"PAPA!!" Teriak Lara.
Papa Lara yang sedang merangkul pinggang seorang wanita itupun dengan cepat langsung melepas rangkulannya ketika melihat anaknya, Lara sedang berada di tempat yang sama dengannya.
"Lara"
Lara menatap tajam wanita tersebut, "dia siapa, Pa?" Tanya Lara tanpa melihat kearah Papanya.
"Lara, kamu ngapain disini nak?"
Lara mengarahkan lirikannya pada Papanya kali ini, "seharusnya aku yang tanya Papa, kenapa Papa ada disini disaat anak Papa baru aja ketimpa musibah Pa?!"
Papanya mengarahkan pandangannya ke pegawai yang berada di tempat resepsionis, "Lara gausah teriak - teriak ya, malu sayang diliatin" ucap Papanya itu sembari mencoba meraih tangan Lara, namun dengan cepat Lara menjauhkan tangannya dari Papanya.
"Persetan sama malu. Papa bayangin dong, selama Bara di rumah sakit kapan Papa dateng jengukin Bara?!"
"Cuma sekali kan Pa, itu pun sebentar. Papa nggak mikirin aku sama Mama jagain Bara cuma berdua, Papa juga nggak pernah mikir kalo Bara juga butuh Papanya, Bara selalu nanya ke Mama kemana Papa, kenapa nggak dateng - dateng"
"Mama sih bilangnya Papa kerja ke luar kota, aku gak tau Papa yang bohong sama Mama atau Mama yang ikut - ikutan ngebohong" tutur Lara panjang lebar.
"Lara, ini gak seperti yang kamu lihat"
Lara tak menghiraukan ucapan Papanya. Ia malah menatap tajam wanita di sebelah Papanya sekarang.
"Lo siapa? Cabe - cabean nya Papa gue? Lontenya Papa gue?" Tanya Lara lalu menggelengkan kepalanya, "gak bener emang" ucapnya pelan.
Lara menarik tangan Lolla untuk pergi dari tempat karaoke tersebut.
Lolla dapat melihat wajah Lara yang memerah, karena marah dan juga menahan tangisnya. Sesampainya di luar tempat karaoke, Lolla langsung menghentikan langkahnya. Lolla dengan cepat mengambil langkah untuk memeluk sahabatnya itu. Tentunya hal itu membuat Lara tak bisa menahan tangisnya, ia langsung menumpahkan air matanya di dalam pelukan Lolla.
"La, kenapa sih harus gue?!"
Lolla terus mengusap - usap punggung Lara. Mungkin hanya dengan seperti ini ia bisa menenangkan hati Lara. Tidak peduli lagi dengan orang - orang yang berlalu lalang di depan tempat karaoke.
···········
"Ra, gue beli minum dulu ya buat lo?" Ucap Lolla. Tak ada balasan dari Lara, membuatnya langsung beranjak saja berniat membeli minum untuk sahabatnya itu yang ia sadari belum minum sedari tadi. Lara terus mengalirkan air matanya tanpa suara.
Hari sudah malam, namun Lara belum juga mau pulang. Jadinya sekarang keduanya duduk di pinggir jalan yang ada di bawah pohon, di belakang mereka duduk terdapat toko - toko yang tidak terlalu ramai.
Lara mengusap air matanya saat Lolla telah pergi membeli minum untuknya, ia juga mengembuskan nafasnya pelan dan menyenderkan badannya pada kursi panjang berwarna putih itu.
"Kenapa sih Papa tega?" Tanya Lara pelan dengan suara yang parau.
Lara menoleh dan dapat ia lihat dari sini Lolla yang sedang membayar minuman di supermarket yang ada disana. Lalu Lara mencoba mengedarkan pandangannya ke arah kanan, dan tiba - tiba pandangannya bertubrukan dengan Ajil yang berdiri memandangi dirinya.
Dengan cepat Lara membuang pandangannya dari Ajil. Ia langsung beranjak. Lolla yang berjalan pelan saat mengetahui terdapat Ajil disana pun terkejut ketika Lara tiba - tiba menarik tangannya untuk pergi dari tempat tersebut. Menjauhi Ajil.
KAMU SEDANG MEMBACA
AJILARA (SELESAI)
Подростковая литература"Lo ngapain nembak gue?!" "Gak tau" "DASAR ORANG GILA!!" Pernah gak sih ngerasain rasa suka sama seseorang tapi kata hati lo lebih ngedorong lo buat nembak orang yang sama sekali gak pernah lo pikirin buat jadiin dia pacar? Itulah yang dirasakan Aji...