12 || Cinta yang membunuh

22.2K 2.9K 148
                                    


   Di ruangan yang begitu besar dan indah, terdapat seorang wanita cantik berambut perak yang tengah terdiam sambil menatap kosong ke depan. Siapa lagi jika bukan Sila?

Sedari tadi wanita itu tak henti-hentinya berpikir. Sudah beberapa jam berlalu sejak Duke Avel pergi dari kamarnya.

Terlihat Sila terus mendesah pasrah, sekuat apa pun dia berpikir, ia sama sekali tidak bisa mendapatkan jawaban atas semuanya. Semuanya terlalu rumit.

Tiba-tiba saja angin berhembus masuk melewati jendela dan menerbangkan rambut perak Sila, langsung saja Sila menengok ke arah jendela di mana hari sudah sangat siang, di tambah lagi cuacanya begitu bagus hingga akan pas jika mengadakan pesta Teh di taman.

Perlahan Sila mulai bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah jendela. Ia membiarkan angin sejuk menerpanya kulitnya, begitu segar hingga membuat beban pikiran Sila terasa hilang sejenak.

"Sepertinya aku memang harus mencari tahu akan sesuatu..." batin Sila. "Jika yang ku pikirkan benar., Apakah wanita yang menyuruh Noel untuk melompat itu adalah Sona? Apakah mimpi itu adalah ingatan Sila yang hilang?"

Sila menghela nafasnya panjang. "Jika itu memang benar ingatan, apakah wanita yang meminta izin pada ayahnya itu juga adalah aku juga?" Gumam Sila. "Mengapa Duchess Sila begitu bodoh? Apa dia segitu menginginkan kasih sayang?"

Tiba-tiba pikiran Sila terbuyarkan kala tak sengaja melihat Noel yang sedang belajar sendiri di bawah pohon rindang yang ada di taman. Hatinya menghangat ketika melihat wajah tampan itu tersenyum.

"Haah.., benar! Apa pun yang terjadi, aku hanya perlu membahagiakan Putra ku, Noel." Gumam Sila sembari tersenyum.

Tok tok tok.

Suara ketukan berhasil membuyarkan lamunan Sila, langsung saja Sila berbalik menatap ke arah pintu.

"Masuklah." Ujar Sila.

"Duchess?"

"Ririn?"

"Duchess.., itu..."

"Apa?" Tanya Sila.

"Duke..."

"Ada apa dengan dia?" Tanya Sila malas.

"Duke Avel memecat semua pelayan!"

Wuushhh....

Tiba-tiba saja angin berhembus dan menerbangkan rambut perak Sila, sementara Sila masih terdiam di tempat sambil menatap tak percaya ke arah Ririn. Apa ia salah dengar?

"A-Apa?" Tanya Sila.

"Duke memecat semua pelayan, dia marah besar!" Ujar Ririn.

"Dia memecat semua pelayan?" batin Sila. "Tapi mengapa? Apa karna aku?"

"Lalu..."

"Apa?"

"D-Duke menampar nyonya Sona dan menghukumnya, sekarang nyonya Sona harus tinggal di mansion utara selama dua pekan."

Lagi-lagi Sila di buat terdiam.

"Memecat pelayan dan menghukum Sona.., mungkin dia benar-benar tidak tahu apa yang di alami oleh Duchess Sila yang asli." -batin Sila.

"Setahu ku mansion Utara itu..."

"Ya! Duchess, Duke benar-benar mengirim nyonya Sona ke sana."

"Mansion Utara, sedari dulu dari generasi ke generasi, Duke Nixton terus menjadikan mansion Utara tempat untuk merenungkan kesalahan bagi anggota keluarga. Dan di sana begitu sedikit pelayan, makanan juga tidak seenak mansion utama. Orang itu membiarkan Sona tinggal di sana...?"

Permintaan Perceraian, DUCHESS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang