TF: 02

612 64 0
                                    


Warning!
Untuk yang takut dengan adegan berdarah langsung diskip

Happy reading~

Saat memasuki mobil sikap Krist berubah tidak ada lagi senyum manis yang terbit di bibirnya, tidak ada lagi tatapan polos yang terpancar dari matanya hanya ada tatapan dingin dan tajam. Mobil melaju dengan keheningan tidak ada tawa yang keluar dari bibir bewarna pink alami itu.

Saat sampai tempat tujuannya Krist langsung tersenyum miring sambil membayangkan apa yang akan terjadi nantinya. Saat masuk ke dalam hanya tercium bau anyir darah yang sangat menyengat, keadaan di dalam cukup gelap karena hanya diberi pencahayaan dari lampu yang mulai redup.

Dari tempat Krist berdiri terlihat seorang pria hampir setengah abad duduk dengan tangan dan kaki terikat disebuah kursi kayu serta mata dan mulut yang tertutup. Krist berjalan mendekati pria itu kemudian membuka penutup mata dan penutup mulutnya.

"Dimana dia?" Tanya Krist dengan nada dingin.

"Si-siapa yang kamu maksud?" Tanya pria itu lagi.

"Jangan pura pura tidak tau Tuan Nat, jelas anda tau siapa saya maksud" ujar Krist membuat Nat terdiam.

"Sa-saya tidak tau dia dimana" ujar Nat dengan gelisah karena tak ia bayangkan anak yang selama ini dikatakan polos bisa bersikap seperti ini.

"Anda yakin tidak tau dimana dia hm?" Tanya Krist lagi tapi kali ini sambil memainkan belati ditangannya, lalu memainkan belati pada kulit wajah Nat. Dan hal itu makin membuat Nat ketakutan.

"Saya memang tidak tau dimana dia"

"Uii, Sorry Tuan Nat" ujar Krist saat belati yang ia mainkan di wajah Nat mengenai kulit wajah pria paruh baya itu. Sedangkan Nat mengeraskan rahangnya sebagai pelampiasan rasa sakitnya. Darah mengalir di pipi Nat tepatnya pada bekas terkena sayatan belati yang dipegang oleh pemuda yang berwajah manis dan sedang memancarkan tatapan polos.

"Apa yakin Anda tak tau dimana dia Tuan Nat?" Tanya Krist dengan nada polos.

"Ti..Tidak" jawab Nat dengan terbata bata karena rasa perih yang ia rasakan dari pipi sebelah kirinya.

Jleb

Satu belati ditusukkan oleh Krist diperut Nat kemudian belati itu di cabut oleh pemuda yang biasa memancarkan wajah polos begitu saja, membuat darah segar mengalir dengan begitu derasnya.

"Masih ingin berkata tidak tau" ujar Krist yang masih memainkan belati yang sudah terkena noda darah. "Jelas jelas anak buah saya melihat anda bertemu dengan dia tadi malam, masih ingin mengelak kalau anda tidak tau dimana dia" lanjut Krist sambil menatap Nat setajam belati yang dipegangnya.

"Am...ampun sa...sakit sa..ya mema..ng ti..dak ta..au di..mana dia" ujar Nat dengan terbata bata dan nafas yang sangat memburu.

"Anda tidak tau kan okey" ujar Krist. Lalu Krist membuat menarik garis dari dahi hingga lehernya.

"Aarghhh hiks sa..sakit"

"Ini pilihan anda, dengan anda berkata tidak tau maka anda akan menerima resikonya" ujar Krist dengan tersenyum miring.

"Ma..af hiks sa..kit" tangis Nat mengisi keheningan di ruangan itu.

Two Faces (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang