22 || Tangisan

17.5K 2.8K 230
                                    


Avel mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, sesaat kemudian ia kembali di buat terkejut dengan apa yang ia lihat, begitu juga dengan Blair. Tiga pelayan yang mati, serta tubuh Sona yang sudah hancur tanpa bisa di kenali, Blair bahkan di buat tak percaya dengan semua ini. Apa Sila yang melakukan ini?

Kemudian Avel pun kembali mengalihkan tatapannya pada Sila, tepat saat itu tatapan mereka bertemu. Avel mulai berjalan mendekati Sila sembari menatap khawatir padanya.

"Syukurlah kau tidak apa-apa..." -batin Avel.

"Sil-" ucap Avel terpotong.

"Berhenti di situ." Ujar Sila dingin.

Avel terdiam, ia terus menatap Sila. Sementara Sila mulai tersenyum bengis ke arah Avel.

"Aku sudah memperingatkan mu., Tapi kau terlalu lama. Pada akhirnya aku cuma bisa membunuhnya." Ujar Sila. "Aku sudah mengatakannya Avel, 'Ingat kata-kata ku baik-baik'."

Avel tersentak.

"Apa itu masih Sila?" -batin Avel.

Sila mulai mengalihkan tatapannya pada Noel, lalu berjalan ke arah Noel. Memeluknya erat seolah menyalurkan segala kehangatannya pada Noel.

"Sayang..? Semuanya sudah baik-baik saja sekarang, kau bisa membuka mata mu." Ujar Sila selembut mungkin.

Sila terus mengelus pucuk kepala Noel dengan sayang, mengecup kening anak kesayangannya dengan lembut. Air mata lagi-lagi menetes membasahi pipinya tanpa bisa ia cegah.

"Noel..? Bangunlah sayang.., Ibu sudah menyingkirkan orang jahat itu., Noel? Noel dengar Ibu? Noel bangunlah hiks., Noel..? Noel..?" Tangis Sila penuh kesedihan. "Noel bangunlah hiks., Tolong bangun.., Aku mohon Noel.., Aku mohon.., jangan membuat aku takut Noel hiks., Maafkan Ibu sayang., Ibu terlambat."

"Noel...?" Panggil Sila lagi.

Sila terus memeluk tubuh Noel yang tak sadarkan diri itu sembari menangis dengan kencang, tubuhnya bergetar menandakan bahwa dirinya benar-benar takut sekarang.

Blair yang di melihat itu di buat terpaku tanpa bisa berkata apa-apa, pemandangan di depannya berhasil membuat hatinya terasa di remas. Benar-benar menyedihkan. Ini kah kasih sayang seorang Ibu?

"Orang bilang kasih sayang seorang Ibu begitu besar sampai tidak akan pernah bisa di ukur, sekarang aku benar-benar menyaksikannya. Kasih sayang seorang Ibu yang rela melakukan apa pun demi anaknya." -batin Blair.

"Noel bangun hiks.., kau berjanji pada Ibu bahwa kau tidak akan pernah membiarkan Ibumu ini menangis bukan? Maka bangunlah, tunaikan janji mu itu." Tangis Sila. "Noel? Apa Noel takut sayang? Tenanglah, Ibu sudah menyingkirkan orang jahat itu, sekarang Noel bisa bangun. Ibu akan melindungi Noel, Ibu janji! Maka Ibu mohon bangunlah Noel.., Ibu mohon..."

Avel yang melihat itu tampak terdiam di tempat, entah apa, tapi hatinya sakit melihat Noel yang terbaring tanpa sadarkan diri serta melihat Sila yang menangis seperti orang gila. Apa ini? Mengapa hatinya sakit?

"Keluarga., ini kah keluarga..? Kasih sayang keluarga? Ternyata aku bisa merasakan kasih sayang keluarga?" -batin Avel.

Avel mulai melangkah mendekati Sila, percayalah. Dirinya sangat ingin memeluk keluarga kecilnya itu, meskipun hanya sedetik saja tidak apa, yang Avel inginkan hanyalah menjadi batu Sandaran bagi keluarganya itu.

Terlihat Sila masih menangis sembari memeluk tubuh Noel. Menumpahkan segala kesedihannya lewat tangis itu. Meskipun Sila telah membunuh Sona, namun tak bisa di pungkiri dirinya masih menyimpan kebencian besar pada Sona.

"Noel... Hiks Noel..., Pria sejati selalu menepati janjinya, tolong tempat janjimu pada Ibu, bangunlah sayang, lihat orang jahat itu telah mati, Ibu sudah membunuhnya untukmu! Maka cepatlah bangun Noel." Tangis Sila penuh kesedihan.

Permintaan Perceraian, DUCHESS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang