"Pukul 7 malam, Ketua Kim ingin mengajak Anda makan malam. P-perlukah saya menjawab undangannya, Tuan Kim?"
"Bilang padanya aku datang."
***
Mingyu meringis nanar ketika melihat bayangannya yang sudah rapi dari pantulan cermin di kamarnya. Seperti melihat orang bodoh yang mau-maunya diperbudak oleh semesta. Ia merapikan ujung lengannya tuxedo sekali lagi dan menatap wajahnya yang harus membuat senyum palsu saat dihadapankan pada kakeknya nanti. Begitu juga pendengarannya yang harus siap-siap disumpali agar tidak mendengar ocehan tentang jodoh dan jabatan. Tubuh tegap itu keluar dari kamar dan mengambil ponsel di atas meja ruang tamunya. Lalu melenggang pergi untuk menemui orang yang mengatur hidupnya.
Setelah perjalanan yang tidak memakan waktu lama. Mingyu keluar dari mobil bugatti hitamnya di depan rumah mewah, yang tentunya milik keluarganya. Dia tidak pernah menapaki rumah itu kecuali jika ada permintaan mendadak seperti makan malam ini. Tapi khusus malam ini, ia berjanji pada dirinya sendiri agar makan malam ini adalah makan malam terakhir dan tidak boleh ada pertengkaran. Setelahnya, ia akan mengatakan hal yang selama ini dia pendam untuk mulai serius mencari pasangan.
Matanya menatap lurus dan datar saat melewati beberapa pelayan yang membungkuk memberi salam. Lalu berbelok ke pintu kayu yang sudah dibukakan oleh pelayan disana. Mingyu berhenti setelah matanya mendapati kakeknya sedang menelpon seseorang yang lalu tersadar dan segera mematikan panggilan saat Mingyu tersenyum tipis menyapa.
"Kek, apa kabar?" tanya Mingyu pelan setelah membungkuk pada kakeknya.
"Baik. Tumben kau menanyakan kabarku." Mingyu hanya tersenyum lalu berjalan dan duduk di kursi yang sudah disiapkan.
Sebenarnya dia agak heran dengan ruang makannya kali ini. Beberapa furniture, hiasan dan tanaman hias disana berubah, bahkan detail-detail seperti lampu hias dan bingkai foto keluarga juga diganti dengan warna coklat, warna yang senada dengan pintu kayu ruangan itu. Padahal biasanya ruang ini hanya dihiasi berbagai macam pernak-pernik kaca milik ibunya tanpa ada unsur estetika.
Pria tua itu tersenyum menatap cucunya yang memperhatikan detail kecil yang ia rubah. Mingyu yang masih menyusuri sudut-sudut ruangan pun tersadar ketika matanya bertabrakan dengan mata kakeknya.
"Kau suka?" tanya Kim Jae Wook, sang Ketua Kim yang sering karyawannya sebut.
"Huh?"
"Interiornya, aku merubahnya sedikit. Lagipula aku bosan dengan benda kaca milik ibumu itu." Ucap pria tua itu sambil sesekali melihat hasil kerja kerasnya. Mingyu yang melihat itu hanya terkekeh.
"Tumben kakek repot-repot melakukan ini? Lagipula ini hanya makan malam biasa, tak perlu menyanjungku seperti ini."
"Tidak, aku tidak menyanjungmu. Hanya saja... karena hari ini ada yang spesial."
Mingyu melihat kakeknya bingung. Hari spesial apa hingga kakeknya harus merubah interior ruang makan itu? Padahal sejak dulu kakeknya tidak pernah mempersalahkan seperti apa bentuk rumahnya. Hanya ibunya yang cerewet tentang pernak-pernik dan furniture rumah. Bahkan ayah dan kakaknya pun tidak punya minat dengan hal yang mengandung keindahan.
"Hari ini akan ada yang datang untuk menyapamu." Tambah pria tua dihadapannya.
Ia baru teringat pesan Seungkwan saat di kantor tadi. Pesan yang didapat dari kakeknya untuk menyarankan menggunakan pakaian formal. Dan itu agak sedikit aneh bagi Mingyu yang mana ia selalu menggunakan pakaian casual saat bertemu dengan kakeknya. Ternyata ia sudah bisa menebak alasan pesan itu.
Mingyu mulai mengerti arah pembicaraan kakeknya. Dia bergeming setelah mendapat jawaban itu, yang artinya akan ada perempuan yang hadir pada makan malam kali ini. Perempuan yang akan dijodohkan dengannya. Perempuan yang akan membuat kakeknya berhenti menyuruh-nyuruh dan mengatur hidupnya ketika sudah menikah dengannya. Pemikiran itu sangat membuat tubuh Mingyu merinding. Ia belum siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
GO AND KICK YOUR RIVAL [Meanie AU]
FanficSemua tau hidup dalam kemewahan dengan latar belakang pemilik perusahaan yang kaya raya tidaklah mudah. Semua tau dimana mereka harus memperjuangkan perusahaannya dan bersaing dengan lawannya walau itu sampai menyangkut nyawa. Ya mereka tau itu semu...