page xxiv

24.5K 3.3K 124
                                    

halooo

: : :









"JAEMIN CEPETAN DONGG!"

"SABAR JENO SABARRR!"

jaemin berlari dengan tergesa, tak lupa ia juga menutup pagar rumah nya kembali. membungkuk-kan badannya, mengatur nafas jangan lupa matanya memicing tajam pada jeno.

si ganteng terkekeh, tangannya terangkat mengelap keringet yang mengalir pada pelipis jaemin. "haha, maaf-maaf."

"sumpah, lo ya. agsjsosik kesel gueee!"

jaemin mencak-mencak. udah gila emang si ganteng di depannya ini, masa jam tujuh malem gini. jaemin lagi enak-enaknya rebahan di atas kasur, dikagetin sama notif yang bilang kalo jeno udah ada di depan rumah nya.

sampe-sampe itu handphone jatoh tepat mengenai hidungnya, sakit banget.

"kenapa gak masuk dan nunggu di dalem?!"

"gapapa sih, sengaja biar lo capek."

bugh! bugh!

"ANAK SETAN!"

.

.

.


"mau kemana sih jen?" jaemin mendekatkan kepalanya hingga dagu nya berakhir diatas bahu jeno.

omong-omong, mereka masih diatas motor yang melaju dikeramaian malem.

"ke mana aja, lo mau kemana?"

"lo jangan sampe gue tonjok ya. lo yang buru-buru masa gue yang di suruh mikir."

jeno terkekeh, masih kesel ternyata si manis ini. "cari makan dulu deh, mau?"

"MAU!"

"giliran makanan aja cepet."

"dih, serah gue dong apa lo ha?!"

"iya ampun daa, galak amat."

tak lama jeno menghentikan motornya di depan warung nasgor, agak lumayan rame sih. untung masih ada meja yang kosong, langsung lah mereka duduk disana.

"nasgor dua ya mang!"

"siap mas!"

jaemin mengalihkan pandangannya, menatap keramaian jalan raya yang penuh dengan kendaraan yang berlalu-lalang. "lo sering beli disini jen?" tanya nya, memulai pembicaraan.

jeno yang baru duduk di depannya, sambil menaruh kunci motor, ponsel ke atas meja. ia ngejawab, "gak sering, tapi pernah lah. kalem, enak kok jamin gue pasti lo suka."

jaemin terkekeh dan mengangguk. "haha, santai aja lagian gue mah pemakan segala apa aja enak di lidah gue."

"tuh sadar diri."

"sialan," kaki nya di bawah menendang jeno hingga di ganteng meringis pelan tapi setelahnya tertawa.

sampe bikin jaemin yang liatin dia ketawa jadi masang sebuah senyuman, gak tau ya. akhir-akhir ini semua yang jeno tunjukin itu kerasa nular banget sama dia. seneng aja gitu, jeno ketawa, senyum dan itu penyebabnya dia sendiri, seorang jaemin yang dulu pernah diam-diam suka jeno.

merasa gak ada respon apapun lagi, jeno menatap jaemin. dan malah disuguhi wajah bengongnya, ia melambaikan tangan di depan wajah si manis.

"heh! malah bengong, awas kesambet."

"hah? eh! enak aja, kesambet-kesambet. seremm."

"abis nya lo, kenapa?"

"apanya?"

"kenapa bengong?"

"gapapa."

"cie, mana bengongnya sambil liatin gue. mikirin apaan hayo."

"BERISIK!"

"punten mas-mas, ini nasgornya ya."

.

.

.


jaemin mengeratkan pelukan tangannya pada pinggang jeno, "jeno anjing, lo mau bawa gue kemana siiii."

jeno yang rasain itu melirik spion, "apasih? entar juga sampe."

"KOK HUTAN?"

"bukit cantik bukiiit." jeno mendengus, lebay banget jaemin ini.

ya jaemin gimana gak panik. jeno ngebawa dia ke arah hutan, dan emang jalanannya agak tanjakan banget sih. ternyata mau ke sebuah bukit, tapi asli. gelappp, walau ada beberapa lampu di pinggir jalan tetep aja gelap menurut jaemin.

"jennn~"

"gapapa, ada gue. gak usah takut ya? peluk aja yang erat."

jaemin nurut, dia makin eratin pelukannya. menempelkan tubuhnya pada jeno. berdoa semoga cepat sampai tujuan, dia gak betah banget jalannya gelap-gelap gini.

.

.

.

•••
tbc.

[✓] galak | nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang