Vote komen guyss<3Bab 14- Bayangan Kanaya
Prangg
Ginna tersentak kaget hingga menjatuhkan pel nya, kala mendengar suara barang di banting. Pelakunya adalah Gabriel.
"LO KENAPA SI?! MECAHIN CANGKIR TANPA SEBAB! YANG BERSIHIN SIAPA? GUE! GUE YANG CAPEK" Teriak Ginna menggebu gebu.
"LO TU BISA BIKIN KOPI GAK SIH?! KENAPA PAIT, KURANG GULA DI DAPUR HA? CEWEK MODELAN APA LO" Gabriel menjeda ucapannya menyugar rambutnya kebelakang. Lalu mengukir senyum miring di bibirnya.
"Gue lupa satu hal, Lo tu jalang murahan manja. Mangkanya gabisa buat kopi cih" ucapnya berdecih.
Ginna maju mendekati Gabriel memukul dada bidang suaminya "Stop ngrendahin gue! Lo tu gatau sesakit apa hati gue Lo katain begitu" ungkapnya.
Gabriel mendorong Ginna kasar "Gue gapeduli!" Katanya lalu pergi keluar rumah dan meninggalkan jejak kaki di lantai yang sudah di pel.
Ginna meneteskan air matanya lalu menghapusnya lagi hingga berkali kali "Salah gue sama dia apasi? Perasaan gue gapernah ganggu dia. Masalah dijodohin kenapa gak ditolak aja dulu hiks. Sekarang? Semua udah terlanjur. Nasi udah jadi bubur, pernikahannya sudah dilakukan" monolognya sembari mengepel kembali lantai yang dipijak Gabriel.
Setelah mengepel pijakan tadi, segera membersihkan pecahan cangkir dan cairan kopi yang bercecer cecer.
Ginna meringis saat telunjuknya tak sengaja mengenai pecahan cangkir, buru buru dia ambil tisu dan membersihkan lukanya. Setelah selesai dia membersihkan sisa cairan kopi tadi.
Semuanya sudah selesai, sekarang Ginna berkutat dengan alat masak di dapur. Rencananya kali ini dia mau masak untuk mereka berdua. Siapa tau Gabriel tidak akan melakukan kekerasan lagi padanya.
***
Saat ini, Gabriel berada di depan rumah yang jika dulu akan menyambutnya dengan hangat, tapi tidak sekarang. Bahkan rumah ini sudah kosong.
"Kanayaa" lirih Gabriel. Ya, rumah yang dikunjungi Gabriel sekarang adalah rumah Kanaya. Perempuan yang menempati posisi pertama dan terakhir di hati Gabriel.
"Gabriel" Gabriel merasa dipanggil, suara ini. Dia tentu mengenalnya, suara tadi adalah suara Kanaya.
Buru buru Gabriel membalikkan badannya, dan benar saja Kanaya berada di depannya dengan jubah putih yang membalut tubuh gadis itu.
Gabriel tersenyum bahagia "Kanaya ini kamu kan" Gabriel berusaha meraih Kanaya, namun dugaannya salah. Kanaya justru memundurkan langkahnya.
Kanaya tersenyum menatap Gabriel "Kamu gabisa sentuh aku Riel, kita udah beda alam. Kamu kenapa jahat sama istri kamu? Aku kan sudah bilang, akan ada perempuan yang lebih baik dari aku. Dan itu istri kamu" tutur Kanaya.
Gabriel menggeleng "gamau nay, aku maunya kamu. Aku gasuka Ginna aku jijik sama dia".
Kanaya menggeleng dengan wajah murung "Kalau kamu kayak gini terus, kapan kamu bahagia? Ada saatnya kamu membuka hati kamu untuk istri kamu. Kamu boleh menempatkan aku pada hatimu, tapi tidak untuk yang pertama. Karena yang pertama harus kamu kasih untuk istri kamu. Istri kamu namanya siapa? Oh Ginna ya, Ginna itu cantik, dia juga enggak manja. Malahan dia sangat bertanggung jawab banget sama kamu. Kalau saja Tuhan dulu menghendaki aku untuk masih hidup, pasti aku yang akan menjadi istri kamu Riel" ucap Kanaya diakhiri dengan kekehan.
"Ayo nay, pulang sama aku. Aku butuh kamu" ucap Gabriel berusaha meraih Kanaya namun Kanaya terus memundurkan langkahnya.
"Gabisa Riel. Aku mau pergi, kakek sama nenek sudah nunggu aku di sana. Jaga baik baik istri kamu, belajar mencintai dia. Sampai jumpa Gabriel, aku tunggu disana sama kakek nenek dan temen aku" ucap Kanaya lalu seperkian detik tubuh gadis itu menghilang.
"KANAYA" Gabriel tersentak, melihat sekelilingnya. Tidak ada Kanaya, tadi dia hanya melamun lalu bertemu Kanaya. Namun perkataan Kanaya dilamunannya tadi seperti Kanaya tahu seluk beluk kehidupan Gabriel.
"Mencintai Ginna? Maaf nay gabisa nurutin permintaan kamu yang ini" ucapnya lalu menatap sekilas rumah Kanaya setelahnya pergi, naik ke atas motornya dan melenggang jauh meninggalkan rumah Kanaya.
***
01.00 wib
Sampai saat ini Ginna hanya bolak balik dari kamar ke ruang tamu, karena menunggu Gabriel. Sudah jam satu pagi tapi suaminya itu belum pulang. Apa Gabriel juga seperti ini Saat belum menikah?.
Ginna merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga, memeluk bantal sofa yang ada di sana. Lalu tanpa sadar Ginna memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi.
Ceklek
Gabriel membuka pintu utama rumahnya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Ginna yang sedang tidur di sofa. Gabriel tau cewek itu sedang menunggunya. Tak mau repot Gabriel segera mengunci kembali pintunya lalu naik ke lantai dua untuk istirahat.
.
.
.
.
.
.
03.00 wib
Ginna terbangun dari tidurnya, ketiduran di sofa? Ginna hanya berdoa semoga besok dia tidak sakit. Ginna menatap jam dinding, menunjukkan pukul tiga pagi. Apa Gabriel sudah pulang?. Lebih baik dia cek saja ke kamarnya.
Ginna naik ke atas lantai dua, sedikit berlari karena merasa takut. Saat sampai, dia membuka pelan pelan pintu kamar Gabriel. Di kunci, artinya cowok ini sudah pulang.
Akhirnya Ginna bisa bernafas lega, dia pergi menuju kamarnya untuk melanjutkan tidur yang sempat terhenti tadi.
Sementara di dalam kamar Gabriel, cowok itu belum tidur. Dia tengah berbaring dan menatap keatas langit langit kamarnya.
Tadi dia juga dengar Ginna berusaha membuka pintu kamarnya, namun Gabriel tak mau peduli.
Sedikit demi sedikit matanya mulai terpejam, dan akhirnya dia sudah tertidur pulas dengan posisi yang sama.
Bab 14 selesai!!
Bagaimana tanggapan mu pada part ini??
Vote komen Jangan lupa<3
![](https://img.wattpad.com/cover/271203003-288-k266594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriel Sebastian [HIATUS]
Fiksi Remaja[Follow dulu sebelum membaca] ... *** Sebuah cinta yang diawali dengan perjodohan. Gabriel Sebastian Rajendra. Pria yang phobia perempuan. Dan tidak pernah ada dalam benaknya untuk menikah di usia mudanya. Perlakuan kasar Gabriel didapatkan setiap...