0 1

120 9 43
                                    

Kelas sudah berangsur-angsur sepi setelah beberapa saat yang lalu bel tanda jam istirahat kedua tiba. Matahari tampak menyengat diluar sana, namun angin sepoi-sepoi yang menyapanya dari jendela kelas yang ia buka disamping tempat duduknya.

Poni asimetrisnya tersapu pelan oleh angin yang datang, ia memejamkan mata sejenak untuk menikmatinya. Setelah pikirannya melayang kemana-mana, lalu meninggalkannya dengan rasa penat dihatinya.

Jika bisa, tolong hapus juga penat yang ditanggung oleh otaknya ini, pintanya pada angin. Entah angin mengabulkan permintaannya tadi, hingga kedamaian yang baru saja ia nikmati harus tergusur kare-

KENJIROOOO!! AYO MAKAN SIANG BERSAMAKU!” –na seorang gadis dengan rambut abu gelap dengan ujung hitam pendek sebahu sedikit bergelombang berteriak sambil menggebrak mejanya yang tak berdosa.

Urat didahi Shirabu berkedut menahan kesal atas tindakan si pelaku dan makin kesal lagi ketika melihatnya tidak menunjukan rasa bersalah sama sekali.

'Sabar, Shirabu… sabar. Ingat! Dia adalah saudari mu, jangan sampai kau melemparnya dengan kursi. Ayo berhitung 1,2,3…'

Batinnya mencoba untuk tenang agar si pelaku tidak berakhir dengan kursi yang bersarang di kepalanya.

“Kalau kau begini lagi, aku jamin kursi yang ku duduki ini akan bertengger di kepalamu, Eita!” ucap Shirabu dengan nada menahan kesal, sambil meraba laci mejanya mencari kotak bento yang ia siapkan tadi pagi.

“Heehh… kau kalau sudah melamun, memangnya telingamu berfungsi? Tidak, kan?” jawab Semi penuh percaya diri sambil mengibaskan tangannya.

Untung saja ini adalah jam makan siang dan dia tidak punya energi, kalau tidak mungkin ia sudah melempar sepupunya ini dari kelasnya yang mana berada dilantai tiga. Menyesal sekali rasanya membuang energinya yang tersisa hanya untuk meladeni sepupunya ini, sia-sia pikirnya.

Pada akhirnya ia memilih diam dan mengikuti Semi yang mencerocos tentang tempat untuk mereka makan siang. Tapi ia tidak mendengarnya dengan benar karena ucapan sepupu 'tercintanya' ini begitu cepat dan memusingkan.

Yang Shirabu inginkan hanya: Segera isi perutmu dan beres.

Sampai di depan kelasnya, terdapat Tendo dengan surai merahnya yang melawan gravitasi seperti api membakar kepalanya bersandar dengan ponsel pintarnya yang menapilkan pertandingan voli. Mungkin melihat video pertandingan timnya tempo hari.

“Are… Lama sekali, Eita. Apa Shirashira-chan bersembunyi?”

Ucap Tendo dengan nada menyebalkan. Semi tidak mengatakan sepatah katapun tapi bertingkah seolah ia adalah emoticon batu sambil menunjuknya, sontak Tendo tertawa. Ujian apa lagi ini, pikirnya. Demi apapun ia ingin sekali mencincang lembut kedua manusia dihadapannya ini.

Tapi niat itu urung, ia sedang tidak ingin melontarkan kata-kata masamnya memilih melototi dua sejoli seolah mengatakan ‘Diam dan ayo jalan, cepat!’.

Tendo hanya terkekeh dan berjalan di sisi kanannya. Sesekali mereka berjalan bergantian karena melewati sekumpulan siswa-siswi di sepanjang koridor, namun pada akhirnya Shirabu berjalan di belakang pasangan kekasih itu yang sedang berdebat tetang voli atau apalah ia tidak terlalu memperhatikannya lagi.

Semi dan Tendo adalah masing-masing menjadi salah satu anggota dari tim reguler bola voli putra dan putri Shiratorizawa, dengan Semi sebagai Setter official di tim putri dan Tendo sebagai Middle Blocker di tim putra bahkan ia miliki julukan ‘Guess Monster’.

Tidak berlebihan sih, ekspresi yang dipakainya sehari-hari memang menyeramkan jadi ia tidak terkejut dengan itu. Tentunya mereka berdua masuk ke sekolah bergengsi ini dengan beasiswa olahraga akademi ini yang terkenal.

I See Your Shine - Believe in YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang