Part 5 - Second Troubles

803 23 0
                                    

Pagi ini Mexi bangun lebih awal karena tidak ingin telat ke kampus. Jam pertama kuliah hari ini akan disajikan oleh seorang dosen yang terkenak killer. Mexi menuruni anak tangga setelah selesai bersiap-siap.

" Mex, sarapan dulu." panggil Bundanya saat melihat Mexi.

" Enggak, aku buru-buru."

" Tapi Bunda udah siapin sarapan buat kamu."

" Gak ada yang minta dibuatin." jawab Mexi ketus sambil berlalu pergi keliar rumah. Bundanya hanya mebghela nafas melihat sikap dingin Mexi itu.

" Abaannggg..." teriak Nino ketika Mexi akan pergi. Nino sudah rapi dengan seragam SD-nya, tapi dia belum sarapan karena ingin mengejar Mexi.

" Hei, ganteng. Selamat pagi." kata Mexi sambil membuka kaca helmnya,

" Bang, nanti jemput aku ya? " pinta Nino.

" Loh, kan biasanya dijemput sama supir? "

" Iya, tapi hari ini aku mau dijemput sama abang."

" Kenapa? "

" Aku mau beli kado."

" Buat? "

" Buat Bunda. Kan besok hari ulang tahun Bunda." kata Nino dengan polosnya. Mexi menghela nafas. Bahkan dia sendiri tidak tahu kapan ibu tirinya itu ulang tahun. Tapi, Nino, anak usia 10 tahun, bisa mengingat semua tentang Bundanya.

" Abang gak janji ya, Dek. Soalnya abang kan kuliah."

"Pokoknya Nino gak mau tahu, abang harus jemput Nino. Nino tunggu di sekolah sampe abang datang." ancam Nino lalu pergi masuk ke dalam rumah. Mexi hanya menghela nafas lalu bersiap pergi kampus.

Aku turun dari mobil Alphard silver yang biasa dibawa Pak Maman. Hari ini aku memang diantar karena mobilku harus masuk bengkel.

" Pak, nanti jangan telat ya jemputnya." pesanku sebelum menutup pintu mobil.

" Iya, Non." jawab Pak Maman. Aku berjalan memasuki kampus dan menuju kelas.

Ddrrrttt...Aku merasakan hpku bergetar di saku celana.

" Ya, Ma." jawabku saat melihat itu panggilan dari Mama.

" Lex, nanti siap kuliah kamu ke butik Mama ya, udah mulai dibuka hari ini. Kamu bantuin beres-beres barangnya." kata Mama dari seberang.

" Oh gitu. Iya, Ma, nanti siap kuliah aku langsung kesana."

" Oke, sayang. Daa..."

" Daaa..."

Tut! Telpon terputus, aku memasukkan hp kembali ke dalam saku. Dulu saat di Bnadung Mama memang buka usaha butik sendiri untuk mengisi waktu luangnya. Saat pindah ke Jakarta, Mama sudah menyiapkan sebuah toko kosong untuk butiknya. Usaha ini sudah berjalan hampir 2 tahun. Beberapa orang sudah mendaftar untuk menjadi pegawai di butik itu. Aku berharap usaha Mama ini juga sukses di Jakarta seperti waktu di Bandung dulu.

" Hei! " sapa Jeje saat aku masuk kelas.

" Hei..." balasku sambil mengambil bangku di sampingnya.

" Selamat pagiiii..." tiba-tiba suara nyaring muncul di dalam kelas. Aku langsung menutup telinga saking melengkingnya sumber suara itu.

" Aduuhh Heidy, bisa gak sih gak usah pake teriak-teriak segala? " protes Jeje yang juga menutup telinga.

" Aduh, Jeje, sejak kapan seorang Heidy Mahendra gak teriak kalo ngomong? Itu udah bawaan orok kali." balas cewek itu membela diri. Seorang cewek yang sedikit pendek dariku, putih, rambut panjang dan dikeriwil-keriwil, wajahnya dipoles make-up yang jelas terlihat, datang menghampiri kami.

Angel From GodWhere stories live. Discover now