Hari ketiga di Madinah.
Usai melaksanakan sholat shubuh berjama'ah di masjid nabawi, rombongan Al-Muqiim lebih banyak kembali ke Hotel untuk sarapan pagi. Beberapa santri memilih untuk berkeliling sejenak, termaksud Nadya dan Aisyah yang memilih untuk berjalan-jalan terlebih dahulu sambil beberapa kali mendokumentasikan beberapa objek yang menarik."eh Nad, berhenti disitu! Stop. Iya pas. Bentar, senyum Nad!" Aisyah mundur beberapa langkah. Meminta Nadya untuk mau di potret olehnya.
"Coba gini Nad" Aisyah menunjukkan jemari tangannya yang membentuk simbol 'love' ke arah Nadya.
"gini?"
"Iya, agak ke atas tapi. Nah,oke pas, tahan ya Nad."
Nadya tersenyum ke arah kamera sambil mengangkat sebilah tangannya yang membentuk simbol love ke udara. Aisyah dengan sigap memotretnya beberapa kali. setelah itu ia melihat hasilpotretnya.
"Gimana bagus ga?" Nadya bertanya sambil mendekat ke arah Aisyah yang terlebih dahulu melihat hasil potretnya.
"Bagus kok, kan aku yang motoin."
"Eh, bentar deh" Nadya mengambil kamera di tangan Aisyah dan menzoom salah satu fotonya.
Sebuah foto yang menunjukkan gadis berhijab pink dengan slayer batik biru yang tersenyum cantik ke arah kamera sambil berpose membentuk love. Tepat di samping jemari tangannya, sesosok yang tak asing bagi keduanya ikut terabadikan.
Spontan Aisyah dan Nadya menengok ke belakang, melihat dua lelaki berpakaian koko marun dengan slayer batik biru yang sama sedang berselfie-ria. Keduanya tampak asyik dan menikmati berfoto bersama, meski satu lelaki terlihat tidak sebahagia temannya yang lain. Wajahnya tetap saja terlihat datar, meski beberapa kali menyunggingkan senyum ke arah kamera.
Nadya mengalihkan pandangannya terlebih dahulu. Ia melirik pada Aisyah yang terlihat tersenyum beberapa kali kearah mereka. Nadya menyenggol lengan Aisyah.
"Syah, istighfar! Ghodul bashar!."
"Pandangan pertama itu anugrah kan ya Nad, pandangan kedua dan ketiganya baru dari setan. Aku belum beralih dari pandangan pertama kok ini, beneran deh"
"Syah, engga gitu konsepnya. Ayo ihh" Nadya menarik lengan Aisyah, membawanya menjauh dari sana. Entah kenapa hatinya bergejolak, sesak.
"Mereka lucu ya, yang satu keliatan seru yang satu keliatan cool gitu."
"Syah, ayoo balik ke Hotel. Kita belum sarapan tau"
"Eh, Nad. Ngomong-ngomong mereka kok kayak kita ya? Yang satu seru seru gimana gitu, yang satu cool pendiem jaim gitu. Kayak kita ya kan?" Aisyah mengerjapkan mata berulang, menunggu reaksi sahabatnya itu.
"Kayak kita ?"
"Iya Nadya Qurrata'ayun, kayak kita. Aku yang seru-seru gimana gitu, kamu yang cool pendiem jaim gitu. Cocok kan ya? Kayak mereka, gemeshh" Aisyah tersenyum lebar, sambil mencolek Nadya berulang.
"Aku ga cool ya, aku juga bisa seru kali. Bisa nyairin suasana" Nadya merasa tidak terima disamakan dengan sosok itu. Aisyah yang mendengar hanya tertawa. Sambil terus berjalan, Nadya tiba-tiba teringat sesuatu.
"Syah, kamu hutang penjelasan!"
Aisyah tampak berfikir, lantas kembali tertawa kemudian.
"Syah, serius!"
"Kamu beneran pengen tau?"
Nadya mengangguk.
"kok kepo banget sih Nad?"
"Ya, kalo ga mau cerita juga gapapa si"
"Tapi yakin ga akan cemburu?"
"Iya Syah"
"Gak bakal sakit hati? Gak akan marah ?"
Nadya berhenti. Wajahnya cemberut. Pura-pura bete.
"Buat apa sakit hati, buat apa marah ? Kalo emang kamu ga mau cerita yaudah gapapa syah" Nadya tersenyum kecut.
Aisyah ikut berhenti, ia memundurkan beberapa langkah untuk mensejajari posisi Nadya. Ia memegang pundak Nadya tulus.
"Nadya sahabatku, sebenarnya aku juga lagi yakinin diri aku sendiri. Apa bener aku suka sama dia atau engga. Bukan ga mau cerita, tapi kamu tau sendiri kan aku orang nya gimana. Nanti, kalau aku udah yakin sama perasaan aku sendiri kamu akan jadi orang pertama yang aku kasih tau. Oke?"
Beberapa saat Nadya terdiam, berusaha mencerna kemana arah pembicaraan Aisyah. Entah kenapa ia merasa jawaban Aisyah tentang siapa sebenarnya sosok yang ia suka kali ini begitu penting baginya. Hatinya merasa tidak tenang entah kenapa.
"Oke"
"Ohiya Nad.." Aisyah mendekat ia masih memegang pundak Nadya pelan.
"kamu harus mulai care sama diri kamu sendiri ya. Kamu harus mulai peka sama apa yang sebenarnya kamu mau dengan tidak terpengaruh dengan orang lain. Kalo kamu suka, ya bilang suka. Jangan bilang enggak suka, gara-gara orang terdekat kamu juga suka. Kamu berhak bahagia juga, ngga boleh terlalu baik ah sama orang" Aisyah menarik nafas berat dan memeluk Nadya yang terdiam tidak mengerti.
"Maksudnya apa syah?"
"Kamu pasti paham kok Nad. Yuk ah ke Hotel. Laper nih" Aisyah merangkul jemari tangan Nadya dan keduanya berjalan menuju Hotel tak jauh dari Masjid Nabawi.
Sepanjang perjalanan Nadya tidak merasa tenang, sudut otaknya berusaha dengan keras mencerna ucapan Aisyah baru saja. Kenapa otaknya terasa begitu lamban memproses. 'Kapan aku pernah bilang gak suka sama sesuatu, gara-gara tau orang terdekatku juga suka ?' Nadya menjerit tidak mengerti.
***
Di sebuah ruang serba putih perempuan dengan senyuman candu itu menghentikan ceritanya. Cerita yang sebelumnya pun pernah ia sampaikan, entah kenapa kali ini perempuan itu tertarik untuk membahasnya lagi. Sudah hampir setengah jam waktu bergulir. Ia bahkan hampir pegal menekan tombol microphone pada layar di handphone. Seketika ia memencet tombol send diakhiri dengan sebuah kecupan. Rekaman suara itu pun terkirim.
Ia mengetikkan beberapa kata dibawah rekaman suara dan kemudian mengirimnya. Perempuan yang terbaring itu tersenyum, sebilah tangannya mengeluarkan sebuah foto dari belakang casing handphonenya. Sebuah foto yang menampilkan dirinya sendiri dengan latar belakang lembayung masjid Nabawi yang indah dan seorang laki-laki dengan senyum datar di belakangnya yang tidak sengaja ikut terfoto.
Perempuan itu kembali tersenyum, sembari memainkan cincin perak dan gelang manik hijau di jemari nya berulang.
"Kita pasti bisa melewati ini bersama, yang. Semangat untuk kita 😊"
.
.***
Halo Temen temen..
Gimana ? Udah mulai ketebak alur nya ?
Atau masih bingung?
Gapapa, tunggu ya kelanjutannya sampai beres :)See you di part selanjutnya :))
KAMU SEDANG MEMBACA
NAD (On Going)
Romance[ Follow sebelum membaca ya ^^ ] Spiritual - Romance ° -- Hidup itu senantiasa berputar, Hari ini terlahir, besok atau lusa pasti kembali. Tidak akan ada cerita jika hanya tentang itu dunia tercipta. Kisah ini bukan tentang pertemuan menyenangkan ya...