2019.
Udara hari ini tidak baik. Sebab, alam memberi alarm agar kita---aku dan kamu, mengucap kata yang sudah saya hapus dalam ruang namamu.
Saya berdiri empat kaki dari tempatmu, dengan kebingungan-kebingungan yang mematikan langkah menuju arahmu.
Harapannya; saya tidak boleh berani. Saya harus tetap bingung biar tidak kehilangan wajahnya dalam ingatan. Tak apa melihatnya dari jauh untuk terakhir kalinya, biarkan dia bersenang-senang ditengah badai ketakutan dalam hatiku. Tak apa bila matanya tidak melirik ke arah bulan yang harinya hampir habis.
Namun, badannya berputar, langkah kakinya mendekat. Kemarin saya masih bisa berharap derap langkahnya menuju saya dengan sebuah titik tujuan. Tapi tidak sekarang, Griz berputar-lah cari tujuan lain.
"Mau foto, tidak? Ini yang terakhir, loh,"
Berarti, benar. Griz menyematkan perpisahan sebagai kata terakhir pada buku sekaligus ruang hidup yang saya ciptakan untuknya.
Kami mengabadikannya. Bersama senyumnya, bersama hatiku yang bergulung mengarah jurang paling dalam.
Cekrek!
Semuanya benar selesai.
Happy graduation, Griz. Harusnya memang saya sudah mengucapkan untukmu dua tahun yang lalu, tepat setelah acara perpisahan, atau saja, setelah pengumuman kelulusan. Tapi, saya ialah makhluk paling pengecut yang tidak berani berpisah denganmu, Griz.
----
Untuk pembaca Griz yang hari ini kelulusan, selamat ya! Semoga kisah kalian benar selesai sampai kata lulus tadi disuarakan, jangan sampai terjebak sama masa lalu yang ingin di ulang ulang karena sudah tidak bisa lihat dia dari dekat. Ohiya, kamu sudah hebat sampai dititik ini, sekali lagi, selamat sayang-sayang ku 😛🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
G R I Z
RandomIsi segala susah-susah dikepala tersusun dalam nama; Griz. Pemilik tapak kaki paling ku ingat nyaringnya di kelas.