04 : peperangan dengan 300 anggota mafia

50 24 16
                                    

*
*
*

Si kepala botak hanya terdiam sambil memegang kepala nya yang tidak gatal. "cih, kau ternyata tahu rahasia ku anak muda. Karena kau tahu rahasia ku maka kau harus mati di sini".

Si kepala botak mulaimelepaskan cincin emas yang berada di ke tiga jari tangan nya. Tanda kalau dia sedang bersiap siap untuk bertarung. "bukan aku yang mati di sini botak! Melainkan kau!, si kep*rat b*jingan tak tahu diri".

Isnin berdiri sambil berteriak ke arah si kepala botak. "lancang juga kau bocah kaca mata".

Si rambut kepang dari four brothers tiba tiba bangun dari pingsan nya. "heh kau yang sedang memakai jaket, mari bertarung sekali lagi bersama ku". Ucap nya sambil menunjuk kearahku. "hahaha kukira kau sudah mati, ternyata belum", aku tertawa sambil mengusap wajah dengan tangan.

Pertarungan pun dimulai lagi dengan sengit. Isnin melawan kepala botak, sedangkan aku melawan si rambut kepang. Pukulan pertama yang melayang ke wajah Isnin membuat Isnin sedikit terlihat ingin pingsan. Tapi aku yakin Isnin pasti menang. Aku tahu betul karakter isnin itu seperti apa, kuat, pantang menyerah, baik, dan pasti nya sangat membenci laki laki yang suka bermain tangan ke perempuan.

Gawat aku tidak boleh melamun saat bertarung. "lagi lagi kau melamun saat bertarung hahaha". Kepala botak itu memperingati ku.

Tiga puluh menit berlalu. Aku dan isnin yang sudah kehabisan tenaga berhasil mengalah kan wakil ketua mafia pagata tersebut sekaligus dengan four brothers. Kami berdua langsung keluar dari toilet tersebut.

Benar saja apa yang dikatakan Isnin. Semua fasilitas cafe milik ku hancur berantakan, dari kursi, meja, kaca jendela, dan kasir.

Aku sudah menduga kalau kasir pasti jadi incaran karena banyak terdapat uang di sana. Tapi kenapa banyak anggota mafia pagata yang terkapar di sini? Bukan kah Isnin kalah melawan anggota mafia pagata yang datang menyerang?.

"tenang Re kamu gak usah kebingungan begitu gampang saja aku, dua anak buah ku, dan satu barista cafe mu untuk menghabisi anggota mafia ini".

Ucap Isnin sambil melangkah jinjit menghindari anggota mafia pagata yang sedang terkapar di lantai cafe. Setelah aku keluar aku melihat barista cafe ku sedang duduk di trotoar depan cafe sambil merokok dengan dua anak buah Isnin.

"tumben lama sekali bos, biasa nya kalau melawan 5 orang hanya sekitar 5 menit". Ucap si barista sambil menghembuskan asap rokok nya.

"bukan sembarang orang yang aku lawan b*ngsat. Yang aku lawan itu four brothers atau biasa dipanggil monyet sabuk hitam".

Barista dan dua anak buah Isnin yang mendengar ucapan ku langsung terkejut.

"sudah ku duga tidak mustahil bagi bos jika bisa berhasil mengalahkan mereka ber empat". Ujar barista sambil duduk membelakangi ku dengan rokok yang masih dijepit di kedua jari tangan nya.

"yasudah kalian semua pulang biar aku dan Isnin yang mengurus ini semua". Ucap ku. Tak lama kemudian polisi datang karena mendengar laporan dari warga sekitar ada nya keributan di sekitar daerah ibu kota. Ya tidak lain dan tidak bukan yang membuat keributan itu berasal dari cafe ku sendiri.

Masalah cafe sudah selesai, tapi urusan aku dengan para mafia itu belum selesai. Karena aku masih penasaran siapa yang membayar mafia pagata untuk menyerang ku.

Sekitar jam sembilan aku dengan Isnin pergi kekantor polisi untuk mengintrogasi mereka berlima, si botak, dan four brothers. Karena tahanan baru yang belum ke pengadilan sementara di tahan di kantor polisi. Setelah aku bertemu Aku langsung bertanya siapa yang menyuruh nya untuk menyerang ku.

Hingga hampir 30 kali aku menanyakan hal yang sama tapi dia tetap enggan berbicara. Jika saja tidak ada jeruji besi di sini dan polisi yang mengawasi kami bertujuh.

CRUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang