Besok adalah hari terakhir Lara ujian akhir semester. Ia merenggangkan badannya yang sedari tadi terus duduk di kursi meja belajarnya.
Lara adalah salah satu anak yang tidak menyepelekan ujian. Baginya, mendapatkan nilai besar adalah hadiah untuk perjuangannya selama ini. Bisa dibilang, Lara hampir tidak pernah mendapat nilai kecil, kecuali dalam pelajaran olahraga. Karena ia tidak suka olahraga sebenarnya.
Lara melirik jam dinding di kamarnya. Lara membelalakan matanya, karena tidak terasa ia sudah belajar selama hampir empat jam.
Lara menutup buku-bukunya, lalu berjalan menuju kasur miliknya. "Uh!" Betapa nikmat sekali saat dia merebahkan tubuhnya yang terus-terusan duduk di atas bangku meja belajarnya.
Tiba-tiba tanpa diminta, pikirannya tertuju pada Ajil. Memikirkan bagaimana ujian Ajil, bagaimana dengan kemampuannya berbahasa Inggris, dan apakah dia akan diterima di universitas impiannya di Australia.
"Akh!" sial, kenapa jadi kepikiran dia sih? Kan nggak guna banget.
Lara mengubah posisinya menjadi menelungkup. Menyembunyikan wajahnya di bantal sembari memejamkan kedua matanya agar dapat tertidur.
··········
Saat ini, Lara beserta teman-temannya yang lain sedang bersaing mendapatkan nilai terbaik dengan mengerjakan ujian mereka.
Lara tersenyum bangga, semua yang ia pelajari semalaman akhirnya keluar pada soal tahun ini. Tidak seperti tahun kemarin, dimana ia sudah belajar mati-matian namun apa yang ia pelajari tidak ada yang keluar pada soal-soal ujiannya.
Lara melirik ke guru yang menjadi pengawas di kelasnya. Terlihat sedang menerima telfon dari seseorang, membuat Lara menyempatkan untuk berbalik kearah Lolla.
"Gimana, La? bisa?" Tanya Lara.
Lolla menanggukan kepalanya, "chill, bro"
Jawaban Lolla membuatnya tersenyum lebar. Lara yakin, Lolla juga pasti bisa menjawab semua soal dengan mudah. Apa yang mereka pelajari semuanya sama.
Tak terasa waktu ujian telah selesai. Seluruh isi kelas meregangkan tubuh mereka dan bersorak girang karena ujian akhir semester akhirnya telah usai.
Lara dan Lolla keluar dari dalam kelas. "Kantin?" Tawar Lolla.
"Boleh"
Keduanya tengah menikmati makanan yang mereka beli masing-masing. Namun, dering ponsel Lolla berbunyi membuatnya harus berhenti makan.
"Oke-oke Bu, Lolla pulang"
Lolla mematikan sambungan telfonnya lalu menyeruput es teh miliknya dengan buru-buru. Lara yang tidak tahu ada apa, hanya mengerutkan keningnya.
"Kenapa sih, La?""Nyokap gue hari ini buka dan jaga coffe shop, trus dia baru aja bilang kalo coffe shop rame dan dia butuh bantuan gue" ujar Lolla.
Lara menganggukan kepalanya, "kalo gitu, gue bantu ya?"
Lolla mengibas-ngibaskan tangannya, "engga-engga gausah. Gapapa kok, Ra"
"Yaudah deh, tapi ntar gue nyusul kesana ya"
"Serah lo deh kalo itu. Eh, nih abisin mie ayam gue" ucap Lolla sembari mendorong mangkuk isi mie ayam miliknya pada Lara.

KAMU SEDANG MEMBACA
AJILARA (SELESAI)
Novela Juvenil"Lo ngapain nembak gue?!" "Gak tau" "DASAR ORANG GILA!!" Pernah gak sih ngerasain rasa suka sama seseorang tapi kata hati lo lebih ngedorong lo buat nembak orang yang sama sekali gak pernah lo pikirin buat jadiin dia pacar? Itulah yang dirasakan Aji...