once friends, forever friends;

991 178 3
                                    

Jeno melempar sekotak rokok ke atas pangkuan Jaemin, yang jika dihitung, sudah lebih dari sepuluh menit ia duduk di sana. Menunggu Jeno dengan kekehan lirih terdengar.

Rooftop sekolah menjadi si latar tempat pertemuan mereka kali ini, setelah hampir tiga minggu tidak bertatap muka.

"Masih kayak biasa, kan?"

Tanya Jeno sambil mendudukkan badannya di samping Jaemin. Mematik rokok untuk segera ia hisap dalam. Aroma yang asap keluarkan langsung menyapa tengggorokkan, meluncur manis melalui pembuluh darah. Bersarang di jantung yang apabila terus dilakukan, akan berdampak kematian.

Untuk kali ini, Jeno biarkan. Sebab hati dan akal pikiran sedang tidak sejalan. Dengan apa dan kenapa Jaemin mengajaknya kembali berbicara. Padahal sudah jelas ia tidak ingin lagi adanya baku hantam.

"Gimana Lo sama Renjun?"

Merampas paksa rokok yang ada di selipan tangan, Jaemin berhasil menyulut emosi Jeno kembali meninggi. Menatap pria yang memiliki tatapan teduh itu dengan guratan amarah.

"No Cigarettes, okay? Gue mau ngomong serius sama Lo. Tentang salah pahamnya kita."

Jeno beri senyum remeh, yang di balas gelengan kepala dari Jaemin. Jeno dan keras kepalanya, ternyata masih susah untuk dipisahkan.

"Lo mau apalagi sih, Jaem? Gak kelar kelar kayaknya ya Lo gangguin gue sama pacar gue."

"Kalem, Jen. Gue nanyanya juga biasa kok. Kenapa Lo sewot?"

"Pertanyaan Lo gak penting soalnya. Cepet deh bilang Lo mau apalagi ajak gue ketemu?"

Hendak beranjak, Jaemin sudah lebih dulu menahan pergerakan Jeno. Masih menahannya untuk tetap berada disini, sebelum kesalahpahaman diantara mereka jadi serumit jarum yang hilang di tengah jerami.

"Gue minta maaf, Jen. Gue tau gue salah. Gak seharusnya gue ngancem Lo, dan gak seharusnya juga gue ganggu hubungan kalian. Lo mau kan maafin gue?"

Renjun benar, apa yang baik, maka ia baik. Dan Jeno pun sadar betul, bahwa pria yang sudah bersamanya sejak kecil ini, bukanlah orang jahat seperti apa yang akal sehatnya bayangkan.

Jaemin masih tetap sama. Orang yang selalu ada disisinya dalam keadaan apapun. Orang yang selalu percaya pada Jeno ketika dunia bahkan menyuruh semesta untuk menjauhinya.

Jaemin orang baik. Dan akan tetap menjadi baik.

"Jaem..."

Lantas Jaemin tertanwa renyah. Melihat ekspresi sahabatnya yang kelewat drama.

Mengembalikan kembali rokok yang sempat ia sita, Jaemin beri Jeno senyum sejuta makna.

"Kali ini gue beneran nyerah, Jen. Renjun keliatan bahagia banget sama Lo. Gue titip dia, ya. Ajak bahagia terus anaknya. Karna kalo sekali lagi gue liat ada duka, Lo adalah orang pertama yang gue singkirkan."

Menepuk bahu Jeno perlahan, Jaemin juga ikut mematik rokoknya. Menghisap bau tembakau dari lintingan kertas terlalu dalam. Sampai rasanya, sesak di dada ikut terbakar bersama abu rokok yang kian berterbangan.

"So, we're fine, now?"

Jaemin mengangguk. Beri sekali lagi senyum paling tulus. Tentang cinta yang tidak harus memiliki, kini ia rasakan. Bahwa merelakan, adalah kemenangan dari segala bentuk perjuangan.

"Yeah we're fine now. Because once firends, forever friends, right?"

Jaemin dan bahagianya, biar dia yang meluruskan. Tentang kapan dan siapa, tolong dijadikan kejutan.

Sebab anak baik, hanya pantas bersanding dengan yang baik juga. Iya, kan?

🌈🌈

Pelangi; NoRen ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang