17🖤.

516 16 0
                                    

Vote komennn guysss<3

Bab 17- pertempuran

Ginna berjalan turun ke bawah, rencananya dia akan masak, makan setelahnya dia akan membersihkan sisa amukan Gabriel tadi.

Ginna celingak celinguk mencari sosok Gabriel, namun nihil. Sepertinya cowok itu sedang keluar, pikir Ginna.

Ginna mengambil sayuran di kulkas untuk dia masak, tanganya bergerak lihai mulai dari memotong, mengulek dan menggoreng.

Dirasa sudah selesai,Ginna menghidangkan diatas meja makan untuk ia makan habis ini.

Duduk di kursi yang ada disana, dan memakan makanannya sampai habis tanpa sisa.

Ingat, menangis juga butuh tenaga.

Setelah selesai, Ginna menuju tempat cuci piring untuk membersihkan piring,sendok dan beberapa alat masak yang ia gunakan tadi.

Dirasa sudah kenyang dan selesai, dia mengambil sapu untuk membersihkan nasi yang ditumpahkan Gabriel.

Pipi bekas tamparan tadi terasa nyeri jika digerakkan atau disentuh, untuk itu Ginna mengolesi pipinya dengan obat dan menahan untuk tidak digerakkan. Tadi saja dia mati matian harus menahan sakit karena lapar.

Setelah selesai, Ginna mengambil cikrak untuk membersihkan bekas bekas pecahan. Kali ini dia harus hati hati agar tidak terkena pecahan itu lagi.

Cukup lama sekali ia beres beres, lebih baik dia duduk dulu untuk istirahat.

"Fiuhh capekk"

***

Sementara di tempat lain, Gabriel sedang berada di markasnya. Karena tiba tiba beberapa anggota england, musuh besar Gavender menyerang markas. Mengakibatkan pecah di beberapa kaca jendela dan rusaknya beberapa fasilitas disana.

"Kenapa bisa diserang?" Tanya Gabriel serius.

Bahkan Revan dan Leon yang biasanya selalu mengeluarkan komuk lucu, jamet dan tidak jelas saja berubah menjadi dingin dan menyeramkan.

"Kita gatau bos, tiba tiba mereka lempar lempar kerikil ke sini", jawab Rozaq, cowok berambut kriwil paling alim di Gavender.

"Bangsat" umpat Gabriel. Markas ini merupakan rumah kedua bagi Gabriel, maka Gabriel akan ngamuk jika rumahnya ini dirusak.

"Jadi rencana lo?" Tanya Kevin yang sedari tadi hanya diam.

"Kita balas"

"Maksut lo ajak berantem?" Tanya Revan dibalas deheman oleh Gabriel.

"Jangan gegabah riel" peringat Kevin mencoba meredakan emosi Gabriel.

"Maksut lo?"

"Kita cari solusi lain, atau seenggaknya nyusun strategi" jawab Leon dibenarkan Kevin.

"Jadi?"

Kevin menghela nafas, merasa malas karena akan membuang waktunya untuk bicara banyak. Tapi gapapa, demi Gavender.

"Kita bagi"

"Maksud lo?" tanya Leon.

"Kita jangan maju semuanya, ada yang menjaga di depan gerbang markas england. Ada yang lewat pintu belakang dan sisanya maju-

-Jangan lupa yang lewat belakang sekalian hancurin markas mereka" lanjut Kevin di setujui semuanya. Memang kalau urusan strategi Kevin jago disini.

Gabriel berdiri, menyambar jaket kebanggaan Gavender "Kita berangkat" katanya.

"Kemana?" Tanya Nazhar yang sejak tadi masih bingung dengan konsepnya.

"Ngamen su" ketus Leon setelah memastikan kalau Gabriel sudah keluar.

"Sialan!",

***

Deruman motor yang bersaut sautan dari para anggota Gavender menusuk indra pendengaran anggota England yang sedang berkumpul di dalam maskar.

Azhar, selaku leader England tersenyum miring setelah mengetahui siapa yang datang.

"Kita keluar" pintanya pada seluruh anggota England.

Mereka keluar, dan mendapati para anggota Gavender yang datang dengan pasokan sedikit.

Azhar bertepuk tangan dihadapan semuanya"Akhirnya lo dateng tanpa kita undang", ucapnya menatap pasang mata Gabriel.

"Bacot, SERANG!!!" tanpa basa basi Gabriel memberi aba aba. Membuat para anggota England kualahan karena mendapat serangan dadakan.

Pertempuran berlangsung cukup lama, yang tadi ditugaskan lewat belakang dan menghancurkan markas England juga sudah selesai, dan berlari membantu yang lainnya.

"Bangsat" umpat Azhar setelah merasa dirinya tertipu oleh strategi Gavender.

Anggota England banyak yang sudah tumbang, itu karena dua alasan. Pertama, karena Gavender ternyata membawa anggota yang sangat banyak. Kedua, karena England tidak menyiapkan strategi dan senjata tajam apapun.

"KITA BALIK!" teriak Gabriel mengakhiri pertempuran

Azhar menetralkan nafasnya dengan mata yang tak henti hentinya menatap benci pada Gabriel.

"Lihat aja, gue akan balas kalian!",

***

Selesai berperang dengan musuhnya, Gabriel dan anggota Gavender sedang pesta kecil kecilan di minibar markas Gavender.

Semuanya sudah teler karena alkohol, kecuali Kevin tentunya. Cowok kalem nan dingin itu sedang duduk anteng di sofa sembari memainkan ponselnya.

Anggota Gavender memang nakal dan sebagian suka alkohol, tapi mereka bukan geng berandalan yang bisanya malak dan merusak jalanan. Bahkan beberapa bulan lalu mereka sempat santunan pada anak yatim dan anak jalanan. Jika kalian bertanya apakah anggota Gavender islam semua?maka jawabannya salah. Banyak sekali anggota Gavender yang non islam misalnya Arbi, Kris, dan yang lainnya. Namun kadang mereka keceplosan bilang istighfar sama takbir...

Gabriel meletakkan kasar gelasnya, lalu berdiri menyambar kunci motor dan jaket yang ia letakkan asal di sofa.

Kevin yang melihat Gabriel sudah berjalan sempoyongan segera membopong cowok itu, "Lo bisa? Apa gue anterin?" Tanya Kevin membantu Gabriel memakaikan jaketnya. Soalnya, gara gara saking telernya sampai salah masukin tangan ke saku jaket Kevin.

Gabriel menyingkirkan Kevin "Gak!" Ucapnya lalu berjalan seadanya kesadaran yang ia punya.

Merasa sudah mendapatkan motornya, dia memakai helm kesayangannya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Sekarang sudah jam satu malam, jalanan pasti sepi.

***

Sementara di rumah, Ginna sudah mondar mandir menunggu Gabriel. Walaupun Ginna tidak suka dengan Gabriel, tetap saja cowok itu suaminya.

"Ck ga inget rumah apa ni anak? Udah jam segini loh" gerutu Ginna bolak balik melihat pintu yang ia buka.

Tak lama suara deruman motor yang sepertinya milik Gabriel terdengar, Ginna segera berlari keluar mengecek apakah betul. Dan tepat dugaanya, cowok itu sudah pulang.

Ginna masuk kembali, diluar dingin. Lebih baik dia tunggu di dalam.

Gabriel berjalan sempoyongan masuk ke dalam, sudah Ginna pastikan jika cowok ini mabuk berat, "ni anak mabuk? Ck yaiyalah udah tau jalan mleat mleot, bego!" gumam Ginna mengumpati dirinya sendiri

Ginna hendak melangkah namun sekelebat pikiran memenuhi pikirannya "Bantuin gak ya?yaiyalah Ginna. Lemot banget lo" tambahnya lalu menahan Gabriel yang hendak jatuh.

Kali ini tak ada kekerasan, karena Gabriel pulang dengan keadaan tak sadarkan diri.

"Lo kenapa bisa mabuk sih? Kalau gini siapa yang rep—"

Bab 17 selesaii-!!!

Bagaimana tanggapanmu pada part ini??

See you next part!!

Vote komen guysss<3

Follow ig aku @human_canteq1








Gabriel Sebastian [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang