06 || Mandi

27.5K 3.3K 224
                                    


"Kalau begitu aku menunggu kabar baik dari mu." Ujar Sila lalu berbalik dan kembali ke kamarnya meninggalkan Avel yang masih terdiam di tempat.

Avel terus menatap kepergian Sila dengan hati bertanya-tanya. Jika Sila yang biasanya selalu menunduk malu serta takut pada Avel. Namun kini berbeda. Sebenernya ada apa dengan Sila?

*****

    Terlihat Sila tengah mengelus rambut Noel Lembut dengan Noel yang tertidur pulas di kasur dengan ekspresi bahagia yang terpasang jelas di wajahnya.

"Walaupun Noel adalah anak Duchess Sila yang asli, tapi entah mengapa aku sangat menyayanginya seperti anakku sendiri. Apakah ini bawaan dari tubuh ini?" -Batin Sila.

"Mulai besok, aku berjanji akan memberimu masa kecil yang menyenangkan Noel., Karna kau berhak untuk itu semua. Waktu ku adalah milik mu." Ujat Sila pelan sambil terus mengelus pucuk kepala Noel.

"Kalau di ingat-ingat, buku bergambar itu tidak menceritakan dengan jelas kapan semua kejadian yang di alami Duchess Sila. Semua bercerita tentang Duchess Sila sang tokoh utama yang menyedihkan. Lalu apa akhir dari Duchess Sila? Dan akhir dari buku itu?" -batin Sila.

"Apa aku harus membawa mu pergi dari sini? Noel..." Gumam Sila murung. "Kalau begitu aku harus memiliki banyak uang agar aku bisa menghidupi mu."

Sila menunduk berusaha mengecup kening Noel, setelah itu ia pun mulai berbaring di samping Noel dengan memeluknya agar Noel tidak merasa dingin, mengingat kamar Sila adalah loteng, tentu saja itu akan sangat dingin.

Tanpa Sila sadari, Noel mendengar semuanya. Noel bahkan di buat menangis karna kata-kata Sila. Ini lah kasih sayang yang Noel selalu harapkan. Sesuatu yang Noel kira tidak akan pernah ia dapatkan. Namun kali ini Noel mendapatkan hal itu.

*****

Pagi pun tiba, kini Sila sudah siap dengan gaunnya. Sementara Noel masih terlelap dalam tidurnya di sana. Sila yang melihat itu tersenyum menatap Noel.

Ia mulai berjalan mendekat ke arah Noel, setelah sampai di sana, langsung saja Sila duduk di kasur, tepat di sebelah Noel.

Tangannya mulai terulur menyentuh pucuk kepala Noel. "Noel?" Panggilnya.

Kemudian tangan Sila beralih mengelus pipi Noel Lembut.

"Noel? Bangunlah sayang. Sudah waktunya bangun." Ujar Sila Lembut.

"Nghhhh..." Lenguh Noel.

"Noel? Kita harus sarapan, kita akan meminta Ayah memberikan kamar untuk di tempati kita berdua. Apa Noel tidak mau?"

Mendengar itu, Noel yang tadinya tertidur kini langsung terbangun dan terduduk tepat di hadapan Sila dengan senyum yang merekah di wajah tampannya.

"Benarkah Ibu?! Noel akan tinggal di kamar yang sama dengan Ibu?" Tanya Noel sumringah.

Sila terkekeh. "Tentu saja." Ucapnya sambil mengelus pucuk kepala Noel.

"Kalau begitu, ayo bangun. Ibu akan membantu memandikan Noel dan mengobati luka Noel lagi." Ujar Sila.

Noel mengangguk patuh. "Baik Ibu!" Ujar Noel.

Noel mulai berdiri tepat di depan Sila sambil merentangkan tangannya bersiap untuk Sila melepaskan bajunya. Sila tersenyum, ia pun mulai melepaskan baju yang Noel pakai dengan telaten.

Setelah selesai, Sila mengandeng lengan Noel ke arah bathtub yang berisi air. Namun seketika langkah Sila terhenti kala mereka sudah sampai di sana.

"Ibu? Ada apa?" Tanya Noel.

Permintaan Perceraian, DUCHESS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang