BAB 12 ― Ini Bukan Akhir

122 18 3
                                    

"Veer, antarkan Ishita pulang. Kau juga harus istirahat. Sidhu dan Jenny akan menemani kalian. Biar aku dan Anwar yang berjaga di rumah sakit," kata Shakti kepada Veer dan mengusap bahunya. Veer mengangguk.

"Veer, bolehkah aku ikut denganmu? Ishita sudah seperti adikku, dan Meera... Aku berjanji pada Tuan Malik untuk menjaga seluruh keluarganya. Sekarang, aku kehilangan Meera dan adikku hanya tinggal Ishita," Raghav menawarkan diri untuk pergi bersama Veer.

"Tentu saja," ujar Veer setuju.

Mereka meninggalkan taman pemakaman sesuai yang telah mereka sepakati. Mereka beristirahat di rumah Ishita. Pada sore hari, Sidhu, Jenny, dan Veer pamit untuk pulang, membersihkan diri dan kembali lagi ketika sudah selesai. Ishita meminta izin kepada Raghav untuk pergi ke kamar. Raghav mengangguk dan mengingatkannya untuk memanggilnya kalau ia membutuhkan sesuatu. Ishita tersenyum lesu dan pergi ke kamarnya.

Ishita's POV

Aku melihat fotoku dengan kakak dalam bingkai di atas meja. Aku mengambilnya dan melihatnya lekat-lekat. "Aku masih tidak percaya ini, kakak. Kau meninggalkanku begitu cepat. Sekarang, aku tidak memiliki siapapun. Aku sendirian di sini. Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana aku akan menjalani hari-hariku? Tanpa suaramu, tanpa senyum dan tawamu, tanpa kehadiranmu, tanpa...dirimu. Siapa yang akan memelukku ketika aku membutuhkan itu? Siapa yang akan mendengarkan cerita-cerita konyolku? Kita sudah saling melengkapi tanpa Ibu dan Ayah, tapi sekarang aku pecah, aku tidak lagi lengkap."

Aku tetap memandangi foto itu dan tiba-tiba aku teringat cincin yang dokter berikan padaku di rumah sakit. Aku mengambil tasku dan mencari cincin itu. Aku mengeluarkannya dari tas, kemudian aku teringat kata-kata Veer. "Cincin ini... Kak Raj memberikan cincin ini padamu. Dia akhirnya melamarmu dan kau jawab 'ya'! Aku tidak dapat membayangkan betapa bahagianya dirimu saat itu, kakak. Tapi, kau pergi terlalu cepat setelah kebahagiaan itu. Maafkan aku, kak. Maafkan aku dan terima kasih untuk segalanya. Jika air mataku membuatmu sedih di sana, aku akan mencoba untuk tidak membiarkannya mengalir lebih banyak atas kematianmu. Beristirahatlah dalam damai, kakak. Seluruh cintaku mengiringi langkahmu dan aku akan merindukanmu."

⋇⋆✦⋆⋇ 

Beberapa hari setelah itu...

Raj masih dalam keadaan koma. Veer tetap menjaga komunikasi dengan dokter yang menanganinya, tapi katanya tidak ada tanda-tanda baik, bahkan detak jantungnya terus menurun. Yang dapat mereka lakukan adalah berdoa untuk hasil terbaik. Veer merasa sedih setelah mendengar kabar itu. Shakti pun merasakan hal yang sama. Veer hampir menangis, tapi Shakti mencoba menguatkannya. Mereka selalu berdoa untuk Raj.

Beberapa jam kemudian...

Dokter dan dua perawat terlihat panik. "Cepat, cepat!" seru mereka dari dalam ruangan di mana Raj memperoleh penanganan. Veer terlihat bingung memperhatikan mereka. Penuh kekhawatiran, ia bertanya-tanya, "Apa yang terjadi?" Nyatanya, para petugas medis yang berada di dalam ruangan itu mencoba melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Raj karena detak jantungnya terus menurun. Bahkan mereka menggunakan automated external defibrillator untuk mengembalikan detak jantungnya. Namun, monitor di sana tetap menunjukkan garis lurus. Beberapa menit kemudian, dokter keluar dan memberi tahu mereka tentang hal ini.

"Dokter, apa yang terjadi?" tanya Veer cemas.

"Maaf, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi ia tidak dapat bertahan," kata dokter, turut berduka atas kematian Raj.

Veer dan Shakti pun kaget.

"Tidak mungkin..." Veer sangat sedih. Shakti juga, tapi ia berusana mencoba kuat untuk Veer.

Itu merupakan hal yang sulit, tapi perlahan, mereka dapat menerima kenyataan. Mereka pikir mungkin ini yang terbaik untuk Raj. Ia tidak lagi merasakan sakit, dan yang paling penting, mungkin ia bertemu kembali dengan Meera. Mereka menyiapkan segalanya untuk pemakaman Raj. Tempatnya agak sedikit jauh dari makam Meera. Setelah mereka menyelesaikan upacara pemakaman, mereka kembali ke rumah.

Veer's POV

"Aku merasakan apa yang Ishita rasakan akhir-akhir ini. Aku merasa hampa sekarang. Aku tidak memiliki siapapun. Seseorang yang terbaik dalam hidupku telah meninggalkanku lebih dulu. Tapi, aku harus kuat meskipun hal ini menyakitkan." Aku pergi ke kamar kakak dan melihat sekeliling sampai aku melihat foto kakak di sana. Aku mendekati foto itu. "Lesung pipimu lucu sekali, kak! Hehehe. Apa kau baik-baik saja di sana? Aku harap begitu dan tidak merasakan sakit lagi ya? Sejak kita kehilangan orangtua kita, kau menjagaku dengan sangat baik.. Kau mencintaiku tanpa syarat, meskipun kita bukan saudara kandung, tapi kau telah melakukan yang terbaik untukku. Terima kasih atas semuanya. Oh, Pogo ji bagaimana? Kau akhirnya melamarnya, ya? Aku harap kau bertemu dengannya di sana dan hidup bahagia seperti yang pantas kalian dapatkan. Istirahatlah dengan tenang, kakak. Aku akan merindukanmu."

Dilwale 2: RE[AL]INCARNATION (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang