10 || Kemarahan dan kebencian

24.8K 3.2K 223
                                    


Langsung saja Sila berjalan cepat mendekat ke arah Sona, saat sampai di sana. Ia langsung mengangkat tangannya dan menampar Sona kuat.

PLAK!

"Beraninya kau menyentuh anakku?! Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan?!" Teriak Sila penuh kebencian. Ada aura membunuh di sana.

DEG.

Sona terdiam sambil memegang pipinya yang sakit seperti terbakar. Tamparan Sila begitu keras dan kuat. Bahkan 10 kali lipat dari tamparan yang Sona berikan pada Noel.

"D-Dia..." -batin Sona.

"Sona? Sepertinya kau tidak mendengar aku ya?" Tanya Sila dingin.

Sila berjalan perlahan mendekati Sona dengan tatapan dinginnya yang menusuk hingga ke tulang.

PLAK!

Sekali tamparan lagi, kini tubuh Sona sudah jatuh tersungkur ke lantai. Sementara Sila masih menatap dingin pada Sona. Kesabarannya sungguh habis ketika melihat warna rambut merah Sona yang sama seperti wanita di dalam mimpinya, kebencian tiba-tiba menghampirinya.

Sila berjongkok dan menjambak rambut Sona kuat.

"Akhh! Sakit! Lepaskan aku! Ini sakit!" Ronta Sona.

"Hoo? Lalu kau pikir apa yang di rasakan Putra ku selama ini?" Tanya Sila.

Sila benar-benar di kuasa amarah yang membara, bahkan rasa lemas yang ia rasakan tadi seperti menghilang akibat kemarahannya.

"Aku benar-benar ingin membunuh wanita sial ini." -batin Sila.

Dengan penuh Amarah, Sila mulai melepaskan cengkeramannya pada rambut Sona dan beralih mencengkeram kuat leher Sona.

"Sepertinya kau harus mati." -batin Sila.

"Ukhhh, apa yang kau lakukan? Uhuk! Lep-hass khan akhuu! Akkhh!" Ronta Sona.

Tubuh Sona mulai terangkat ke udara berkat Sila yang mencekiknya, Sona terus memukul-mukul dan mencakar lengan Sila kuat agar Sila melepaskan cengkramannya pada leher Sona. Namun hasilnya Nihil. Sila benar-benar seperti di kuasai oleh iblis.

Sihir mulai keluar dari tubuh Sila tanpa bisa Sila kontrol. Ruangan sudah terlihat begitu acak-acakan berkat sihir Sila yang keluar tak beraturan. Semua benda-benda berserakan, begitu juga dengan kertas-kertas yang berterbangan di satu ruangan. Sementara Noel masih terdiam sambil menyipitkan matanya akibat sihir Sila yang begitu menyilaukan dan mencolok.

"Ukhh l-lephas akhh! Hukk! Hiks lephas khan akhuu!" Ronta Sona semakin tak berdaya.

*****

     Berkat pekerjaan yang selesai lebih cepat, Avel akhirnya bisa pulang ke kediamannya. Saat ia turun dari kereta kuda, tiba-tiba saja dirinya di buat terkejut dengan cahaya yang keluar dari mansion.

"A-apa itu?" -batin Avel.

"T-Tuan? A-Ada apa itu?" Tanya Kusir.

"Aku akan masuk!" Ujar Avel segera berlari masuk.

Saat Avel sudah berada di ruang utama Mansion, tiba-tiba saja Ririn berlari menghampirinya dengan raut wajah panik.

"Tuan?! D-Duchess!"

DEG.

"Ada apa?!" Tanya Avel.

"Duchess dan Nyonya! Mereka bertengkar."

"Apa?!" Kaget Avel.

"Bertengkar?!" -batin Avel.

"Y-Ya! Nyonya Sona menampar tuan muda, kemudian Duchess marah besar. Dan sekarang..." Ujar Ririn. "Jika anda tidak bergegas, maka nyonya Sona akan mati!"

Permintaan Perceraian, DUCHESS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang