Vote komen jangan lupa!<3Bab 12- sakit...
Namun ditengah perjalanan, Ginna terjatuh pingsan di pelukan Gabriel. Gabriel menatap sekitar, disini sepi. Para tamu undangan ada di bawah.
"Ck ngrepotin!"
Dari pada memperpanjang waktu, mending Gabriel segera mengangkat tubuh Ginna Dann membawanya ke kamar. Gabriel membaringkan tubuh Ginna diatas ranjang kamarnya. Setelahnya mengambil minyak Kayu putih untuk dioleskan ke bawah lubang hidung gadis itu agar cepat sadar. Sembari menunggu Ginna sadar, Gabriel mengganti bajunya dan mengambil air dan makanan untuk Ginna. Dia yakin Ginna belum makan.
Ginna mulai membuka matanya perlahan, pandangannya masih buram. Dia melihat sekitar, sudah ada dikamar. Apakah tadi dia pingsan? Ginna mendesis merasakan pusing di kepalanya.
"Udah bangun Lo?" Suara bariton milik Gabriel mengagetkan Ginna. Apa tadi gabriel yang membawanya kesini?. Boleh gak sih Ginna geer dikit?.
"Nih makan sendiri, gausah ngrepotin" ucap Gabriel sedikit melempar nampan berisi makanan dan air putih pada Ginna. Ginna mengangguk "thanks". Ucapnya lalu mengambil makan di nampan untuk mengisi perut nya.
Gabriel tak menanggapi Ginna, dia lebih memilih memainkan game di ponselnya. Dari pada menanggapi Ginna.
Ginna selesai makan, ingin mengembalikan piringnya pada tempat semula, namun gaun meresahkan ini mempersulit Ginna. Ingin meminta bantuan Gabriel Ginna takut, bukan gengsi. Takut Gabriel marah lagi.
Dengan terpaksa Ginna menuju ke dapur yang ada di kamar itu dengan gaun yang masih melekat di tubuhnya. Ginna mencuci piring dan gelas tadi setelahnya pergi ke kamar mandi untuk mandi dan ganti baju.
Ginna sudah selesai, keluar dari kamar mandi. Dan masih mendapati Gabriel yang sibuk berkutat dengan ponselnya.
"Lo udah makan?" Tanya Ginna duduk di ranjang.
Gabriel tak menjawab masih fokus pada ponselnya. Ginna merasa jengkel karena di kucilkan. Sebenarnya salah Ginna tuh apa si??.
"Nanti malem Lo tidur sofa, kalau gak mau tidur bawah!" Pinta Gabriel berbicara seperti itu tanpa rasa belas kasihan sama sekali.
Ginna melotot tak terima, tidur di sofa? Dia pernah tidur di sofa. Dan ujung ujungnya dia sakit selama lima hari. Lebih baik dia tidur di bawah, menatap karpet yang hanya tipis. Dan dia? Dia tidur tanpa selimut. Tadi Miranda sengaja request pada pihak hotel agar disini hanya dikasih satu selimut. Agar bisa lebih dekat, namun kenyataannya? Ah sudahlah.
Mungkin Ginna harus merelakan jika badanya besok akan pegal pegal dan tentunya masuk angin. Melihat tikar yang tipis seperti itu dan lantai yang tentunya dingin.
Ginna mengambil bantal dari ranjang, meletakkannya di bawah. Mulai membaringkan tubuhnya, karena belum mengantuk Ginna membuka ponselnya. Banyak sekali notice dari kevin dan sahabatnya.
Kevin ❤️
Kemana? Kok gak msk?
Alinn
Heh Lo dimana si? Sering banget ga masuk. Open bo Lo?.
Indiraaa
Hehh ga izin lu, disini kurang tanpa lu bitch
Ginna tidak berniat membaca pesan dari mereka, dia masih perlu waktu untuk memikirkan alasan. Lebih baik dia membuka aplikasi wattpad membaca novel di sana, bertemu para Cogan dalam haluan. Ceritanya gue curhat hiks><
Gabriel naik ke atas ranjangnya, menengok Ginna dari atas. Tersenyum sinis karena dia sudah bisa menyiksa cewek itu untuk pertama kalinya. Dan mungkin– akan seterusnya.
Tanpa mempedulikan Ginna, Gabriel menarik selimutnya lalu memejamkan matanya pergi ke alam mimpi.
Sedangkan Ginna masih belum tidur, karena posisinya saat ini. Dia sangat kedinginan karena tidur tanpa selimut. Dan juga tidur tidak di ranjang yang empuk.
Ginna berdiri, melihat wajah tenang Gabriel saat tidur. Sungguh pahatan wajah Gabriel tidak mengecewakan.. pantas saja banyak yang tergila gila pada Gabriel.
***
Pagi ini, semua keluarga baik dari Ginna maupun Gabriel sedang berkumpul di meja makan. Mereka harus bangun pagi pagi sekali karena nanti akan mengurus pindahan pengantin baru ini dan pulang ke rumah mereka.
"Ekhm, Ginna Gabriel gimana kemarin?" Goda Miranda memecahkan keheningan. Riana dan Rena hanya memutar bola matanya malas.
Ginna menoleh pada Gabriel kikuk, ngapain? Ginna gatau. Gabriel juga melirik Ginna, seakan memberinya kode bahwa Gabriel saja yang jawab.
Gabriel menggenggam tangan Ginna yang ada di sampingnya "apaan sih ma, kemarin kita tu capek. Jadi langsung tidur".
"So sweet deh pegangan tangan gitu. Kemarin tidurnya gimana nyenyak gak? Pelukan gak?" Tanya Miranda beruntun. Saat Ginna ingin membuka mulutnya, Gabriel meremas tangan Ginna menyuruhnya agar diam.
"Nyenyak" jawabnya "udah ma makan dulu" lanjut Sandi–papa Gabriel.
Setelah selesai makan, mereka bergegas ke kamarnya masing masing. Mengambil semua barang dan mengeceknya takut ada yang ketinggalan.
Di kamar pengantin baru, Ginna sedang mengemasi barang-barang yang lumayan banyak ini. Padahal mereka hanya dua hari di sini, tapi Miranda membawa banyak barang sekali untuk mereka.
Mengemasi sedikit demi sedikit barangnya, lalu memasukkan ke koper atau kardus. Setelahnya ia angkat ke sebelah pintu agar penjaga nanti bisa gampang ambilnya. Berat dan lelah, itulah yang dirasakan Ginna.
Sedangkan Gabriel hanya duduk leha leha tanpa berniat membantu, cowok itu justru tengah duduk dan memainkan ponselnya. Tanpa berniat membantu istrinya, jangankan membantu melirik saja sepertinya membuang waktu bagi Gabriel.
Ginna menatap Gabriel, entahlah sejak kemarin dia merasa takut pada cowok ini. Padahal dulu enggak sama sekali "Riel bantu gue bisa?" Tanya Gabriel mencoba meminta bantuan kepada Gabriel.
Gabriel mendongak menatap Ginna dari atas sampai bawah "Lo masih punya tangan punya kaki. Tubuh Lo juga masih bugar, gak cacat. Kerjain sendiri!" bentaknya.
"Lo bisa gak sih hargain gue sebagai istri Lo. Gue udah iya iya aja Lo suruh drama di depan semua orang. Gue juga nurut Lo suruh tidur di bawah kemarin walaupun sebenarnya badan gue sakit semua. Salah gue apasih sebenarnya sama Lo?!" Emosi Ginna memuncak, merasa di aniaya dan di perbudak Gabriel.
Gabriel berdiri menarik rambut indah Ginna kencang, membuat sang empu meringis kesakitan. "Gue gak bakal anggep Lo sebagai istri. Dan lo– Lo pembawa masalah di hidup gue, gue bilang sekali lagi gue benci Lo!" Ucap Gabriel penuh penekanan. Namun tangan cowok itu masih seperti semula, bahkan sekarang tambah kencang.
Ginna meneteskan air matanya "lo- ja- hat. Hiks sa-k-kit. Le- pas - sin". Ucap Ginna tertatih, tangannya ia gunakan menarik tangan Gabriel dari rambutnya.
Gabriel menghempas tangan Ginna kasar, hingga tangan gadis itu membentur dinding di sebelahnya. Bahkan tangan Ginna sudah berwarna biru keunguan.
Ginna kembali meringis, menahan sakit."Gue benci Lo, gue benci cewek murahan kayak Lo!" Gabriel menghempas rambut Ginna kencang, mengakibatkan kepala gadis itu membentur dinding tadi.
Belum tiga hari pernikahan, Ginna sudah mendapatkan tiga luka. Kepala nya yang begitu pusing, tangannya dan hatinya. Walaupun kepala dan tangannya sakit, tapi lebih perih hatinya saat ini. Entahlah mungkin dia akan dibunuh Gabriel suatu saat.
"Sakit" lirihnya.
Bab 12 selesai!!
Bagaimana tanggapan mu pada part ini??
See you next part!!
Vote komen guyss<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriel Sebastian [HIATUS]
Dla nastolatków[Follow dulu sebelum membaca] ... *** Sebuah cinta yang diawali dengan perjodohan. Gabriel Sebastian Rajendra. Pria yang phobia perempuan. Dan tidak pernah ada dalam benaknya untuk menikah di usia mudanya. Perlakuan kasar Gabriel didapatkan setiap...