“Renjun hei, tatap aku..”
Seseorang yang sebelumnya memeluk Renjun kini menangkup wajahnya, dan pandangan mereka bertemu. Renjun membelalakan matanya, ia meraba wajah seseorang yang kini berada di hadapannya. Renjun beralih menatap sang ayah yang hanya diam tak mengeluarkan sepatah katapun.
“Aku di sini sayang... Aku tak kemana-mana”
Suara itu, ia yakin ini bukan mimpi. Jeno berada di hadapannya, dan orang yang barusan memeluknya adalah orang yang ia tangisi. Jeno dengan wajah berantakan, dan luka kecil pada pelipisnya.
Renjun perlahan meraba luka itu, apa ini halusinasi? Apa ia mulai gila?
“J-jeno?”
Jeno mengangguk mengusap air mata yang ada di pipi si manis. Dikecupnya lembut bibir sang istri untuk membuktikan bahwa dirinya nyata.
“Aku di sini sayang, aku selamat.. Baba datang mengkhawatirkan mu karena melihatmu menangis di berita televisi”
Dengan tak sabarnya Renjun kembali memeluk suaminya erat. Tangis Renjun lagi-lagi menguar di sana, ia pikir tak akan pernah bisa lagi bertemu dengan Jeno. Harapannya sudah hancur apalagi setelah melihat kobaran api yang begitu besar.
“A-aku mencintaimu Jeno.. Jangan tinggalkan aku” ucap Renjun di sela tangisnya. “Aku sungguh mencintaimu”
Jeno ikut berurai air mata kala mendengar pengakuan cinta dari pujaan hatinya. Pelukan semakin dieratkan, kecupan-kecupan lembut Jeno bubuhkan pada pelipis si cantik dunianya. Renjun pasti sangat terluka, istrinya sangat tersiksa melihat peristiwa yang terjadi.
Yuta yang paham akan situasi memilih keluar dari bangsal untuk semantara, dan menyisakan tempat untuk pasangan muda tersebut. Putranya pasti sangat terkejut dengan kejadian tadi.
Sedari tadi Renjun menangis ia bingung harus berbuat apa, pasalnya manusia yang ditangisi sang putra pada kenyataannya masih hidup. Ia ingin menjelaskan tapi Renjun bahkan terus menangis, dan meracau.
Yuta bertemu dengan Jeno saat Jeno tengah diobati. Yuta bicara pada menantunya itu bahwa ia melihat Renjun menangis meraung yang tak sengaja tersorot oleh kamera salah satu pembawa acara berita siang di televisi. Mendengar kabar itu, Jeno bersama dengan Yuta bergegas mencari keberadaan Renjun.
Merasakan hal yang tak asing, Jeno kembali melihat dirinya sendiri dengan balutan pakaian kerajaan kuno seperti yang pernah ia lihat di hari pernikahannya dengan Renjun lima bulan lalu.
Lagi-lagi dirinya dari sisi yang itu, menggenggam erat lengan submisive cantik yang tak lain dan tak bukan adalah Renjun.
Jeno merasa seperti ada di dua dimensi yang berbeda. Mereka tampak tersenyum pada Jeno sebelum akhirnya perlahan menghilang tanpa jejak. Jeno mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat nya dan Renjun berada. Nihil, ia tak menemukan apapun. Dirinya yang lain benar-benar sudah menghilang tak terlihat lagi di sana.
“J-jangan tinggalkan a-ku lagi Jeno”
Ucapan Renjun seketika menyadarkan Jeno yang sempat hilang fokus. Pria bermata bulan sabit itu lantas menangkup pipi gembil yang memerah milik sang istri kemudian berkata “Bagaimana bisa aku meninggalkan duniaku Renjun? Kau adalah poros ku, tempat tinggal ku, kau duniaku sayang”
Setelahnya dua netra kembali bertemu, dan bibir menyatu dalam pagutan mesra yang penuh rasa cinta. Saling menggambarkan perasaan masing-masing, ciuman itu begitu lembut tanpa nafsu. Hanya ada kasih dan sayang di dalamnya.
Baik Jeno maupun Renjun sama-sama mengutarakan isi hatinya lewat ciuman itu. Renjun biarkan Jeno menyelaminya lebih dalam, hingga dirasa pasokan oksigen yang menipis, ia baru memberikan sinyalnya pada Jeno untuk berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life
Fanfiction"Berjanjilah untuk bertemu lagi, berjanjilah untuk mencintaiku lagi di waktu yang tepat, berjanjilah untuk datang dan mencariku. Peluk aku tanpa bersembunyi, katakan cinta tanpa rasa takut. Ayo berbahagia di kehidupan selanjutnya." ucap Renjun salin...