Savina: Aku tak tahu atau mungkin tak pernah sadar di kehidupanku, di dimensi yang penuh misteri ini ada dua nyawa yang berjuang keras demi bisa merangkai kisah bersamaku. Mungkin karena ketersibukanku membuatku abai akan hal itu dan karena kesalahp...
"Apa yang kita tuai sekarang bisa jadi hasil dari doa-doa kita di masa lalu yang satu persatu Allah kabulkan dengan berbagai macam cara. Bersyukur itu perlu karena terkabulnya doa-doa itu bisa jadi bukan hanya dari kita saja, tetapi dari orang lain yang turut mendoakan kita."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
>BJLJ<
Tonton dulu yuk trailer nya biar bisa nangkap isi ceritanya wkwk
Savina sempat menolehkan kepalanya ke belakang, mengecek keberadaan Afham yangtampaknya sudah menjauh. Gadis itumengembuskan napas pelan, lalu mengayunkan langkah kakinya menuju toko buku yang berjarak tinggal beberapa meter lagi di depan sana.
"Sav!"
Tanpa sadar senyum tipis tercetak di bibir mungil Savina ketika netranya bersitatap dengan seorang pemuda yang melambai kepadanya. Desir angin seakan menyapu lubuk hatinya, menggoncang detak jatungnya dan melemahkan kakinya untuk sekadar melangkah.
Dengan penuh bersahaja gadis itu pun mengayunkan kaki kanannya menuju Syafi.
Namun, baru beberapa langkah saja nauman suara motor sport sangat dekat terdengar. Bersamaan dengan itu pula suara teriakan terdengar menggema di sana.
"SAVINA!!!"
Savina berusaha menghindar, tetapi jaraknya begitu dekat hingga mau tidak mau dirinya dihantam hingga rasanya tubuhnya kini bergesekan empuk dengan aspal. Savina merasakan nyeri di bagian siku, kepala belakang, dan dadanya. Dia sempat berdesis menahan sakit yang teramat hebat sebelum akhirnya menyeruak bau amis menerpa hidungnya ditambah suara kasak-kusuk dari beberapa sudut.
Selang beberapa detik gadis itu merasakan kehadiran seseorang yang dengan lemah lembut mengangkat kepala dan tubuhnya. Savina mencoba membuka mata perlahan dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Dia merasa aman, terlindungi. Dia mengenali sosok itu, yah sangat kenal.
"P-pak..." Satu kata lirih keluar dari bibir Savina sebelum akhirnya terkatup rapat dan sayup-sayup mata indah yang sempat berbinar itu kini akhirnya terpejam tenang.
"Kan, apa gue bilang kehadiran ini anak kembali bikin lu celaka!"
Kedua bola mata itu melayang sempurna mendengar tuduhan sarkas tak berperi kemanusiaan. Cowok itu mendengus beberapa kali, melirik tajam mulut yang sedari tadi tak berhenti mengoceh.