4. Gue Zahid, Tetangganya Tetangga Zahid

15 4 1
                                    

Zahid menghela nafas panjang. Terdengar jelas sebab bangsal rumah sakit tempatnya berada kini tampak kosong. Hanya ada seorang perempuan yang terbaring tak sadarkan diri.

“Kenapa gue ngejar-ngejar Lo? Tanyanya bingung.

Zahid POV

Ini terlalu cepat terjadi. Dalam satu hari, aku mengejar seorang perempuan tak dikenal sampai terlibat kejadian sebesar ini.

“Kenapa gue ngejar-ngejar Lo?” tanyaku. “Lo itu siapa sih?” sambungku lagi. Ini nafas tanda kebingungan yang kesekian kali aku embuskan. Kupandangi wajahnya. Dia seperti tertidur dengan tenang. Ketenangan yang aku lihat saat dia menyanyikan lagu itu. Tapi kenapa di waktu berbeda, dia sepanik dan setakut itu?

“Dih, kenapa lagi gue mikirin Lo?” aku tersentak dan segera bangkit dari ranjang rumah sakit kosong yang sedari tadi menjadi tempatku berbaring sambil memperhatikan perempuan itu.

Sejenak, aku memandanginya. Kemudian menyambar tasku dan pergi menjauhi ruangannya. Berbelok ke lorong kiri dan melihat jam tergantung yang menunjukkan pukul 18.20

“Udah magrib nih,” ucapku sambil berlalu.

***

Keluar dari masjid yang tak jauh dari parkiran rumah sakit, aku tiba-tiba terdiam. Apa tak masalah aku meninggalkan dia sendiri?

“Ah, biarin. Kan ada perawat. Administrasi juga udah selesai. Paling nanti keluarganya dateng,” ucapku pelan sambil memakai sepatu. Aku yang masih memakai seragam sekolah segera mengeluarkan jaket dari dalam tas dan memakainya cepat sambil berjalan menuju parkiran.

Tak menunda-nunda, aku menghampiri motor dan segera memecah kota di malam hari. Menyusuri jalan dengan lampu kendaraan yang membuatnya semakin estetik.

Lima menit berlalu, aku berbelok ke sebuah kafe yang tak cukup ramai. “Mungkin karena masih maghrib. Belum banyak yang nongkrong,” pikirku. Setelah memesan secangkir coffe latte, aku segera menuju kursi paling pojok. Menyimpan tas di atas meja dan memasang earphone ke telinga. Segera lagu-lagu indie mengalun di sana. Kesempatan yang tepat sebelum kafe memutar lagu atau grup band mulai bernyanyi di panggung kecil yang disediakan.

Author POV

Kaki Zahid mengetuk-ngetuk lantai kafe. Sesekali kepalanya mengangguk dengan mulut yang ikut menyanyikan lagu yang terdengar melalui earphone. Jemarinya lihai membuka obrolan grup yang terdiri dari tiga orang.

Yandi :
Katanya sore tadi ada yang ketabrak mobil ya? Lokasinya gak jauh dari sekolah

Biyu :
Tumben lo update berita, Yan

Yandi :
Kan korbannya cewek. Jadi update dong wkwkwk

Biyu :
Giliran cewek, lo 4G. Pantesan susah dapetin Kayla. Cinta lo banyak perempatan!

Yandi :
Eh Kayla tuh ibarat rumah. Dia itu tujuan. Kalau masih di jalan mah lihat yang cantik gapapa atuh tengok dikit

Biyu :
Awas karma loh, Yan

Yandi :
Biar semesta yang menunjukkan. Sebab tugasku hanya terus berjalan.

Zahid :
Dih, kok gue gak asing ya sama tuh quote

Yandi :
Makanya jangan nitipin barang rahasia Lo sama gue, Hid. Bisa-bisa gue nembak Kayla pake quote dari buku Lo wkwkwk

Zahid :
Gue sumpahin nggak pernah dapetin Kayla Lo, Yan

Yandi :
Ya udah berarti dia terus nempel sama Lo wkwkwk

Zahid :
Keluar Lo! Gue ke rumah Lo sekarang

HurricaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang