Prolog

141 29 56
                                    

"Sebenarnya berat bagi saya mengatakan semua ini, tapi percayalah saya jauh lebih bahagia jika kamu bahagia." Lelaki itu menunduk sebentar untuk menyeka air matanya yang hendak jatuh kemudian kembali mendongak menatap perempuan yang masih setia dengan kebisuannya.

"Ya, kata-kata saya barusan terdengar sangat klise. Namun, itu benar adanya saya bukan tipe orang puitis, saya tidak pandai merangkai kata. Saya ikhlas, In Syaa Alloh atas izin-Nya mulai saat ini saya akan mencoba untuk berhenti mencintaimu dan apa pun yang berkaitan dengan duniamu."

Setelah itu hanya suara serangga yang terdengar, di antara keduanya saling membisu mengabaikan jeritan hati yang sama-sama berteriak meminta keadilan namun berusaha mereka pendam dalam diam.

"T-tapi, Kak?"

Terdengar helaan napas lega setelah sepatah kata terucap dari bibir mungil perempuan itu sebelum akhirnya kembali tercekat setelah suara bariton memecah romansa keduanya.

"Savina!"

Lelaki itu menarik sudut bibirnya, mencoba tegar seolah baik-baik saja. "Pergilah, dia jauh lebih berhak atasmu daripada saya."

╔══════════ೋೋ═══════════╗

┈┉┉━✿ ﷽ ✿━┉┉┈
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Dear Savina

Aku pernah lancang menyeru nama seseorang dengan heboh menculiknya dalam sepertiga malam. Sebelum akhirnya, aku tersadar bahwa ada orang lain yang jauh lebih keras memintanya pada Dia.

Aku pernah berharap lebih agar suatu hari nanti seseorang itu adalah bagian dari tulang rusukku. Sebelum akhirnya, semesta menunjukkan ada jiwa lain yang menanti tulang rusuknya kembali.

Aku pernah memperjuangkannya tanpa lelah tanpa kenal waktu dan seakan tak peduli apa kata dunia. Sebelum akhirnya, Tuhan menyadarkan bahwa diriku juga perlu istirahat atau bahkan berhenti sebelum perjuangkanku menemui titik akhir.

Dan seseorang itu kamu, Adiva Arsyila Savina.

Kamu yang tak pernah pergi dalam angan walau berulang kali kucoba 'tuk hapuskan.

Kamu yang selalu terdepan di hati. Namun, cinta ini membuatku pusing tiada henti.

Kamu yang selalu kudamba dan setelahnya ada dia yang menyertamu dalam setiap senyum yang berhasil membuatku gila.

Savina, apakah mencintaimu seperih ini? Mengapa Tuhan mengizinkan hatiku jatuh padamu kalau pada akhirnya kamu bukanlah takdirku?

Bisakah semesta sejenak berbaik hati? Apakah ada kata terlambat dalam sebuah penantian? Apakah serumit ini Yogyakarta jika pada akhirnya kita tidak pernah bersua? Bolehkah aku menyerah? Bolehkah aku pasrah? Sudah cukup kata 'baik-baik saja' membuatku terluka. Aku ingin kamu memikirkan baik-baik keputusanmu. Bukan maksudku memaksa, aku hanya ingin kamu bahagia meski bukan dengan aku orangnya.

╚═══════════ೋೋ══════════╝

Savina meremas habis kertas bercorak biru langit motif bunga-bunga itu lantas membuangnya asal. Hatinya teramat lara dan otaknya teramat pendek untuk mencerna semua ini. Dia begitu yakin akan takdir-Nya dan sekali lagi semesta seakan tak pernah puas menguji hatinya berulang kali.

"Kita tidak akan pernah tahu di waktu kapan cinta itu datang dan kepada siapa cinta itu dijatuhkan. Sebab tiada yang bisa disalahkan dari apa pun yang berkaitan dengan perasaan, dia datang tanpa diminta dan memberi kenang setelahnya."

"Apa benar perasaan ini datang terlambat?"






Pasuruan, 30 Mei 2021

Tertanda
Purnama





Note WARNING:
Jangan suka menyimpulkan keseluruhan isi cerita hanya dari prolog. Setiap karya punya ciri khas yang berbeda. Belum tentu kisah ini akan berakhir bahagia, sad ending, happy ending and Happy reading readers selamat menikmati. Capki-capki tulis satu kata buat pengawalan ini🌠

•••○❁○••••┈••••❁○•••

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halo teman-teman halu hehe. Gimana boleh kasih satu kata aja buat awalan ini, aku merasa feelnya kok kurang ngena ya:(
Minta tolong untuk kasih komentar ya. Terima kasih.
Salam sayang
Purnama
🌚

Bintang Jatuh di Langit JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang