"Sejak kapan kalian berkencan?"
***
Mingyu menghela napas lalu mengelap wajahnya kasar. Dia baru sadar bahwa tindakannya sangat menyebabkan resiko besar. Apalagi setelah wartawan-wartawan beringas tadi yang dengan gamblangnya bertanya hal-hal di luar nalar. Bagaimana bisa mereka ada disana? Atas dasar apa juga yang membawa mereka kesana? Tapi bukannya berpikir logis, Mingyu yang panik langsung menarik tangan Wonwoo dan akhirnya wartawan-wartawan itu mengekori mereka saat masuk ke mobil yang berlalu dari restoran.
Disinilah sekarang, dua pria yang saling membenci satu sama lain duduk di kursi belakang mobil BMW hitam milik Mingyu. Seungkwan si asisten pribadi yang duduk di kursi depan bersama supir, hanya menatap atasannya dengan pandangan aneh seperti 'Kenapa orang ini ada disini? Bukankah dia musuhmu?'
Sedangkan Wonwoo hanya melihat ke luar jendela dengan perasaan canggung. Ia bahkan tidak tau apa maksud Mingyu menariknya tadi di antara kerumunan wartawan dan malah membawanya masuk ke mobil yang melaju berlawanan arah dari perusahaannya. Jelas-jelas ini penculikan.
Mingyu melirik pria disampingnya, sama dengan Wonwoo – ia juga merasa canggung. Tapi karena nasi sudah menjadi bubur, dan tidak mungkin Mingyu mengantarkan Wonwoo ke perusahaannya karena setelah ini dia ada rapat. Sedangkan Wonwoo hanya berharap diturunkan di suatu tempat dan menelpon supirnya untuk menjemput. Tapi karena suasana yang sangat aneh, mereka berdua berakhir membisu.
Seungkwan yang merasakan hawa aneh mencari cara untuk menetralkan suasana. Dia denagan kaku berusaha membuka tablet yang dipegangnya dan membuka jadwal Mingyu berharap ada hal yang bisa membuka percakapan. Setelah beberapa menit, untungnya sekretaris Joshua mengirimkannya pesan. Akhirnya ia membuka keheningan diantara dua musuh yang duduk dibelakang mobil.
"Tuan Kim, ada pesan dari Tuan Hong. Beliau meminta maaf karena rapatnya ditunda dan akan direschedule besok."
"Pastikan hal ini tidak terulang lagi, dan jangan sampai wartawan tau pertemuan ini. Ini pasti terjadi karena mereka tau ada orang yang gila kepopuleran."
"Maksudmu apa bicara seperti itu?!" Wonwoo membuka suara karena merasa tertuduh lalu menatap Mingyu yang malah bergidik bahu menanggapinya. Wonwoo mendengus lalu melihat otak dibalik peristiwa yang akan membuat dirinya populer tapi dicap sebagai seorang homoseksual. Ya, itu sih pemikiran wartawan.
"Bisa-bisanya kau berbicara seakan semua masalah datang dariku. Kau yang seharusnya memperhatikan sikapmu tadi. Kau malah akan membuat semuanya runyam. Kalau saja kau tidak menarikku masuk ke mobilmu, semua spekulasi itu tidak akan terjadi." Tambahnya dengan wajah yang sudah memerah menahan marah.
"Aku tak pernah berurusan dengan media sebelum kau muncul. Lagipula mereka juga berpikir bahwa kita berkencan, kau mau dikira sebagai pacar yang kurang ajar dengan pergi tanpa satu mobil dengan kekasihnya?" Jawaban Mingyu benar-benar membuat Wonwoo kesal. Siapa juga yang mau berpacaran dengannya. Mereka berdua laki-laki dan dia straight!
"Hentikan mobilnya!" Wonwoo berteriak mengagetkan Seungkwan yang sejak tadi mendengar pertengkaran bak rumah tangga yang sedang pecah.
"Jalan terus." Mingyu tetap dalam pendiriannya untuk kembali ke perusahaan. Toh nanti musuhnya itu bisa dijemput supirnya di perusahannya.
"Ku bilang hentikan mobilnya!" Wonwoo sudah diambang batas.
"Hei! Ini mobilku dan kau tak berhak menyuruh supirku untuk berhenti. Hubungi supirmu jika sudah di tempatku."
Mingyu menatap pria disampingnya dengan datar. Walau begitu sangat jelas tersirat bahwa Mingyu juga benar-benar marah, dan Wonwoo tanpa sadar menciut karena tatapan itu. Mingyu seperti iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GO AND KICK YOUR RIVAL [Meanie AU]
FanfictionSemua tau hidup dalam kemewahan dengan latar belakang pemilik perusahaan yang kaya raya tidaklah mudah. Semua tau dimana mereka harus memperjuangkan perusahaannya dan bersaing dengan lawannya walau itu sampai menyangkut nyawa. Ya mereka tau itu semu...