda sahabatnya itu "Menyenangkan sekali"
"BUKAN"
"Aku akan pura-pura tidak tau jika kau merasa malu untuk menceritakannya"
Wajah Natalie memerah "Sana pergi syuting"
***
Darren membawa dua gelas kopi sembari menunggu. Ia berjalan cepat hingga tak sadar menyenggol seseorang."Maaf!" Darren menundukkan kepalanya lalu kembali berjalan
Pria yang ia tabrak terdiam sejenak, berusaha mengingat sesuatu "Rasanya aku pernah bertemu dengannya" gumam William.
"Di suatu tempat.. Oh? Bukankah pria itu kekasih Natalie?" William berbalik dan hendak memanggil pria itu namun terlambat "Hey--"
"Honey!" Seorang wanita terlebih dulu memanggil pria itu dengan riang, Lavy.
"Kau menunggu lama? Ayo pulang" Lavy mengecup bibir pria itu lalu mengaitkan tangannya di lengan sang pria. Di belakang mereka kemudian muncul Natalie yang berjalan pelan sembari menunduk.
William terdiam melihat adegan yang muncul di hadapannya. Otaknya berusaha memproses apa yang sedang terjadi. Apa yang terjadi? Pria itu memiliki dua pacar? Atau dia salah mengenali wajah? Atau pria itu punya kembaran? Tidak mungkin kan pria itu berselingkuh dengan sahabat pacarnya sendiri.. tidak mungkin kan?
Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?
***
"Maaf, Nat. Kau seharusnya pulang tapi malah terlibat dalam masalahku" Lavy berlari kecil menuju ke kamarnya dan mengambil beberapa barang "aku benar-benar lupa tentang acara pernikahan seniorku"Natalie melihat jam tangannya "tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri" ini bukan tentang dia yang terlambat pulang melainkan tentang dirinya yang terjebak di antara dua orang ini.
"Tidak, biarkan kami mengantarmu. Tunggu disini, aku akan selesai mandi dalam 20 menit lalu kita bisa pergi bersama" ujar Lavy
Darren melemparkan dirinya di atas sofa lalu mengangguk "Benar. Lagipula tempat pernikahan itu satu arah dengan apartmentmu" ujarnya
Natalie mengangguk patuh.
"Tunggu. Darimana kau tau lokasi apartment Natalie?" tanya Lavy penasaran
Natalie menatap pria itu dengan gugup, Darren menjawab dengan santai "aku pernah mengantarnya pulang dari bar"
Lavy mengangguk "oh benar! Kau kan selalu pergi ke bar dan mengadu pada Natalie" nadanya mengejek. Syukurlah Lavy tidak curiga sama sekali.
"Kalau begitu aku pergi mandi dulu. Kalian berdua anggap saja rumah sendiri dan jangan bertengkar!" Lavy melambaikan tangannya sembari naik ke lantai atas rumah mewahnya.
Sesaat setelah Lavy menghilang, Darren mendekatkan dirinya pada Natalie. Memeluk wanita itu dari samping sembari menciumi telinganya.
"Jangan.." gumam Natalie mendorong pelan pria itu
Darren mengernyitkan dahinya "kau tampak cemberut sedari tadi. Ada apa?"
"Tidak ada" ucap Natalie mamalingkan wajahnya
Darren tersenyum kecil "katakan saja"
"Apa kau lihat? Lavy tampak bahagia setelah hubungan kalian membaik"
"Iya. Sementara aku bahagia karena bersamamu" timpal Darren menangkup wajah wanita itu.
"Jika kau terus seperti ini.. aku.. aku tidak akan bisa mengendalikan diri lagi"
"Siapa yang menyuruhmu mengendalikan diri? Sejak awal kau tidak seharusnya mengendalikan diri"
Darren menarik Natalie mendekat dan mencium bibirnya. Pria itu melumatnya dan memainkan lidahnya di dalam mulut wanita itu. Tak lupa ia menggunakan kedua tangannya untuk meremas payudara kenyal milik sang wanita.
Natalie mendorong pelan tubuh Darren lalu berbisik "jangan disini..."
"Kenapa? Kita punya cukup waktu"
Natalie menggeleng dan meletakkan tangannya di depan bibir Darren "nanti.. setelah mengantar Lavy, kita kembali ke apartment"
Berselingkuh pun setidaknya harus memiliki etika, kan? Dia bukan orang gila yang memakan telur di kandang ayam.
Tapi Darren memang orang gila. Dokter hanya profesinya, dia tetaplah orang gila yang berselingkuh di rumah pacarnya. Pria itu melepas kancing kemeja atas Natalie tanpa menghiraukan wanita itu.
"Hey! Astaga-- ahhh" Natalie tak bisa menahannya, Darren langsung membenamkan diri dalam payudaranya. Pria itu menciumi payudaranya sembari memberikan kissmark.
Natalie menatapnya horror, pria itu sudah cukup mengotori lehernya hari ini "Darrennn bodohhh lepaskan!"
"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berkata jujur" ucap Darren, ia mengemut nipple milik Natalie.
"Astaga... gilaa.. bagaimana jika Lavy keluar--" ucapnya terbata-bata. Tangan pria itu kini menggerayangi vaginanya.
Jika terus berlanjut seperti ini, mereka berdua benar-benar akan melakukan sex di rumah Lavy.
Wajah Natalie memerah, ia memalingkan wajahnya "aku cemburu.."
Darren mulai menghentikan kegiatannya, Natalie melanjutkan perkataannya "aku kesal melihatnya menciummu"
"Aku kesal melihatnya menggandeng tanganmu, memelukmu... aku kesal, puas?"
"Aku pasti terlihat bodoh sekarang, padahal hanya selingkuhan.."
Darren diam namun senyum tipis terlukis di wajahnya. Tunggu, apa pria itu sedang tersipu malu?
"Aku kesal, kenapa kau tersenyum?"
"Karena kau menggemaskan"
"Aku senang karena kau berkata jujur" Darren menutup kembali kemeja wanita itu dan menariknya dalam sebuah pelukan.
Pria itu tersenyum sembari mengusap rambutnya, ia berkata "Apa kau tau? Cemburu adalah tanda awal dari rasa cinta"
"Jangan sembarang menyimpulkan" Natalie menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria itu. Wajahnya memerah.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Affair
RomanceWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa. Sangat diharapkan kebijakan para pembaca dalam memilih konten bacaan. Terima kasih. *** Natalie Reagan adalah seorang bartender yang bekerja di salah satu bar kota New...