029 🍁

3.8K 67 17
                                    

"Semua orang pasti akan merasakan mati, entah itu orang tua atau pun yang masih muda."

--

Di rumah duka sudah banyak yang datang dari saudara maupun tetangga untuk mengucapkan doa dan bela sungkawa.

Di samping jenazah kembarannya, geo jelas terpuruk. Ia sedih. Perlakuan gio yang buruk kepadanya dulu akan senantiasa ia maafkan karena bagaimanapun gio adalah kembarannya, lahir didalam rahim yang sama. Sangat terlihat ia sedang tidak baik-baik saja.

"dek, gue kira kita akan besarin perusahaan ayah berdua. Tapi Allah berkendak lain lo lebih dulu dipanggil karena memang Allah lebih sayang sama lo. G-gue in syaa Allah ikhlas dek, semoga lo tenang disana ya gue disini berusaha buat nenangin bunda."

"Sayang, yang sabar ya. Kamu harus kuat jangan patah semangat."

Suara itu.

Suara yang sebagai penenang disaat orang lain membencinya.

"NENEK." tangis geo membuncah saat neneknya datang langsung ia menghampiri dan memeluk wanita tua yang sedang duduk dikursi roda itu.

"nek, hiks gio nek... gio udah gak ada."

"iya sayang, nenek juga sedih tapi ini sudah takdir dengan begini gio gak akan merasakan sakit lagi kan? kamu jangan terlarut ya ingat geo kan masih punya bunda, buatlah dia bahagia."

"Iya nek, aku juga lagi berusaha. Makasih nenek sudah datang, kalau nggak mungkin aku masih sedih dan terpuruk karena bentar lagi gio akan dikuburkan."

"iya udah ya, nenek mau ke kamar bunda kamu."

Geo mengangguk dan tersenyum. Ia sangat menyayangi neneknya. Tak lama terlihat di daun pintu rena dan dira datang sambil memandang sedih ke arah gio.

"GIO..."

"kenapa kamu tinggalkan aku gi, aku sayang sama kamu, aku gak rela kamu pergi, bangun gio." rena datang dan menangis tatkala melihat kekasihnya sudah terbaring kaku.

"Rena kamu harus kuat. Gio pasti udah tenang disana, udah gak merasakan sakit lagi. Kamu ikhlaskan aja ya."

"tapi dira, aku sayang sama gio kenapa saat hari terakhirnya aku gak ada disampingnya, padahal aku mau bilang sesuatu."

"kamu harus sabar, karena geo kembarannya aja pasti lebih sedih dari yang kita rasakan."

"tapi dir..."

"udah rena, mending kita bacakan doa buat gio ya." rena tak menjawab ia membuka buku Yasin dan mulai membacanya.

Dira melihat ke arah geo dengan wajah yang bersedih.

"Geo turut berduka cita atas meninggalnya gio."

"Iya ra, makasih udah datang kesini."

"Iya, bunda kemana? aku bawain sesuatu untuk bunda dan kamu sekalian mau ucapin bela sungkawa."

"ada dikamar masuk aja, disana juga udah ada nenek."

"aku kesana dulu ya."

Geo mengangguk lalu menatap kembarannya yang terbujur kaku itu, sebentar lagi gio akan dikuburkan setelah dishalatkan nanti.

"nak geo mari kita bawa almarhum untuk dishalatkan."

"iya pak."

Geo dan lainnya membantu jenazah gio masuk ke dalam keranda lalu dibawa ke masjid terdekat.

Vina yang sedang menabur bunga di kuburan anaknya itu mencoba menahan tangisannya, terlihat matanya sembab akibat menangis semalaman.

Sedangkan yang lainnya sudah pulang terkecuali geo dan teman-temannya.

Different Twins [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang