Mentari sudah menghilang berganti dengan terangnya bulan. Langit malam kini dihiasi gemerlap bintang, dan diiringi semilir angin yang berhembus tenang. Seorang pria terlihat berada di tengah ruangan bercahaya remang, ditemani dengan sebuah buku di genggamannya. Ia nampak sangat serius membaca setiap kalimat yang tertera di dalam buku itu.
Mata tajam nya menelisik setiap kata perkata yang tertulis, sekaligus memasukannya ke dalam ingatan. Buku yang berisi mengenai berbagai peraturan, tata krama, serta beberapa hal penting lainnya yang wajib dipelajari oleh bangsawan di Kerajaan Eginhard ini.
Setelah dirasa cukup memahami isi dalam buku tersebut, pria itu menutup bukunya sembari meregangkan otot-otot kaku yang ia gunakan untuk duduk berjam-jam lamanya sembari membaca buku. “Argh.. Punggungku rasanya pegal sekali” sesekali ia menepuk punggung dan pundaknya yang berat juga meregangkan otot lehernya.
Mark Lee yang merupakan sepupu dari putra mahkota itu, telah selesai dengan kegiatannya mempelajari mengenai tata tertib yang ada di Kerajaan besar ini. Seorang Putra Menteri tertinggi Kerajaan yang digadang-gadang akan menjadi penerus ayahnya. “Pantas Jeno sering mengeluh saat ia belajar dulu” ucapnya sembari membereskan buku yang ia baca sebelumnya.
Ia berjalan mengitari beberapa rak dan hendak menyimpan buku yang telah ia selesaikan tapi ketika ia mengedarkan pandangan ada satu buku yang menarik perhatiannya. Buku itu terlihat bersampul maroon, bertuliskan “Perjanjian dan Peraturan” Mark mulai berpikir apa ia melewatkan satu buku lagi yang belum ia baca. Buku yang terletak di paling ujung dengan rak paling tinggi di atas itu, terlihat berbeda dari buku lainnya mengenai kerajaan ini. Sampulnya juga sudah usang dan terlihat seperti buku yang sudah tua.
Mark mendekati rak itu dan menaiki tangga khusus perpustakaan kerajaan untuk menggapai buku itu. Setelah berhasil mendapatkan buku itu, ia segera turun untuk memeriksa isi bukunya. “Sudah ku duga ini buku lama, jika iya seharusnya isinya sama dengan buku yang aku baca tadi. Kerajaan ini bahkan tidak pernah mengubah peraturan sedari dulu bukan? ”
Buku itu terlihat lebih tebal dari buku yang baru saja ia baca “apa aku melewatkan beberapa bagian yang belum aku baca? Ah.. Mungkin saja ada beberapa hal yang aku lewatkan, aku akan membawanya bersama ku”. Mark keluar ruangan dengan menenteng buku itu.
Sedangkan di tempat lain. Dua orang terlihat terburu-buru menuju arah perpustakaan. “sudah ku bilang untuk tidak ceroboh saat membereskan buku-buku itu bodoh! Di mana otak mu?” terlihat salah satu pengawal berjalan tergesa sambil memarahi pelayan muda di sampingnya
“Maaf tuan tapi buku itu terlihat sama, aku pikir ada baiknya jika di simpan di sana karena orang akan mudah memahami tentang kerajaan kita”
“Itu bukan buku sembarangan! Raja Donghae melarang buku itu ada di Istana sudah sejak bertahun-tahun lamanya, aku sudah memperingatkannya kepadamu”
“M-ma maafkan saya tuan.. ”
“Tunjukan di mana kau menyimpannya! Dan ambil segera buku itu, atau kita akan mati”
Mereka tergesa memasuki ruangan perpustakaan kerajaan. Pelayan muda itu mencari ke tempat di mana ia menata buku yang tadi ia bawa dari gudang bawah tanah kerajaan.
“DI MANA BUKUNYA?!”
Pelayan muda itu segera bersimpuh, dan menunduk dalam “t-tuan saya.. Saya yakin menyimpannya di sini tapi buku itu tidak ada... ” dengan suara yang bergetar ketakutan. Pelayan itu menjelaskan bahwa buku yang ia cari menghilang.
Si pengawal langsung menarik kerah baju pelayan itu, ia mencengkram kedua sisi kerahnya, menatap nyalang dengan amarah yang menggebu. “KAU GILA? BAGAIMANA BISA KAU SETELEDOR ITU BODOH?! APA YANG AKAN KAU KATAKAN PADA YANG MULIA?! ”
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life
Fanfiction"Berjanjilah untuk bertemu lagi, berjanjilah untuk mencintaiku lagi di waktu yang tepat, berjanjilah untuk datang dan mencariku. Peluk aku tanpa bersembunyi, katakan cinta tanpa rasa takut. Ayo berbahagia di kehidupan selanjutnya." ucap Renjun salin...