Indonesia Tengah, 4 Juni tahun kelulusan masa SMA.
Kepada;
Griz
Di bumi mana pun dia berada.Griz...
Apa hal yang paling mendambakan selain mencicipi secangkir kopi dengan rasa yang pas?
Duduk di pinggir pantai?
Menghirup sejuk-sejuk embun di puncak?
Jauh dari huru-hara kota?
Atau, mendekap seorang kekasih?Griz...
Nyatanya rindu hanya menitipkan satu hal yang paling menyebalkan; kenangan. Ia membuat segalanya menjadi rumit, padahal, kapan saja saya bisa melupakanmu.Griz...
Tahun ketiga setelah kelulusan putih biru hari itu, rasa simpati sesosok cinta sudah hilang untuk saya. Saya menjadi tidak nyaman pada kata perkenalan. Bumi menjadi asing.Bolehkah kamu menjadi pulang saya, Griz?
Tidak ada yang asing bersamamu. Tidak ada yang tertinggal semenjak duduk di sampingmu. Tetapi, saya sudah memulangkanmu pada bab sebelumnya. Merakit sebuah perahu dengan perlahan, menaruh sebuah doa pada jantungmu, membisikkan pada angin agar kamu tidak terluka.
Sudah sampaikah kamu di rumahmu, Griz?
Bila iya, selamat hari kelulusan, Griz. Sekalipun sudah lewat beberapa minggu. Tak apa, kan? Bercakaplah dengan embun sesekali, biar tidak lagi nelangsa perasaanmu.
Tertanda,
Mawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
G R I Z
RandomIsi segala susah-susah dikepala tersusun dalam nama; Griz. Pemilik tapak kaki paling ku ingat nyaringnya di kelas.