Day End : Reality

1.5K 226 35
                                    

Attetion please! Kalau suka boleh di vote dan comment biar akunya tambah semangat nulisnya. Happy reading hope enjoy it! Typo bertebaran!

Jeno membuka matanya dan yang ia lihat adalah masih di ruang tengah rumah Mark, dia menatap teman-temannya yang kelihatan kebingungan, Renjun sekarang berada di belakang mereka, mereka membalikan tubuh dan menatap Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno membuka matanya dan yang ia lihat adalah masih di ruang tengah rumah Mark, dia menatap teman-temannya yang kelihatan kebingungan, Renjun sekarang berada di belakang mereka, mereka membalikan tubuh dan menatap Renjun.

" Selamat datang di stage terakhir, stage emosi dan dendam Jaemin." Ucap Renjun sembari bertepuk tangan, tiba-tiba Jaemin datang sembari tersenyum mengerikan di tangannya ada sebuah pisau.

" Akhh!! Tidak!" teriak Haechan.

" mustahil!" ucap Chenle, harusnya Jaemin masih terbaring di tengah mereka dengan tubuh terikat dan lakban di mulutnya namun sekarang ada di hadapan mereka.

" selamat datang di stage balas dendamku." Ucap Jaemin.

" Kalian sepatutnya menyadari kalau selama ini kalian masuk kedalam dunia penyesalan, dan pembalasan. Karena sayangnya aku di dunia nyata menjadi gila." Jaemin membuat raut sedih namun seketika tersenyum kembali.

" Jaemin! Jangan begini ku mohon.. Aku minta maaf, aku minta maaf." Chenle memohon sembari mengepalkan tangannya.

" Maafkan aku jaemin." Ucap Haechan semua orang jadi menunduk dan memohon pada jaemin.

" Aku bukan Tuhan! Jangan memohon padaku, kalian menjijikan! Kalian merusak hidupku! Kalian membunuh jiwaku secara perlahan!! Kalian memang bajingan sekolah!" Ucap Jaemin menggebu-gebu.

" Kami minta maaf Jaemin, kami minta maaf." Haechan memohon pada Jaemin.

" Tak ada kata maaf untuk saat ini, tak ada!"

Jaemin semakin mengepalkan pegangan pada pisaunya erat, Jaemin menatap satu persatu teman di hadapanya, tagapanya menatap Jeno yang menunduk sembari bertekuk lutut di hadapannya.

Jaemin mendekati Jeno terlebih dahulu, ia memegang dagu Jeno agar pria itu menatap ke arahnya, Jaemin tersenyum lalu mendekatkan dirinya sekarang wajah mereka hanya terpaut dua senti saja.

" Kau penghacur terbesar hidupku, mentalku, dan jiwaku Lee Jeno. Kau menghamiliku lalu kau membunuh anaku, dua kali kau membunuhnya sama seperti di alur ini, kau menjebakku seolah-olah aku membunuh guru tua itu padahal bukan aku! INI JEBAKAN KALIAN!." Jaemin menjambak rambut Jeno.

" Lalu apa yang harus ku lakukan." ucap Jeno, Jaemin tersenyum remeh.

" Lihatlah kalian, bagaiman cara pria bajingan ini mati ditanganku!" Jaemin menaikan pisaunya.

" TIDAK JAEMIN JANGAN!!" Teriak Chenle.

" Kenapa? Kau mau menggantikannya lebih dulu?" Tanya Jaemin sembati menaikan sebelah alisnya.

" tolong maafkan aku, aku berjanji akan melakukan apapun yang kau pinta."

" Tidak, tidak perlu. Terimakasih tawarnya, kau tidak pantas menjadi babu sepertiku dulu dan aku tak pantas mendapatkan kasih sayang orang tuamu begitu bukan? Dan kau harusnya duduk sembari mengoceh dan menikmati makanan mahalmu lagi." Chenle tertohok mendengar perkataan Jaemin.

From Within My Soul || ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang