05 : tawaran

28 18 5
                                    

Dua tahun berlalu. Aku dengan Isnin kuliah di universitas yang sama. Pagi ini aku sedang tidak ada kelas, dan aku sangat bosan di atas kasur sambil rebahan tanpa ada kegiatan maupun kerjaan. "drr...drrrr.....", suara handphone ku berdering Isnin yang menelepon.

"ya Nin, ada apa?"

"lu hari ini lagi gak ada kelas kan?"

"iya, emang ada apa?"

"gimana kalo hari ini lu temenin gua ke toko buku di sektor 4?"

"hmm...yaudah ketemuan di pertigaan jalan kaya biasa ya"

Telepon pun berhenti. Aku langsung menyambar jaket bomber ku yang tergantung di pintu dan menuruni anak tangga. "mau pergi kemana bos?", tanya anak buah ku yang sedang menyiap kan sarapan. "hanya ingin bertemu dengan Isnin", ucap ku sambil mengambil sepotong roti panggang di atas meja makan. "ohh...yaudah bos hati hati di jalan".

Saat aku keluar aku disambut oleh para anggota mafia pagata. kelompok mafia pagata sudah ditangan ku sesuai dengan janji wakil ketua mafia kalau aku menang melawan dia kelompok mafia pagata akan jadi milik ku. "pagi bos!!", ucap para anggota dengan serentak. "Iya pagi juga, kalian semua sudah sarapan?", aku yang masih melahap roti panggang menanyakan mereka.

"sudah bos, tadi di warung makan dekat sini"

"oh..yasudah aku berangkat dulu ya, kali ini tak usah ada pengawalan khusus, aku hanya ingin bertemu sesorang"

"baik bos"

"ah iya seperti biasa aku berpesan kepada kalian jangan sesekali berbuat onar atau masalah dan paling penting jangan sesekali menyakiti perempuan, sekali aku melihat kalian menyakiti perempuan tak segan segan aku untuk memukuli kalian satu persatu. Satu lagi lepas topeng kalian ketika menjaga daerah sektor 3, aku benci dengan laki laki berwajah dua"

Aku langsung membuka gerbang dan keluar dengan sepeda merah ku. Hari ini cuaca nya sedikit mendung untungnya aku sudah menggunakan jaket bomber. Terlihat dari kejauhan Isnin sedang menunggu di pertigaan jalan. "udah lama nunggu nya nin?", aku mulai turun dari sepeda.

"gak baru juga sampe, ini mau nelpon lu takut ketiduran lagi"

"ohh..kirain udah lama, yaudah langsung ke toko buku aja kalo gitu"

Aku dan Isnin mulai menginjak pedal dan berangkat menuju toko buku di sektor 4. "ah...untung sampai duluan sebelum hujan turun Re", Isnin mulai menepuk nepuk jaket sukajannya yang basah karena gerimis. Aku tidak menanggapi Isnin dan mulai memasuki toko buku yang berlantai empat itu. "memang nya buku apa yang lagi lu cari Nin?", aku mulai menaiki eskalator mengikuti Isnin dari belakang.

"novel kaya biasa, tapi kali ini ada novel baru terbit dari penulis terkenal dan best seller", aku tidak menanggapi Isnin lagi, karena tangan ku tersetrum eskalator dikarenakan tangan ku yang masih basah, Isnin hanya tertawa melihat ku kesakitan. "hmm jadi kau sudah dengar berita tentang Syam yang sudah putus sama Reza?", tanya Isnin sambil mencari buku di rak khusus novel. "ya aku sudah mendengar dari salah satu teman ku, ya sudah pasti diputusin lah kan si Reza duluan yang bikin masalah", aku juga ikut melihat dan membuka buku novel.

"bukan Re, lu salah, yang mutusin itu si Reza bukan si Syam nya"

"hah? Memang kenapa Reza mau mengakhiri hubungan dengan wanita secantik bunga mawar itu?"

"karena lu Re, karena lu nolong Syam dua tahun lalu, si Reza jadi kesal ke Syam gara gara udah ngadu ke elu dan sekaligus cemburu, makanya diputusin"

Aku tidak merespon ucapan Isnin, aku hanya merasa bersalah ke Syam karena sudah merusak hubungan nya dengan Reza. "selesai beli buku mau kemana Nin?", tanya ku sambil membuka buka buku novel dari rak buku. "ke cafe lu aja kaya biasa sekalian makan", Isnin sudah memilih buku dan menuju ke kasir, aku hanya meng iya kan nya.

CRUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang