07 : masa lalu

17 9 5
                                    

10 tahun yang lalu.

Beberapa tahun aku lalui di sekolah baru hingga aku lulus. Ayah memutuskan aku untuk sekolah di SMP asrama yang sangat terkenal akan kehancuran nya.
Jauh berbeda dari kedua sekolah yang pernah aku datangi, sekolah ini bagaikan neraka.

Bully, kekerasan, merokok, sudah wajar di sekolah asrama itu. Entah apa yang dipikirkan ayahkua saat itu, dia hanya menyentuh pundakku saat ingin masuk kedalam gerbang sekolah dan berkata lirih. "Nak, maafkan ayah mu ini yang sangat keparat dan jahat, tapi ini adalah jalan terbaik untuk mu anakku, kau itu sebenar nya anak yang baik dan sopan, t-tapi sekali lagi maafkan ayah nak", lalu dia pergi begitu saja dengan mobil sedan hitam dan para pengawal nya.

Saat itu aku masih berumur 12 tahun dan tidak tahu apa-apa. Hari demi hari telah dilalui. Ya, aku kena bullying lagi di sana.
Entah mau sampai kapan aku seperti ini, dipukul, diinjak, dipalak. Aku hanya bisa diam dan diam hingga, suatu hari dia datang, Isnin, ya dia orang pertama yang mau berbicara denganku dengan baik tanpa kekerasan.

"Kenalin gw Isnain, panggil aja Isnin", laki-laki yang lumayan tampan itu menyodorkan tangan membantuku untuk berdiri.

"N-nama aku Sognatore, panggil aja Tore"
"Sognatore? Aku pernah mendengar nya di kamus besar Italia So-gna-tó-re yang arti nya pengkhayal, hmm gw lumayan suka nama lu. Ah, lu udah makan? Kalo belom ke kantin aja ama gw nanti gw traktir."

Isnin, dia orang baik dan tahu tata krama tapi disegani oleh para murid-murid di asrama ini, tidak ada yang berani macam macam dengannya.
"Tore. Gw pernah denger kasus tentang lu sekitar 3 tahun lalu, masalah kekerasan, sampai hampir membunuh kakak kelas nya sendiri. Hahaha, gak gw sangka lu masuk asrama ini", Isnin melahap bakso nya yang masih panas.

"ah iya gw denger-denger ayah lu pemilk perusahaan In Live, ya kan?", sambung nya. Aku hanya mengangguk sambil menusuk daging bakso sapi dengan garpu.
Saat itu aku langsung dekat dengan Isnin, aku tahu kalau Isnin ini orang baik, ramah, dan disegani.

Beberpa bulan kemudian saat ingin mendekati ulangan tengah semester. "Re, lu gak ada minat bikin gang (kelompok)?", Isnin menghampiriku yang sedang menulis diary di kelas sambil menepuk nepukan jaket kulit nya yang basah karena hujan.

"kelompok bakal apaan?"

"Ya buat membela yang lemah dan berantas yang jahat"

"hmm, yaudah berarti sekarang lu anggota gw yang pertama"

"eits..., di sini kalo mau bikin kelompok atau gang kita harus nentuin ketua nya dengan bertarung satu lawan satu di gedung belakang sekolah"

"yaudah, nanti pas jam pulang aja kita liat siapa yang menang lu apa gw"
Jam pulang pun tiba.

Berita tentang aku yang akan bertarung melawan Isnin tersebar luas, semua anak bergerombol datang ke gedung belakang sekolah, lebih tepat nya gudang bukan gedung, karena tempat nya yang sepi kotor dan tidak terawat. Pertarungan dimulai tanpa senjata, murni tanpa ada kecurangan. Hanya butuh waktu 20 menit aku berhasil mengalahkan Isnin si raja asrama itu. Aku menyodorkan tangan membantu Isnin untuk bangun seperti yang dilakukan Isnin 7 bulan lalu saat pertama kali aku dan Isnin bertemu.

Isnin hanya tersenyum dan menerima kekalahan nya, dia juga sudah tahu bahwa dirinya lah yang akan kalah. Kini aku memilih satu persatu anak yang bisa dijadikan kelompok tanpa ada nya pemaksaan karena semua anak asrama sudah tahu kalau aku berhasil mengalahkan Isnin. Semua sudah berjumlah 105 anak termasuk kakak kelas asrama, dan itu lah awal mula terbentuk nya kelompok yang bernama Cruz yang berdiri sampai sekarang tapi sudah diambil alih oleh Dux.

Kembali ke 10 tahun kemudian.

Syam yang mendengar ceritaku panjang lebar itu langsung tertidur pulas di atas meja makan, "haduh..mau tidak mau harus digendong ke kamar nya nih, tapi kan gw laki masa iya gendong perempuan." Aku bergumam sendirian.

CRUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang