Ada suara siulan.
Safa menoleh, lalu tersenyum pada seorang cowok yang sudah berdiri di ambang pintu kelas. Kemudian bibir Safa bergerak mengucapkan sebuah kalimat tanpa suara, "Sebentar."
"Aku duluan, ya," ucap Safa.
"Oke!" balas Elsa.
Lalu, Safa pulang bersama Langit dengan motor merah miliknya yang terparkir di parkiran sekolah.
Setelah dua puluh menit berkendara sepeda motor dari sekolah, mereka sampai di depan rumah Safa.
"Aku langsung balik ke sekolah ya."
"Ya udah, aku masuk duluan. Makasih."
"Sama-sama."
Setelah Safa menghilang dari pandangannya, Langit langsung menghidupkan motor dan bergegas kembali ke sekolah.
☁︎
Saat Safa masuk ke rumahnya, aroma masakan langsung menyeruak menyambut kehadirannya.
Membuat Safa lapar seketika.
Ia tahu aroma masakan yang harum dan pastinya lezat itu dari arah dapur. Benar saja, Riani sedang mengasah keahliannya.
"Mam, ini pasti enak banget!" ucap Safa saat melihat meja makannya sudah tersaji beberapa hidangan. "Baunya aja kecium sampai depan."
"Sayang mau? Ayo makan bareng," ajak Riani.
"Mau!"
"Sana kamu ganti baju dulu."
Safa menurut dan segera mengganti seragamnya dengan kaos santai rumahannya. Setelah itu, ia menyantap masakan yang lezat itu bersama sang koki kesayangannya.
☁︎
Langit berjalan ke tengah lapangan futsal dengan santai. Lalu menempatkan diri di barisan bersama teman-temannya.
"Langit!"
Yang dipanggil langsung maju.
"Sori, Bang. Gue telat."
"Lo niat nggak sih?!" tanya Gibran yang enggan membalas ucapan Langit.
Langit mengangguk.
"Lo itu kapten, Lang. Harusnya lo udah siapin tim lo ini buat latihan lebih awal, bukan malah ilang-ilangan!"
"Iya, Bang."
Tak berselang lama, Gibran kembali bersuara. "Kalian tinggal punya waktu satu hari lagi buat latihan, besok. Jadi gue mau besok kalian latihan dari pagi sampe sore."
"Namanya lo nyiksa kita, Bang!" seru Langit.
Gibran menatap Langit dengan tajam. "Terus lo maunya gimana? Ngekang aturan gue?!"
"Gue maunya kita latihan pagi sampe siang aja. Jadi kita semua juga punya waktu istirahat sore sampe malem sebelum turnamen."
Gibran mengangguk-angguk, lalu bertepuk tangan. "Kalau lo punya cara sendiri buat atur tim lo menuju turnamen. Kenapa lo minta bantuan gue? Dan ujung-ujungnya cara gue nggak lo pake."
"Gue minta bantuan lo buat latih kita, karena gue tau lo mantan kapten futsal sekolah. Tapi yang lo lakuin malah nyiksa kita, Bang. Bukan bantu kita!"
Brughhh ....
Langit tersungkur dengan satu pukulan dari Gibran. Teman-teman team anggota futsal yang melihat hal itu langsung menolong Langit.
"Kalau dari awal gue tau akan kayak gini, gue nggak akan pernah bantu kalian masuk turnamen," ucap Gibran.
"Kalau lo mau keluar, silahkan!" ucap Langit. "Kita nggak butuh pelatih model kayak lo gini, Bang!"
Brughhh ....
"Mendingan lo semua mundur dari turnamen besok, kalau kalian nggak mau nanggung malu karena kalah!" ucap Gibran.
"Nggak ada kata mundur buat kita. Ada atau tanpa lo juga, kita bakal tetep maju ke turnamen. Kita bukan pengecut yang awalnya cuma bertekad bisa, tapi akhirnya mundur juga!" peringat Langit.
"Lo-"
Sebuah pukulan keras kembali di dapat Langit. Sepertinya Gibran sangat tidak suka padanya, setiap kali dirinya berbicara, pasti pukulan lah balasannya.
"Kenapa, Bang?! Lo kayaknya nggak suka banget sama gue? Setiap gue bicara, lo selalu pukul gue. Kalau lo ada dendam sama gue, ayo, hajar gue sekarang!"
Brughhh ....
ִ ֗ ִ ˑ ִ ֗ ִ ˑ ִ ֗ ִˑ ִ ֗ ִ ˑ ֗ ִ ˑ ֗
BAB 4 〙505 Kata
Draf : 3 Juni 2021
Dipublikasikan : 7 Juni 2021〘 VOTE 〙〘 KRISAR 〙
#stoplagiat
Swipe Up!
to next story
KAMU SEDANG MEMBACA
sky [New Story]
Teen FictionKetika sebuah kisah yang berawal manis, harus berakhir dengan tragis. Draft : 30 Mei 2021 Dipublikasikan : 6 Juni 2021 !!WARNING!! sky adalah ceritaku, ditulis sesuai ideku, dan dirangkai dengan gaya bahasa & tulisanku. dilarang copy paste #stoplag...