Bagian 13

515 43 2
                                    

Bagian 13

 

                Byron mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar adiknya. Ia harus menemui Tristan, untuk melihat keadaannya. Setelah tadi ia membiarkan Alex menangis di pelukannya, dan Byron hanya bisa mengusap-usap bocah mungil itu. Byron tidak bisa memungkiri Alex telah mencuri hatinya. Bukan hanya karena wajahnya yang menyerupai Adeline, tapi kerapuhan tubuhnya dan perasaannya yang sensitif. Terlebih setelah melihat bocah tersebut menangis dan dengan dengan mudahnya jatuh ke pelukannya, orang yang baru dikenalnya, menandakan anak ini haus akan perhatian dan kasih sayang. Byron semakin tersentuh dengannya. Tapi Tristan adalah adiknya dan dia sangat menyayangi dia, terlebih setelah Adeline tidak ada.Perasaan Tristan yang harus lebih ia jaga, meski memang adiknya itu telah melakukan yang sedikit keterlaluan dengan ucapannya yang tajam. Iapun tidak menyukai ucapan Tristan, tapi ia mengerti kenapa adiknya melakukannya.

Dan di sinilah ia, berdiri di depan pintu kamar Tristan, mengetuk pintu. 

    “Tristan?” Byron mendekatinya perlahan.

Tristan bereaksi dengan mengusap air matanya. “Mau apa kesini? Urus saja anak cengeng itu ...”

Byron menarik nafas. “Papa belum mendengar sikapmu ini, Triste, dan lebih baik dia tidak mendengarnya.”

Tristan terkatup. Wajahnya semakin ditekuk berlipat-lipat.

Byron harus tersenyum melihatnya. Sudah lama sekali sejak ia terakhir mendengar Tristan merajuk seperti ini. Berapa umurnya sekarang, 13 tahun?  Sudah seharusnya Tristan meninggalkan masa-masa merajuk seperti ini.

    “Masih pantaskah kau merajuk seperti ini?” dengan suara halus.

    “Lalu pantaskah dia menjadi Edele?” balas Tristan tak mau kalah. “Anak yang nggak jelas asal-usulnya, nemu di jalan...penyakitan, cengeng pula!”

Byron menghela nafas. “Namanya Alex, dia dari Panti Asuhan St. Peter, dan ya, papa menemukannya di jalan dalam keadaan sakit. Tapi kita harus mengakui, dia yang membangkitkan semangat mama.”

    “Ya, karena dia mirip Edele. Coba kalau dia tidak mirip Edele.”

    “Tapi sebelumnya mama tidak tahu anak itu mirip Edele, bukan? Mama dengan sendirinya bangun dan masuk ke kamar Edele tanpa tahu anak itu mirip Edele, itu artinya ada sesuatu di antara mereka. Aku percaya anak itu datang untuk sesuatu.”

Tristan terbelalak tidak percaya dengan ucapan kakaknya yang tidak masuk akal.   

    “Anak itu bukan Edele, kak, dan dia nggak boleh jadi Edele. Kakak tidak sayang lagi pada Edele.”

Byron terkatup dengan tuduhan Tristan.

    “Kau jahat menuduhku seperti itu.”

    “Kalau kakak masih sayang Edele, kakak tidak akan mengizinkan anak itu menjadi Edele.”

    “Alasannya?”

    “Karena anak itu akan menggantikan sosok Edele. Edele tidak akan pernah tergantikan, kak,” Tristan dengan emosi.

Byron menghela nafas, “Sampai kapanpun Edele tidak akan pernah tergantikan. Tapi mama tidak begitu, Triste, kau harus bisa memahami kondisi mama. Mama hanya melihat Edele, mama hanya bercahaya saat ada Edele, dan saat Edele pergi, cahaya itupun redup,” Byron menahan nafas sebelum melanjutkannya, “Jujur, aku ingin ingin cahaya itu kembali....”

Beauty Love AdelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang