6 〙 sky

6 6 2
                                    

Keesokan paginya.

Di meja makan.

"Sayang, hari ini Mama mau ke Bogor. Mungkin sampai besok. Kamu nggak apa-apa di rumah sendiri?" tanya Riani.

Safa yang sedang menyantap capcai buatan koki hebat kesayangannya pun seketika menoleh. Dia tersenyum lalu menggeleng.

"Nggak apa-apa kok, Mam."

Kemudian melihat ke sahabatnya. "Kan ada Langit yang bisa Safa repotin," ucapnya tanpa berdosa.

"Sudah kuduga," lirih Langit.

Safa yang masih bisa mendengarnya hanya bisa senyum-senyum sendiri. Terkadang merepotkan Langit itu menyenangkan, tapi terkadang ia juga kasihan pada orang yang telah direpotkannya.

"Langit pengin oleh-oleh apa dari Bogor? Makanan, minuman atau yang lain?" tanya Riani pada Langit.

"Apa ya, Tan?" katanya sambil berpikir. "Nggak dulu aja, Tan. Langit nggak pengin apa-apa sekarang."

"Aku nggak ditanyain pengin apa?" tanya Safa iri.

Riani menghela napas, lalu tersenyum pada putrinya. "Sayang, kamu pengin sesuatu dari Bogor? Nanti biar Mama belikan."

Seketika senyum Safa mengembang setelah mendengarnya. Ia pun berpikir apa yang akan ia minta dari sang Mama. Yang pasti yang tidak ada di Jakarta dan hanya ada di Bogor. "Ehmmm ...."

Tak lama Safa melihat ke mamanya. "Mama nanti ke Villa nggak?" tanyanya penasaran.

"Iya. Ada urusan juga di sana. Kenapa mau ikut Mama?" Riani menjawab dengan menatap putrinya.

Safa menggeleng cepat, mengingat besok ada acara yang menunggu kehadirannya. "Enggak, ah. Besok kan Langit ada turnamen, masa Safa nggak nonton."

Langit tersenyum saat mendengarnya.

"Ya, terus kamu maunya dibelikan apa dari Bogor?" tanya Riani kembali ke topik.

"Safa nggak mau dibelikan apa-apa," jawabnya setelah berpikir panjang. "Aku cuma mau minta tolong sama Mama, itu pun kalau Mama ke Villa. Safa pengin Mama bawain strawberry dari sana."

Riani menaikkan sebelah alisnya. "Yakin kamu cuma mau itu aja?"

Safa mengangguk mantap. "Yakin."

"Oke, jadi kalian berdua nggak pengin apa-apa dari Bogor?" tanya Riani kembali dan keduanya mengangguk yakin. "Berarti nanti Mama pulang cuma bawa strawberry yang Safa minta aja, ya?"

Lagi-lagi Safa mengangguk.

Tak ada pembicaraan lagi setelah beberapa saat. Suasananya menjadi sunyi, hanya suara gesekan sendok dan piring yang terdengar di ruangan.

Hening.

"Tante," panggil Langit lirih.

Riani hanya bergumam.

"Hm."

"Pagi ini aku izin ya," ucap Langit ragu.

"Mau ke mana?" tanya Riani.

"Latihan futsal bentar."

Gerakan mengunyah Riani seketika berhenti sesaat mendengar jawaban Langit. Hal yang sama juga Safa alami. Mereka berdua cukup tersentak dengan jawaban yang Langit ucapkan.

"Hah?! Kamu masih latihan hari ini?" tanya Safa.

Langit mengangguk pelan.

"Iya. Yang terakhir. Cuma setengah hari."

Safa melihat sahabatnya yang sedang menatap piring makanannya. Dia terlihat ragu meminta izin.

Safa sendiri tahu, ada dua kemungkinan yang akan diberikan Riani. Yang pertama, diizinkan dan yang kedua dilarang. Itu sudah pasti.

"Tapi kalau Tante nggak ka-"

"Tante izinkan," jawab Riani dengan cepat.

Langit mendongakkan wajahnya. Ia terlihat lebih antusias mendengarnya, "Beneran, Tan?"

Riani mengangguk. "Dengan catatan, Safa harus menemani kamu latihan."

"Oke!" sahut Safa.

Langit tersenyum.

"Makasih banyak, Tan."

"Sama-sama."

Kemudian, ketiganya kembali melanjutkan sarapan. Ini hari sabtu, sekolah mereka libur. Jadi tidak apa bagi Safa untuk menemani Langit latihan. Toh, malah jika diingat-ingat kembali, hampir tidak pernah di hari sabtu.


ִ    ֗    ִ ˑ    ִ    ֗    ִ ˑ    ִ    ֗    ִˑ    ִ    ֗    ִ ˑ    ֗   ִ ˑ    ֗  

BAB 6 〙509 Kata

Draf : 4 Juni 2021
Dipublikasikan : 8 Juni 2021

〘 VOTE 〙〘 KRISAR 〙

#stoplagiat

Swipe Up!
to next story

sky [New Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang