[8 ] Kesempatan Ke Dua

16 11 12
                                        

╔🌈══════════﷽══════════🌈╗
            اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
╚🌈══════════﷽══════════🌈╝

"Mungkin dengan begini aku sadar berjuang sendirian itu hanya berujung pada kesakitan tak berkesudahan, kecuali jika perjuangan itu sedikit dihargai barang sekali."

> BJLJ <

> BJLJ <

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









SAVINA menghentikan langkahnya saat akan menaiki tangga menuju kelas. Dia meremas tas yang berisi mukena usai melaksanakan ibadah salat zuhur di masjid kampus. Dilihatnya seseorang yang beberapa hari kembali mendapat sikap dingin dari Savina, dan seseorang yang tak pernah ingin dia temui.

Savina memundurkan langkahnya perlahan kala laki-laki itu berjalan mendekat. Savina ingin berbalik namun sebuah tepukan di pundak membuatnya mengurungkan niat, dia Raya yang tengah mengangguk pelan memberi isyarat agar memberi waktu pada Afham untuk menjelaskan. Ya, Raya sudah tau semuanya setelah berhasil mendesak Afham dan beruntung laki-laki itu mau menuruti dengan kesepakatan Raya mau membantunya untuk kembali berdamai dengan Savina.

Savina lagi-lagi menggeleng, rasa sakit juga malu karena gagal menjaga amanat dari orangtuanya agar menjaga diri itu terus terngiang di kepala setiap kali mengingat kejadian itu dan bertemu Afham. Raya merangkul pundak Savina memberi kekuatan, sedang gadis itu membuang wajah ke sembarang arah.

"Sav, Savina..." panggil Afham setelah berada di depan gadis itu.

Savina merasakan matanya memanas, dia sesekali berkedip menahan air matanya yang ingin jatuh.

"Sav, gue---"

"Maaf, gue permisi dulu. Assalamualaikum, " sela Savina lalu pergi dari hadapan Afham dan Raya.

Kedua sahabatnya hanya mampu menatap  nanar kepergian Savina, gadis itu seakan terus menghindar tak ingin memberi kesempatan barang sekali pada Afham. Afham sangat menyesal, sungguh. Setiap hari dia memerhatikan Savina di kelas, berusaha sekuat tenaga agar gadis itu kembali hangat namun tidak ada gunanya. Bahkan nomornya diblokir tidak hanya itu,  akun sosial medianya pun juga sama. Savina tidak hanya menghindarinya di dunia nyata tapi juga di dunia maya.

"Lu yang sabar ya, nanti gue bantu bujuk lagi kok," ucap Raya bijak seraya menepuk pundak Afham. Pemuda itu menoleh kemudian berdecak.

"Sampai kapan?" balasnya frustrasi.

"Ya lu yang sabar dong! Suruh siapa main peluk---" Raya menggigit bibir bawahnya, dia merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol bibirnya. Afham melirik tajam perempuan di sampingnya ini kemudian langsung pergi menyusul Savina.

Bintang Jatuh di Langit JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang