1. First Time?

289 19 0
                                    

Sebuah mobil Hitam BMW X7 tengah membelah kedamaian jalan malam ini, seorang gadis cantik tengah asik menikmati perjalanan dengan ditemani lagu yang sesekali ia lantunkan.

"Tuhan maafkan diri ini Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya Namun apalah daya ini Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia" Yessica Tamara Gracio atau di sapa Chika berkaraoke ria sambil membelokkan mobilnya untuk mengisi bahan bakar mobil ynag ia kendarain dan membeli sedikit disupermaket gas station ini. Chika menekan tombol untuk membuka tangki bensin mobilnya, lalu turun dan membayar di kasir supermaeket tersebut dan tak lupa ia membeli snacks yang di inginkan.

Setelah selesai, Chika membawa satu paper bag bewarna coklat dan menaruhnya dibangku penumpang mobil. sambil menunggu tangki mobilnya terisi Chika mengamati kukunya dan sesekali mengamati sekelilingnya. tak lama kemudian, ia mendengar suatu hantaman yang terdengar begitu keras dari arah belakang.

Sebuah bunyi 'cetek' menandakan bahwa mobilnya telah selesai terisi bahan bakar sebanyak yang ia minta. Chika langsung mengambil selang minyak tersebut dan segera menutup tangki mobilnya.

Chika berlari kearah sumber suara hantaman terdengar. ia mengamati sebuah mobil yang berlalu kencang dan sedikit berkelok kelok.

"woy Berhenti!" teriak Chika. namun sayang suaranya hanya bisa ia dengar seorang diri. Ia berlalu mendekati seorang yang tengah tergeletak dengan dipenuhi darah.

"aduh mana nggak kuat lagi bawanya"Chika mencoba menggendong lelaki tersebut. Chika masih terus berusaha untuk menggendongnya tapi nihil. gadis itu mengambil inisiatif untuk langsung menghubungi sebuah ambulance. saat ia sedang menelfon, sebuah mobil berhenti tepat didepannya. seseorang turun dari dalam mobil dam membuat Chika mengurungi niatnya untuk menelfon ambulance.

"cepat bawa dia kerumah sakit" titah seseorang yang menghampirinya.

                                                                       ****

Disebuah ruangan seorang pria tampan, tengah merkelut dengan banyak lembar lembar bertinta sejak pagi tadi. ia mulai merasa lelah dan kantuk mulai menyerangnya. Vion Fadrin Putra Chaesara menhgubungi supir pribadinya untuk segera menjemputnya. ia kembali membereskan meja kerjanya dan bergegas siap untu pulang kerumahnya. Tak lama  kemudian sebuah mobil terparkir sempurna di dalam lobby kantor miliknya. ia dia CEO perusahaan ternama di negeri ini.

Vion langsung masuk kedalam mobil BMW 8 Series miliknya dan meminta kepada supirnya agar langsung pulang kerumahnya.

Dalam perjalanan, Vion mengusap kasar wajahnya karena urusan kantor yang tak akan mungkin pernah selesai. Vion mengaktifkan Smartphone miliknya yang langsung diserbu 15 missed call dari Mira-pacarnya.

Vion mengabaikan missed call dari Mira dan kemudian masuk notifikasi dari sang mama. Vion tak perlu waktu lama untuk membalas pesan sang mama dan mengatakan bahwa ia sudah dalam perjalanan pulang kerumah.

Seusai me-reply hal yang penting, Vion kembali menon-aktifkan SmartPhon miliknya. Vion menatam keadaan malam dari jendela mobilnya. ia melihat seorang perempuan yang sedang membantu seseorang untuk digendognya dan menampakkan wajah lelaki yang akan digendongnya sedah berlumuran darah.

"pak tolong minggir sebentat. Sepertinya ada yang kecelakaan" pinta Vion dan membuka auto-lock mobilnya.

"tapi den, ini sudah larut malam. Jangan terlalu mempercayai adegan seperti itu. kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi den Vion" cegah pak Soleh supirnya

"tapi ini darurat pak. saya yakin semua akan baik baik saja pak, tolong berhenti pak. Kalau gitu,  pak Soleh ikut turun temani saya. Bagaimana?" tawar Vion yang akhirnya mendapat anggukan dari pak soleh

Vion, laki-laki  itu menggulung lengan kemejanya ketika ia turun dari mobil. Vion mendekat kearah mereka, "cepat bawa dia kerumah sakit"

Perempuan tersebut mendongakkan kepalanya, "bantuin. Aku dari tadi gak sanggup untuk gendongnya"

"siapa yang suruh gendong? kenapa gk panggil ambulance?"

Perempuan tersebun mendengus sebal, "bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Sekarang bantu aku untuk membawa korban ini kemobil ku dan aku akan membawanya kerumah sakit tempat aku bekerja"

Vion langsung mengangguk dan menggendong lelaki tersebut ke mobil perempuan itu, yang di ikuti perempuan tersebut.

"biar aku saja yang bawa. Terima kasih sudah membantu" Chika berjalan ke bangku kemudi tapi, lelaki tersebut lebih dulu masuk ke bangku kemudi.

"cepat masuk. aku tidak akan pernah membiarkan perempuan sendirian, mengurus hal semacam ini. ini sudah larut malam Nona."

****

"maaf kamu siapa?" tanya chika ketika iya sedang memangku korban lelaki tersebut sambil menutup lukanya agar darahnya tidak terus menerus bercucuran

Vion masih tetap fokus menyetir tanpa memerdulikan pertannyaan chika. Chika yang merasa diabaikan berdehem sebagai kode.

"nona,berhentilah berisik. biarkan aku fokus menyetir."

Chika hanya bisa duduk diam dibangku penumpang belakang, dan sesekali melihat ke arah korban tersebut. "memagnya kau tau, dimana rumah sakit yang ku maksud?"

Vion menatapnya dari kaca spion tengah "enggak"

Chika memutar bola matanya malas, "kalau kau tidak tau, seenggaknya kau bertanya tuan."

"katakan cepat"

"baiklah, rumah sakit Bunga Harapan, yang paling dekat dari sini" ucah Chika yang diangguki oleh Vio

Tak butuh waktu lama, Vion memberhentikan mobil Chika tepat di loby rumah sakit, tempat Chika bekerja. Vion keluar dan langsung berteriak memanggil suster dan menyuruh suster tersebut untuk membawa sebuah brankar.

Tak lama kemudian, tiga suster dengan membawa sebuah brankar datang dan langsung membawa korban tersebut menuju Instalasi Gawat Darurat.

Chika langsung kembali kemobilnya dan mengambil jas kedokteranya lalu memakainya. Vion yang melihatnya hanya bisa menatap bingung.

"nona kau yang akan memeriksanya?" Chika langsung mengangguk

"jangan banyak tanya, kalau lapar tadi aku beli jajanan kau bisa ambil. tapi itu kalau kau mau sih, kalau tidak iya gk papa" Ucap Chika dan berlari pergi, namun kemudian kembali menghampiri vion. "btw,makasih udah bantuin" dan setelahnya ia berlari pergi meninggalkan vion.

Vion hanya bisa menatap kunci mobil yang ia pegang, "terus ini kuncinya mau diapain, mau di gadein?" Vion mengusap wajahnya kasar dan memilih untuk memarkirkan mobil tersebut sitempat VIP dan masuk kedalam rumah sakit untuk menunggu kabar dari korban tersebut.

Vion mengambil SmartPhone miliknya dan mengaktifkan kembali untuk menghubungi pak Soleh, bahwa dia sekarang ada dirumah sakit dan memerintahkan agar pak soleh pulang kerumah terlebih dahulu.

****

Hallo semu :) perkenalkan ini cerita pertama aku. ini cerita pertama tentang vikuy yang aku buat, ea alasannya klasik karna rindu vikuy mungkin?

oh iya, maaf kalau kesan pertama ini kurang bagus dipahami, yah atau bisa jadi tambah gak jelsa ceritanya, dan bwt gk nyaman kalian. kalau teman teman ada saran atau kritik yuk sini author terima dengan senang hati hehehe. biar sekalian belajar juga kan :).




Nice To Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang