Part 22 - Cemburu

714 17 0
                                    

Mata kuliah hari ini benar-benar membosankan. Aku harus menahan kantuk berkali-kali saking bosannya. Jeje juga merasakan hal yang sama. Beberapa kali kami saling bertatapan dan memngingatkan agar tidak tertidur di kelas.

" Baik, sampai disini dulu kuliah kita hari ini. Minggu depan kita sambung." kalimat penutup dari dosen itu menjadi mood booster. Aku dan Jeje yang tadinya mengantuk langsung melek ketika dosen itu mengakhiri kuliah pagi ini. Kami pun berjalan keluar kelas dan menuju kantin untuk sarapan.

" Lex, gimana keadaan nyokap Mexi? "tanya Jeje membuka pembicaraan.

" Alhamdulillah, Je, udah baikan. Malah hari ini rencananya mau pulang."

" Oh ya? Haaahhh...Syukurlah kalo gitu. Setelah di rawat berminggu-minggu akhirnya nyokapnya sembuh juga ya."

" Iya, gue juga seneng banget. Akhirnya semua doa dan penantian Mexi dan keluarganya terjawab sudah."

" Hmmm...Oh iya, gue mau pindahan kontrakan nih." kata Jeje mengganti topik pembicaraan. Jeje memang bukan asli dari kota Jakarta. Jeje berasal dari Yogyakarta, semua keluarganya berada disana. Jeje kuliah di Jakarta dan hidup sendiri dengan mengontrak rumah. Dia terlatih untuk menjadi anak yang mandiri walaupun dia seorang eewek. Terkadang aku merasa malu pada diriku sendiri. Aku yang sering ditinggal Papa dan Mama di rumah sendiri saja sudah banyak protes. Sementara Jeje yang harus hidup dan tinggal sendiri di Jakarta demi meraih masa depan, tidak pernah mengeluh sedikit pun.

" Oh ya? Kemana? " tanyaku ingin tahu.

" Belum tau sih. Tapi, yang pasti gue bakal pindah."

" Emang kenapa, Je? "

" Gue males lihat ibu kontrakan gue. Bawelnya ngalah-ngalahin nenek gue di kampung tahu gak? "

" Bawel gimana? Lo nya kali yang bandel."

" Bandel apa sih, Lex? Gue cuma pulang ke kontrakan jam sebelas malam aja udah diomelin sama dia, padahal kan gue ngerjain tugas dari dokter Ayu. Gue juga udah jelasin sama ibu kontrakan, tapi tetap aja dia gak percaya. Kalo sekali dua kali mah gak papa gue bisa terima. Tapi ini udah berkali-kali gue diomelin sama dia cuma karena masalah jam pulng doank. Haahhh..." kata Jeje panjang lebr lalu menghela nafas panjang. Aku hanya tersenyum mendengar cerita sahabatku itu.

" Eh, gimana kalo lo tinggal di rumah gue aja? " tanyaku menawarkan.

" Hah? Enggak, enggak. Rumah lo pasti gede, mana gue sanggup bayar kontrakannya."

" Ck, ya ampun Je...Siapa yang nyuruh lo bayar? "

" Maksud lo? "

" Lo tinggal di rumah gue tanpa bayaran, gratis. Gue sendirian di rumah, bokap nyokap sering pergi keluar kota atau keluar negeri buat ngurusin bisnis. Jdi, gue kesepian tinggal sendirian di rumh. Lo temenin gue ya, ya, ya..." pintaku dengan wajah memelas.

" Lex, bukannya gue gak tahu diri nih ya. Makasih banget lo udah baik banget nawarin gue tinggal gratis di rumah lo. Tapi, gue juga masih punya otak kali. Masa tinggal gratisan sih di rumah orang? Ini bukan cuma untuk seminggu atau dua minggu, Lex, tapi bertahun-tahun sampai kita selesai kuliah nanti."

" Iya, gue tahu. Gak papa lo tinggal selama apapun di rumah gue. Yang penting gue ada temennya di rumah. Ntar gue bilang nyokap bokap gue deh. Pasti mereka ngizinin karena gue jadi ada temen di rumah. Ya? " pintaku lagi. Jeje menghela nafas panjang melihat sikapku yang memelas.

" Yaudah deh ntar gue pikirin dulu."

" Udah, gak usah pake mikir-mikir segala. Pokoknya lo packing semua barang-barang lo secepatnya terus lo pindah deh ke rumah gue. Kalo perlu dalam minggu ini juga lebih baik."

Angel From GodWhere stories live. Discover now