0 0

163 11 3
                                    

'Hah... hah... hah... K-kenapa? Kenapa tidak bisa?'

Nafasnya masih memburu sedang nyeri tak wajar pada kaki kanannya mulai terasa.

'Ayo! Kumohon!?'

Batinnya sekali lagi bersih keras untuk bangkit. Ya, tubuhnya masih tersungkur diatas gelanggang es setelah ia terjatuh ketika pendaratannya tidak sempurna beberapa saat yang lalu.

Musik yang mengiringi penampilannya sudah berhenti sesaat setelah ia terjatuh dan masih bersusah payah untuk berdiri. Keringat dingin mulai menetes lebih banyak dari sebelumnya, rasa khawatir menggerogoti hatinya karena kakinya benar-benar tidak bisa membuatnya berdiri lagi.

Beberapa orang terlihat mendekatinya, tidak seperti biasanya. Kakinya terasa semakin sakit bahkan tidak bergeser dari tempatnya, tiga orang dengan rompi tim medis sudah mengerubunginya dan menanyakan perihal keadaannya.

Tanpa sadar, air mata menetes menuruni pipi mulus gadis yang akan menginjak usia 12 tahun dua bulan lagi. Para penonton di Saitama Super Arena menatapnya dengan sorot kekhawatiran, karena mereka dengan mata kepala sendiri menyaksikan bagaimana tubuh itu terbanting keras ke atas es.

"AKHH..."

Ringisnya ketika seorang tim medis wanita mencoba menggeser kakinya tepat pada bagian yang sakit. Rasanya ia ingin menjerit ketika wanita itu dengan perlahan menggulir betisnya, ia juga masih heran dengan pergelangan kakinya yang kuyu namun begitu sakit sekaligus terkejut melihat ada guratan merah disepanjang betisnya.

Brankar medis mendekati kerumunan dan dengan hati-hati seorang pria mengangkat tubuhnya dan meletakkannya di brankar. Brankar yang ia tumpangi mulai berjalan mendekati pinggiran gelanggang, terlihat bahwa langgit-langit arena yang penuh dengan gemerlap lampu mulai menjauh dari pandangannya.

Jajaran bendera dari negara-negara peserta dan bendera dengan lambang federasi skating internasional sekaligus federasi skating nasional menggantung rapih diatas sana, menandakan bahwa ia hampir keluar dari gelanggang es.

Sosok lain masuk ke pengelihatannya, pelatihnya menggosok pundaknya pelan setelah menengok kondisi kaki kanannya. Tak perlu dijelaskan ia sudah mengerti, ketika pandangan khawatir pelatihnya yang berusaha menenangkannya dimana sekarang kakinya dalam masalah yang serius.

Matanya kembali memanas ketika ia merasa brankar yang ia tumpangi bukan ke ruang medis lagi melainkan keluar gedung arena. Ini semakin membuatnya yakin bahwa ia akan dibawa menuju rumah sakit dan benar saja.

Seseorang datang dan mengatakan bahwa ambulance sudah siap. Ia hancur, kenyataan bahwa kesalahan kali ini membuatnya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena kakinya praktis cedera.

'Harusnya aku tidak melakukannya... Aku sudah tahu lompatannya tidak akan berhasil tadi... Aku benar-benar ceroboh!'

Rutuknya atas semua kecerobohan yang ia lakukan, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan kekesalannya. Belum habis rasa sedih, kesal yang tercampur aduk, ia harus mendengar hasil diagnosis dokter yang lebih menghancurkannya. 

Cedera ganda fatal.

Dengan pergelangan kaki patah dengan tendonnya mengalami ketegangan dan fraktur tibia yang patah secara spiral, itu sebabnya ia dapat dengan jelas melihat guratan merah memanjang disepannjang betisnya.

Satu kesalahan membuat bencana ini datang seperti menyerbunya. Seruan yang mengatakan ia benar-benar kalah terdengar riuh di otaknya. Baru kali ini ia merasa ingin menyerah, tapi sisi hatinya yang lain masih berjuang dengan setitik cahaya redup harapan bahwa ia bisa kembali berseluncur dalam waktu dekat.

Setidaknya ia akan memperebutkan tempat untuk tim olimpiade pemuda di kejuaraan nasional. Namun semesta benar-benar menghukumnya kali ini.

"Anda tidak bisa berseluncur untuk waktu dekat ini, Nona. Butuh setidaknya enam bulan sampai satu tahun untuk memulihkan beberapa cedera anda dan saya sarankan anda mengikuti prosedur pengobatan dan tidak memaksakan diri untuk terus berseluncur atau sesuatu yang lebih buruk bisa terjadi."

Selama itu? Ia tidak punya waktu untuk diam selama itu.

"Ta-tapi kompetisinya-"

"Ini untuk kebaikan anda nona. Anda masih sangat muda untuk mengalami cedera yang lebih buruk yang bisa bertahan seumur hidup. Saya tidak sedang menakut-nakuti anda tapi, tolong! Pertimbangkan lagi dan berfokus penuh pada pengobatan dan terapi untuk kesembuhan serta karir anda selanjutnya nona."

Ucap dokter itu dengan penuh pengertian dan kata-kata yang biasa ia pakai untuk berdebat hilang setelah tersangkut di tenggorokannya. Matanya memanas, mulai tergenang oleh air mata lagi. Ia sudah kalah.

Setitik harapan yang tadi ia pegang erat-erat sudah ikut menghilang. Semuanya sudah berakhir, apalagi? Tidak ada kejuaraan nasional dan yang pasti, tidak akan ada olimpiade pemuda untuknya. 

Tangisnya pecah dengan suara parau menghancurkan hati siapapun yang mendengarnya, pelatihnya pun tidak bisa berbuat banyak. Dokter pun sudah memberikan saran untuk kesembuhannya.

Ia mendengar beberapa kata-kata penenang dan semangat yang dibisikkan pelatihnya, tapi hanya tangisannya lah yang menjawab ucapan-ucapan itu.

Tatapannya yang masih kabur oleh genangan air mata baru tertuju pada kakinya yang dibalut gips keras. Pada akhirnya ia sudah mengira bahwa hal ini akan terjadi, hanya saja ini terlalu tiba-tiba dan ia belum siap dengan ini semua.

Jika hal ini tidak terjadi, ia hanya butuh untuk mengistirahatkan diri saja dan melewatkan seri Grand Prix. Lalu ia akan mengikuti kejuaraan nasional dan mengamankan posisi untuk tim olimpiade. Namun, ia sudah mengacaukan semuanya.

Dia Shirabu Kenjiro. Di usianya yang akan menginjak 12 tahun dua bulan lagi, melihat awan kelabu menutupi jalannya menuju masa depan sebagai skater terbaik di dunia.

To be continued...

Tes.. tes.. Ok

Hai, guys..
Wioon disini!

Sesuai kesepakatan antara aku sama dyka_mstka book ini bakalan update di akun ini..🙌🏻

Yup, "I SeeYour Shines" ini memang garapan kita berdua dan rilis di akun Ka-chan.. awalnya.

Tapi karena sekarang karena Ka-chan jadwalnya mulai padet semenjak ambil kerja sambilan, jadi kita rundingan buat kelanjutan book ini..😁

Setelah rundingan gimana enaknya, sampailah pada kesepakatan kalau book ini dipindah ke akun ku biar bisa lanjut terus. Karena kita juga udah janji kan? Bakal kasih asupan buat para penumpang kapal getek ini..😚🙏🏻

Ka-chan juga bakal sebisa mungkin meluangkan waktu buat bantu revisi chapter sebelum di post. So..

Karena Pyeongchang 2018 udah lewat, jadi..

Ekhem..

Untuk menyambut dan meramaikan Beijing 2022 (sekalipun banyak drama dan air mata khususnya disiplin Figure skating NoLom tunggal)..

I See Your Shines kembali kami publish!!🙌🏻✨

Stay tune terus ya..😉👍🏻
Tunggu chapter selanjutnya..🙌🏻
Dadah..👋🏻👋🏻

*Nb:

- Withdrew (WD): biasanya tanda ini ditampilkan ketika seorang atlet mengalami cedera dan diharuskan untuk mengundurkan diri dari kompetisi.

- Saitama Super Arena (さいたまスーパーアリーナ Saitama Sūpā Arīna): Arena olahraga dalam ruangan multi guna yang terletak di Chūō-ku, Saitama, Jepang. Lumayan sering digunakan sebagai host venue dari kompetisi figure skating baik tingkat nasional maupun internasional.

I See Your Shine - Believe in YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang