"Anna!!"
Agatha dan Vero panik, apakah Anna mendengar semua yang diucapkan Vero? Lalu kenapa dia hanya bersembunyi dan memilih untuk mendengarkan baik-baik?
Saat Agatha ingin berlari mengikuti Anna, Vero mencekal tangannya.
"Udah, biarin dulu. Dia cuma butuh waktu untuk sendiri,""Lo seenaknya ya kalo ngomong?! Dia itu sahabat kita, sahabat gue!!" bentak Agatha.
Agatha mencari Anna di setiap penjuru sekolah, dan akhirnya ia menemukan Anna yang sedang duduk di taman sambil menangis.
"Anna.. Maaf ya Na? Tapi gue udah ga suka sama Vero, serius deh. Gue kan sekarang udah ada Bintang." Agatha berusaha menenangkan Anna.
Bukannya semakin tenang, justru Anna semakin menangis kencang. Sakit, itu yang dirasa Anna. Kenapa dirinya baru menyadari bahwa Agatha dulu pun suka kepada Vero? Jika Agatha jujur, mungkin Anna yang akan mundur.
"Kenapa lo ga jujur sama gue, kalo lo dulu suka sama Vero? Seharusnya lo jujur ke gue, gue yang akan mundur. Pasti lo ngerasa sakit banget kan Tha?"
Agatha tersenyum lembut, "Gue cuma ga mau persabahatan kita rusak karena cinta, jadi gue ngalah buat lo. Toh, gue juga ada Bintang yang selama ini bantu gue buat move on."
Mendengar jawaban dari Agatha membuat Anna semakin merasa bersalah sempat cemburu juga kepada Agatha, ia langsung memeluk Agatha.
Namun, setelah mengetahui faktanya bahwa Vero sayang kepada wanita lain, terlebih sahabatnya sendiri. Itu membuat hati Anna menjadi sangat sakit.
"Udah ah, kita fokus ujian dulu ya? Jangan mikir yang lain dulu," ujar Agatha.
Sedikit lega perasaan Agatha, setidaknya Anna tak menyalahkan dirinya. Agatha tak mau hubungannya dengan Anna rusak.
^^^
Kini Agatha berada di rooftop sekolahan, hanya seorang diri. Ia sedang mengendalikan emosinya, masih terekam jelas ucapan Vero beberapa menit lalu.
Meskipun sejujurnya Agatha belum sepenuhnya move on, tetapi ia tidak mau memanfaatkan situasi seperti ini. Toh gadis itu sudah membuka hatinya untuk Bintang.
"Kenapa di sini sendirian hm?" tanya Bintang yang tiba-tiba ada di sana.
Agatha terkejut, mengapa Bintang bisa tahu bahwa dirinya di sini? Bukankah tempat ini jarang dikunjungi siapapun.
"Kok kamu tau kalo aku di sini?" heran Agatha.
Bintang berjalan mendekatinya, dan memegang kedua bahu wanitanya. Lelaki ini tahu apa yang sedang menimpa kekasihnya.
"Jangan dipikirin ya masalah tadi, kamu udah ada aku. Aku bakal berusaha buat kamu jauh lebih bahagia, dan ngelupain dia."
Wanita yang ada dihadapan Bintang pun segera berhambur memeluknya, mencari ketenangan dalam pelukannya. Entah sejak kapan, namun pelukan Bintang adalah tempat ternyamannya saat ini.
Sebagai kekasih yang peka, Bintang mengusap kepala kekasihnya, membalas pelukan kekasihnya, dan sesekali menghapus air matanya.
"Thanks Bin. Aku beruntung memiliki kamu, maaf aku belum bisa sepenuhnya melupakan Vero."
Agatha melepas pelukannya, dan menggenggam kedua tangan Bintang.
"Tetap bantu aku buat ngelupain dia ya? Jangan nyerah! Aku udah buka hati buat kamu,"Bukannya membalas perkataan dan permintaan Agatha, lelaki ini justru mengikis jarak tepat di depan Agatha.
Deru nafas keduanya dapat mereka rasakan. Jantung Agatha menjadi berdetak lebih kencang, tak seperti biasanya. Ia lebih memilih untuk menutup matanya.Apa yang Bintang lakukan? Kenapa sedari tadi ia tetap diam? Eh tunggu, lalu apa yang Agatha inginkan?
Agatha masih bergelut dengan pikirannya sendiri, dan berusaha mengontrol dirinya agar stay calm. Entah dia yang kebanyakan menonton drakor atau memang Bintang yang jago bikin pikiran orang traveling.
Bintang tersenyum jahil, "Kenapa tutup mata gitu? Ngarep aku cium ya?!"
Sontak Agatha langsung membuka matanya dan mendelik, salahkan Agatha juga kenapa dia harus tutup mata.
"Iiih nggak ya!"
Bintang terkekeh, "Udah yuk turun, kita jalan-jalan dulu sebelum pulang." ucap lelaki itu seraya mengacak-acak rambutnya lalu merangkulnya.
Sedikit tak enak hati jika ia menerima tawaran Bintang, hubungan sahabatnya saja sedang tidak baik, mana mungkin dia pergi dan malah bersenang-senang?
"Jangan sekarang ya Bin, kasihan sahabatku lagi ada masalah. Aku mau mereka baikan dulu Bin."
Bintang mengangguk setuju, ia juga sedikit tak enak jika harus berbahagia di atas penderitaan sahabatnya.
Tiba-tiba Bintang memiliki ide, "Gimana kalo kita habis ujian jalan-jalan berempat?"
Agatha menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, "Mereka ga bakal mau, tau sendiri kan keras kepalanya mereka?"
"Ya udah nanti kita pikirkan lagi caranya ya,"
Agatha hanya mengangguk, setelah itu Agatha menatap Bintang sungguh-sungguh, terlihat dari caranya memandang, ada yang ingin gadis itu katakan, namun Agatha belum memiliki keberanian.
"Bin, kalo misal aku pergi lama banget, kamu mau nunggu aku nggak?" tanya Agatha.
Bintang mengernyitkan dahinya, "Kenapa kok bilang gitu? Kamu mau pergi ninggalin aku?"
Agatha hanya tersenyum hangat dan kemudian menggenggam tangan Bintang. "Gue cuma nanya doank Bin-bin sayang, jawab donk!"
"Ya tergantung,"
Agatha mengernyit, "Tergantung gimana Bin?"
Kini Bintang mulai menatap gadisnya serius, "Tergantung kamu perginya karena apa. Kalo kamu pergi untuk bersama orang lain, aku ga mungkin nunggu, 'kan?"
Tawa Agatha pecah begitu saja, lucu sekali kekasihnya ini. Mana mungkin Agatha akan pergi untuk bersama orang lain, jika pun akan bersama orang lain, ia tak mungkin berkata kepada Bintang.
"Aneh-aneh aja kamu Bin, udah ah ayo ke kelas aku."
Haiii aku kembali wkwk
Alhamdulillah banget nih bisa up lagi.
Maap yak up nya lama banget:(Jangan lupa votement gaiss❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
Teen FictionSlow update🙌 Udah pernah cinta sama sahabat sendiri belom? Sedangkan dia juga udah punya pacar, dan ternyata pacarnya itu juga sahabat kalian. Nahh itu yang dirasa Agatha, bagaimana bisa dia terjebak perasaan seperti ini? Sangat rumit. Akankah Agat...