9🖤.

457 18 1
                                    


Vote komen guyss<3

Bab 9- fighting baju pengantin

Lagi lagi, Ginna menghembuskan nafasnya. Entahlah sudah keberapa kali dia menghembuskan nafas. Ginna hanya dipenuhi dengan rasa bimbang, bimbang dan bimbang.

Ginna hanya bimbang, apakah menerima perjodohannya dengan Gabriel merupakan keputusan yang tepat atau tidak?.

Dihantui ucapan dari Indira tadi, dan dibuat berfikir dengan ucapan Revan. Saat ini pikiran Ginna hanya berisi bayangan bayangan saat dia nikah nanti. Bagaimana Gabriel menyiksanya, itulah isi otak Ginna sekarang.

Ginna menggelengkan kepalanya, tidak mungkin Gabriel seperti itu. Tapi sifat Gabriel yang kejam? Bahkan mereka harus berpura pura mesra di hadapan orang tua mereka.

Membayangkan saja Ginna sudah lelah. Bagaimana masa SMA nya harus berakhir dengan menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Masa yang seharusnya digunakan anak lain untuk bermain dan bersenang senang, harus Ginna gunakan untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang istri.

Ah, sudahlah ini semua sudah jalan takdir. Masalah kedepannya nanti, hanya tuhan yang tau.

Ginna membaringkan tubuhnya hendak tidur, namun suara deringan ponselnya menghentikan kegiatan Ginna.

Gabriel

Bsk GK sklh, disrh fighting bj. Jm 8 hrs siap

Ginna

Ok

Ginna sekarang harus merasa canggung dengan Gabriel, jika dulu Ginna akan senang sekali menggoda Gabriel untuk mencari pacar. Maka tidak dengan saat ini.

Dari pada pusing berfikir, mendingan Ginna tidur saja.

***

Sinar matahari pagi tampak melawan tebal tirai kamar Ginna untuk membangunkan gadis itu. Ginna yang perlahan mendengar suara kokokan ayam segera bangkit, dia bergegas mandi dan berganti baju.

Sekarang sudah jam 6 lewat dua puluh menit, masih sangat lama untuk dia menunggu Gabriel. Tidak papa, menurut Ginna mendingan menunggu dari pada ditunggu.

Ginna nampak berfikir, seperti ada yang mengganjal di otak nya...

Oh ya, dia belum izin untuk hari ini.

Segera Ginna menyambar ponselnya, mencari kontak Indira disana.

"Hallo Ra, gue izin ya"

Napa Lo?

"Anu- i- itu gue mau ikut kerumah om gue"

Om? Lo kan pernah bilang rumah om Lo di London, menetap disana

Damn it. Ginna lupa, bodoh bodoh sungguh bodoh.

"M-maksudnya om itu temenya ayah. Iya temennya ayah"

Gin Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu kan?

"Enggak, apasi"

Yaudah gue izinin, inget gin kalau ada masalah cerita. Gue sama Alin siap dengerin

"Siap, thanks ya Ra"

Ginna mematikan teleponnya sepihak. Tidak mau Indira semakin mewawancarai nya. Ginna masih belum siap memberi tahu semua ini. Mungkin nanti menunggu waktu yang tepat.

Gabriel Sebastian [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang