"Wonwoo?"
***
Pria berkacamata itu duduk di balik meja kerjanya, menatap layar laptop yang menampilkan beberapa artikel terkait dirinya dan perusahaan yang ia bangun. Dia tersenyum simpul ketika mendapati beberapa kalimat yang membandingkan popularitasnya dengan perusahaan sebelah.
Tak dipungkiri lagi, popularitas perusahaannya sudah menjadi buah bibir di masyarakat Korea. Orang-orang akan selalu membicarakan tentang perusahaannya yang keren dan dirinya yang tampan, yah–tidak munafik karena memang dia tampan.
"Beberapa artikel baru di rilis hari ini, dan wawancara minggu lalu juga akan masuk dalam majalan bulan depan."
"Bagus. Pertahankan, dan cari media lain yang ingin mewawancaraiku." Ucap pria itu pada perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Rasa bangga muncul dalam hatinya, tak mengira bahwa rencananya menggait media-media besar Korea akan meningkatkan profit untuk perusahaannya. Itulah hal licik perusahaan. 'Semakin banyak kalian dibicarakan, semakin banyak juga konsumen yang tertarik', bisik Wonwoo pada salah satu sahabatnya yang sekarang sudah berdiri di depan mejanya.
"Jihoon. Kau sudah dengar beritanya?"
Pria dengan kulit putih itu duduk setelah Wonwoo menjabat tangannya. Pria bernama Jihoon itu hanya tersenyum geli melihat tingkat kepercayaan Jeon Wonwoo, membara bersama suara rendahnya yang melengking. Terlebih lagi setelah keluarnya berita-berita dari media picisan yang mengagung-agungkan lelaki berkacamata itu.
Tapi sekali lagi, mendengar ocehan seseorang tentang pencapaiannya bisa sangat membuat dirimu insecure. Jadi disinilah Jihoon kembali memutar matanya kesal sebelum akhirnya mengubah topik pembicaraan, sedangkan Wonwoo yang terus membanggakan dirinya sendiri.
"Aku punya kenalan untuk bisa kau tanyai perihal manufaktur aditif keluaran terbaru."
"Apakah kau sudah baca latar belakang perusahaannya?"
"Sudah. Dia temanku waktu kuliah di LA, jadi kau tak perlu khawatir. T-tapi... seperti biasa kau akan tetap khawatir, so aku akan mengirimkan berkasnya padamu." Jihoon yang menyadari tatapan tajam dari sahabatnya itu langsung mengerti arah pembicaraan dari mata rubah yang menyipit ke arahnya.
"You know me well, Jihoon. Kita tidak akan pernah tau siapa patner kita dalam bisnis jika tidak tau seluk beluk perusahaannya bukan?" tanya Wonwoo dan tentu saja semua tau bahwa seorang pemimpin perusahaan tidak ingin menjatuhkan perusahaannya. Walau kliennya nanti adalah teman dekat sahabatnya. "Jadi kapan pertemuannya?"
"Nanti malam, jam 8 di Loui Bar." Wonwoo mengangguk lalu menoleh ke sekretarisnya mengisyaratkan untuk mencatat jadwal itu dalam laporan harian.
Wonwoo kembali fokus pada perbincangannya dengan Jihoon terkait perusahaan dan kemajuan beberapa pemasokan barang yang mulai berdatangan seiring kebutuhan produksinya yang meningkat. Di balik wajah bodo amatnya Wonwoo, sebenarnya ada satu komentar yang terbesit dalam pikirannya saat membaca artikel tadi.
XXX (5 minutes ago)
-Perusahaanmu sampah! Aku lebih terima kau memberi karyawanmu makanan busuk ketimbang membeli semua hasil produksi barangmu. SAMPAH!-
Yah, satu komentar tidak akan menimbulkan masalah besar bukan? Tapi bagaimana jika orang-orang lain melihat hal tersebut dan setuju? Tidak mungkin, mereka sangat tau bahwa produksi perusahaannya sangat berkualitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GO AND KICK YOUR RIVAL [Meanie AU]
FanfictionSemua tau hidup dalam kemewahan dengan latar belakang pemilik perusahaan yang kaya raya tidaklah mudah. Semua tau dimana mereka harus memperjuangkan perusahaannya dan bersaing dengan lawannya walau itu sampai menyangkut nyawa. Ya mereka tau itu semu...