Kaki kecil itu melangkah tak tentu arah. Menjauh dari sesaknya Kerajaan dengan segala peraturannya. Makan, tidur, berjalan, bicara, bahkan bernafas rasanya seolah terbatas. Seorang bocah cilik yang hanya tahu bermain dipaksa untuk menuruti ketatnya peraturan Kerajaan.
“Kenapa aku tidak boleh main? Kenapa aku tidak boleh bergabung bersama Donghyuck dan Jaemin untuk mengambil mangga di kebun belakang?”
Anak itu merajuk, kesal dengan sang pengawal pribadi yang tidak memperbolehkannya ikut bergabung bermain bersama Donghyuck dan Jaemin, dua anak menteri Kerajaan berbeda jabatan. “Aku lelah berlatih pedang, belajar, hah.. Membosankan~”.
Langkahnya ia bawa tak tentu arah, hingga berhenti di sebuah danau tepat di hadapan nya kini. Ia memperhatikan sekitar danau tersebut hingga pandangannya terfokus pada satu titik. Seorang bocah laki-laki sedang tertawa lepas sambil bermain air di danau itu, tapi kemudian bocah laki-laki itu berbalik memandang ke arahnya, dan pandangan mereka bertemu. Senyum bocah itu merekah, matanya berbinar seolah tak membiarkan siapapun yang menatapnya melepaskan pandangan. Bagaikan magnet yang kuat, ia memberanikan diri mendekat pada bocah laki-laki yang tengah tersenyum manis itu. “Hei.. Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tidak takut akan ada yang membawa mu pergi? Kau bisa diculik para bandit, dan mereka akan menjualmu”
Bocah laki-laki itu mempoutkan bibirnya “Injun hanya bermain.. Baba bilang Injun boleh bermain asal tidak jauh dari jangkauan baba”
“Injun? Siapa Injun? Itu nama mu?”
“Eum,” bocah itu mengangguk lalu menunjuk dirinya sendiri “namanya Injun”
“Aku Jeno” Jeno tersenyum hingga matanya menyipit seperti bulan sabit. Bocah laki-laki yang mengaku bernama Injun itu terkekeh dan ikut tersenyum manis. Ia membawa jari mungilnya untuk menunjuk Jeno “Ini Jeno” kemudian mengulurkan telapak tangan kecilnya untuk bersalaman “Teman baru hehehe”
Jeno tercekat, menatap Injun di hadapannya. Teman? Ia memiliki teman diluar Istananya? Ia sangat bersemangat dan tidak ingin melewatkan hal ini. Langsung saja tangannya ikut terulur melingkupi tangan kecil dihadapannya. Tangan itu basah akibat bermain air tapi ia tetap mendekap erat telapak tangan itu “Teman” hidup...
“Pangeran!” tiba-tiba seruan keras memanggilnya, Jeno menoleh ke arah sumber suara tanpa melepas tangan teman kecilnya itu. Pengawal pribadinya Wong Yukhei mendekatinya dengan nafas tersenggal. “hah.. Pangeran, Istana sekarang sedang gaduh karena ulah mu, ayo pulang ibu mu akan marah” ucap pengawal pribadinya itu. “Boleh bawa Injun bersama? ” tanya Jeno. Ah iya pengawalnya itu tak menyadari ada makhluk kecil lainnya di sini “kau.. Bukan kah kau anak Huang Chanyeol?” Yukhei bertanya dengan mata menelisik. Ia berhasil membuat Injun takut untuk menjawabnya, Injun beringsut mundur ke belakang tubuh Jeno dengan tangan yang tak mau lepas menggengam Jeno. Ia mengangguk sambil menunduk untuk menjawab pertanyaan Yukhei.
“Huang Renjun.. Astaga, baba bilang jangan jauh-jauh kalau bermain kenapa kau tidak mendengarkan Injunie?” Chanyeol datang tergesa menyusul putra kecilnya, yang mana langsung membuat tiga manusia itu menoleh ke arahnya. Chanyeol terkejut melihat pangeran dan pengawal pribadinya bersama sang putra. Oh dan lihat itu mereka saling menggenggam. Renjun terlihat takut bersembunyi dibalik tubuh pangeran yang tetap saja akan terlihat oleh mata Chanyeol.
“Ah maaf, apa putraku berbuat salah kepadamu pangeran? Apa putraku nakal?”
“Kami teman baba... Namanya Jeno, bukan pangeran” ucap Renjun polos.
“Maafkan putraku ini pangeran dia masih belum paham”
“Kami tadinya akan bermain, dia tidak nakal paman” akhirnya Jeno bicara. “Hai Injunie, nanti kita bertemu lagi ya? Kita akan bermain, jangan lupakan aku Janji?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life
Fanfiction"Berjanjilah untuk bertemu lagi, berjanjilah untuk mencintaiku lagi di waktu yang tepat, berjanjilah untuk datang dan mencariku. Peluk aku tanpa bersembunyi, katakan cinta tanpa rasa takut. Ayo berbahagia di kehidupan selanjutnya." ucap Renjun salin...