PART 7 : Syuhada 'uhud'

108 67 14
                                    

Genderang perang terdengar, dari sudut kiri pasukan berkuda berlari dengan mengangkat tinggi sebilah pedang. Dari sudut yang lain, pasukan dengan baju zirah -baju besi- nya siap teracung pedang panjang berkilauan. Perpecahan dua kubu itu meletus, 700 tentara kaum muslimin melawan lebih dari 3000 tentara. Jumlah yang jelas tidak seimbang.

Dari celah bukit yang menjulang, terdapat sekelompok pasukan pemanah yang siap melayangkan busur kala pasukan musuh mendekat. Sebuah strategi brillian pada masanya. Mereka diperintahkan untuk tetap berada di posisi apapun situasi yang terjadi.

Peperangan sengit antara kaum muslimin dan suku Quraisy terus berlangsung hingga kemudian Allah menurunkan pertolongan-Nya. Kaum musyrikin akhirnya tunggang-langgang meninggalkan area peperangan. Para sahabat terus merangsek melaju mengejar sambil mengumpulkan harta rampasan.

Disaat itulah hembus godaan menerpa pasukan pemanah, mereka akhirnya tertarik untuk turun dari atas bukit tergiur akan harta rampasan. Membuat celah bagi musuh untuk melancarkan serangan balik, menaiki bukit, membunuh yang tersisa dan menghujani kaum muslimin dibawah sana dengan panah. Mereka seakan memiliki kekuatan baru untuk terus merangsek mendekati tempat Rasulullullah berada. Melempari sosok mulia dengan batu hingga beliau terluka parah di bagian rahangnya. Terus merangsek hingga kaum musyrik meninggalkan medan pertempuran dengan rasa bangga atas 'kemenangan' yang mereka raih, ditambah lagi dengan hembus kabar angin akan kematian Rasul atas ulah mereka.

Barisan santri Al-Muqiim tampak antusias mendengar kisah perang Uhud yang di ceritakan Ustadz Ramadhan. Beberapa dari mereka ikut berseru saking gemasnya dengan sekelompok kaum muslimin pasukan pemanah yang turun dari atas bukit demi meraup segenggam ghanimah -harta rampasan perang- dengan melanggar perintah nabi. Padahal jelas, nabi meminta kepada mereka untuk tetap stay, mengawasi pasukan musuh dari atas bukit.

Walhasil, akibat ketidak ta'atan sebagian pasukan saat itu, Rasulullah terperosok dalam lubang hingga kepalanya bocor, giginya patah hingga darahnya mengalir deras di wajahnya, beberapa sahabat setia yang melindungi Rasul pun ikut terluka bahkan sampai mengakibatkan puluhan sahabat lainnya syahid terbunuh oleh pasukan musuh.

Zaidan memukul tangannya berulang saking gemasnya. Beberapa santri ikut mengomel lirih. Mereka semua berandai-andai apabila sekelompok pasukan pemanah tidak melanggar perintah nabi, tentulah peperangan akan dimenangkan kaum muslimin, Rasulullah tidak akan terluka dan tidak akan banyak sahabat yang terbunuh saat itu.

"Setiap peristiwa ada ibroh yang terkandung didalamnya, kira-kira apa ibroh dari kisah yang baru Ustadz sampaikan?" tanya Ustadz Ramadhan.

Seketika riuh santri terdengar.

"Harus ta'at pemimpin tadz"

"Gak boleh silau akan harta tadz"

"Tidak boleh cinta dunia "

"Jangan turun bukit pas lagi perang tadz"

"Harus ta'at"

"Jangan rakus sama harta tadz"

Dan beberapa jawaban sejenis lainnya.

Namun, ustadz Ramadhan masih terdiam. Ia seperti belum menemukan jawaban yang memuaskan hati nya. Hampir seluruh santri putra dan putri dihadapannya riuh menanggapi pertanyaannya, hanya satu orang yang menatap datar seakan tak
bergairah.

Ustadz Ramadhan tersenyum lalu menunjuk Raka yang duduk terdiam.

"Raka kan? Coba antum sampaikan apa sekiranya ibroh yang bisa kita petik dari kisah perang Uhud ini ?"

Raka terpaku, beberapa detik ia hanya diam menatap datar Ustadz Ramadhan yang justru tersenyum santun kepadanya. Seketika ia berdiri dari duduknya, menatap takdzim dan tersenyum canggung kepada Ustadz Ramadhan. Lalu mengarahkan dirinya menghadap para asatidz dan santri yang terduduk di depan puluhan nisan syuhada uhud.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAD (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang