Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, itu tandanya Fajar akan pulang. Tidak seperti biasanya Fajar pulang dengan rasa senang seperti ini. Ia bingung meluapkan perasaan bahagianya pada siapa, Fajar terlalu bahagia sampai sampai ia menabrak orang didepannya. "Fajar jalan tuh pakai mata, bego!"
Fajar yang menabrak hanya tersenyum, sambil berkata "Ya, maaf...".
"Maaf, maaf, seragam gue jadi kena Pop Ice, nih." katanya.
Fajar yang melihat seragam pria didepannya itu, langsung ikut membersihkan noda Pop Ice yang menempel disana. "Sorry, bro gue beneran engga sengaja tadi. " Sambil terus membantu membersihkan noda, pria itu bertanya "Mau kemana, lo?" tanyanya.
Fajar mendongakan kepalanya, lalu tersenyum "Ke rumah Cinta." jawabnya.
"Lo mau ikut, Fin?" tanya Fajar sambil menegakan tubuhnya .
"Gue kan putus, Jar." Akunya sekali lagi.
Fajar lupa. Lupa kalau mereka sudah bukan sepasang kekasih lagi, ia bankan lupa kalau ia bahagia seperti ini karena apa. Akhirnya Fajar menepuk bahu Fino, lalu berjalan begitu saja. Tapi ada sesuatu yang membuat Fajar berbalik, menghadap Fino lagi. "Fin," Fajar memanggil Fino, lalu mendekat pada Fino lagi. "Lo kenapa putus sama Cinta? Gue inget-inget lo belum jawab pertanyaan gue deh, di kantin tadi."
Fajar benar, Fino belum menjawab pertanyaan soal kenapa ia putus dengan Cinta. Bukankah aneh, Saat itu mereka masih baik-baik saja, tapi kenapa tiba-tiba mereka putus. Ini terlalu mendadak. Bahkan Fajar sampai terkejut. Cinta memang sering bertengkar dengan Fino, lalu ia akan datang kepada Fajar, meceritakan semuanya tentang Fino, lalu mengancam akan putus. Tapi Fajar tidak menyangka kalau ini benar-benar terjadi. Fajar pikir Fino tidak akan melepaskan Cinta begitu saja, seperti sekarang. Ah, sudahlah, lagi pula Cinta sekarang bukan milik Fino lagi, jadi Fajar bebas mendekati Cinta kapan saja.
Lagi dan lagi Fino tidak menjawab, "Udah, lo ke rumah Cinta sana!" usirnya, sambil menepuk pundak Fajar lalu pergi.
Kedua kalinya pertanyaan Fajar, tidak dijawab Fino. Ini membuat Fajar menjadi bingung. Apakah ia harus melangkah maju untuk Cinta? Atau tetap berdiam diri, seperti sebelum -sebelumnya?
Sambil menggosok kepalanya keras, Fajar pergi dari tempatnya berdiri. "Sialan."###
Di depan pagar rumah Cinta, Fajar berdiri bingung. "Gue harus ngomong apa ya ke Cinta?" tanyanya pada dirinya sendiri. Fajar hanya mengelilingi motornya selama 15 menit, tanpa berfikir apa yang harus ia katakan kepada Cinta. Ia hanya takut, Cinta malah mengusirnya setelah pertengkaran mereka beberapa hari lalu.
Tiba-tiba pagar rumah Cinta terbuka. Di pagar yang terbuka itu, terlihat satu perempuan yang seusia ibunda Fajar. Ia berjalan mendekati Fajar. Saat perempuan itu berjalan, ia sangat mirip dengan Cinta, bahkan caranya berjalan sangat mirip dengan Cinta.
Fajar tersenyum, lalu menyalimi tangan perempuan itu. "Sehat tante?"
"Sehat Fajar. Jangan panggil tante, ah, kamu kayak baru ketemu aja." kata Mila mama Cinta.
"Iya, ma," Fajar berhenti berbicara. Sekarang ia malah tersenyum lebar.
Mila yang melihat itu mengerinyitkan dahinya, lalu tersenyum. "mikirin apa, sih Fajar mama kepo deh." Tanya Mila, lalu berbalik masuk ke dalam rumah "yaudah sini masuk, mau diem diluar terus?"
Fajar mengikuti langkah Mila, "Kalau panggil mama gini, berarti udah dianggap mantu engga sih, ma?" celetuk Fajar tiba-tiba, sambil merapikan sepatu yang dilepasnya terlebih dahulu di luar tadi.
Mila tidak kaget dengan ucapan Fajar, ini karena Mila tau sifat humoris Fajar dari dulu. ia mengerti Fajar suka bercanda tentang semua hal. Ini yang membuat Mila sangat senang jika Fajar sudah dirumahnya. Fajar tidak pernah merasa canggung didepannya. Mila sudah menganggap Fajar seperti anaknya sendiri.
Mila mengelus lengan Fajar pelan, "Kamu mau mama anggap mantu, toh" katanya lalu tersenyum.
Fajar yang melihat tanggapan baik dari mama Cinta, menghela napas lega. Ia tertawa pelan "Kalau mama, bolehin sih, aku mau-mau aja jadi mantunya mama."
"Mau aja atau mau banget, Jar?" goda Mila, sambil menyuruh Fajar duduk.
Saat Fajar ingin menjawab pertanyaan mama Cinta. Seseorang turun dari tangga dekat ruang tamu, lalu berkata, "apaan tuh yang mau aja atau mau banget?" tanya Cinta.
Ini yang ditunggu Fajar dari lama, kemunculan Cinta. Cinta yang begitu dirindukan Fajar, akhirnya berada didepannya sekarang, tanpa berbicara hanya memiliriknya sekilas.
Mila yang melihat keanehan diantar Fajar dan Cinta, berdeham "Diselesaikan dulu kalau ada masalah! Engga biasanya kalian diem-dieman gini, mama jadi takut." Lalu pergi meninggalkan Cinta dan Fajar berdua.
Setelah mama Cinta pergi, Fajar mulai berbicara "Gue minta maaf, ta. Gue tau, gue berlebihan. Tapi gue engga bohong, ta, gue suka sama lo dari SMA dan emang bener, lo tau perasaan gue dari dulu, tapi lo pura-pura engga tau." Katanya sambil menatap Cinta lekat.
"Bisa engga sih, jar, lo engga usah bahas perasaan lo ke gue?" tanya Cinta.
Fajar melihat perempuan di depannya itu. Cinta tengah menahan emosi. "Terus gue harus apa, ta? Gue engga bisa bohong tentang perasaan gue."
Fajar bingung harus apa. Ia lagi-lagi kalut tentang perasaanya. Saat Fajar jujur tentang ini, Cinta malah menolak perasaannya. Bodohnya, Fajar tidak sadar dengan penolakan halus Cinta.
"Mending lo pulang, jar! Gue capek."
Fajar tidak tahu, Cinta tengah menahan air matanya sedari tadi, ini begitu sulit untuk Cinta. Ia bingung dengan perasaannya terhadap Fajar. Apakah yang Cinta rasakan ini sebuah rasa sayang terhadap teman atau lebih dari itu. Cinta sudah kehilangan Fino, ia takut Fajar juga begitu.
"Tapi, ta," ucapan Fajar terhenti.
"Gue bilang pulang, pulang , jar!" kali ini Cinta sedikit membentak.
Fajar geram. Cinta bener-benar keterlaluan, ia bahkan tidak menanggapi perkataan Fajar sedari tadi. "Lo egois, ta. Salah, gue jujur sama perasaan gue, ta? Gue Cuma pengen lo tau, tentang perasaan gue. Lo bahkan suruh gue pulang tanpa jawab perkataan gue. Kalau lo engga suka sama gue, lo tinggal bilang lo engga suka, ta! Bisakan?"
Cinta kaget dengan tindakannya, Fajar benar kenapa ia tidak bilang saja kalau ia tidak menyukai Fajar, kanapa menyuruhnya pulang tanpa memberi jawaban. Ah, Cinta bahkan tidak bisa membuka mulut nya sekarang.
"Jar, gue..." belum selesai Cinta berbicara, Fajar sudah pergi dari hadapannya. Tapi Cinta masih melihat Fajar menyalimi mamanya, lalu hilang dari pandangannya.
Mila yang melihat itu, sedikit berlari menemui Cinta, "Cinta masalah itu harus diselesaikan, nak. Mama tau kalian sudah besar," Mila mengelus punggung Cinta pelan "Sudah istirahat lagi diatas, gih."
Mamanya benar, Cinta tidak bisa seperti ini. Besok Cinta akan ke rumah Fajar!!Pagi-pagi!!
°°❤°°
Haiii Cinta dan Fajar balik lagi nihhhh...
Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini yah ke temen-temen kalian!!!Luv u💓
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of You -I'm ready to let go-
Teen Fiction'Fajar hanyalah sebatas pelampiasan untuk Cinta. Hanya pelampiasan.' Mereka, Fajar, Cinta dan Fino adalah sahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tidak ada yang bisa mengganggu persahabatan mereka, sampai akhirnya Fajar tahu b...