BAGIAN 3

469 83 3
                                    

Aku mengira aku akan mati sekarang, tetapi tidak. Ada sosok yang menyelamatkanku. Namun dia menghilang.

Jennie terbatuk-batuk mengeluarkan air kolam yang sempat ia telan saat tenggelam. Jennie memegang dadanya yang sakit akibat menghirup air. Ia kini tengah duduk sedikit menjauh dari tepian kolam, karena ia yakin hantu itu masih disana.

Rambut dan seragamnya basah. Sudut bibirnya yang terluka dan bekas tamparan Irene terasa perih. Pergelangan kakinyapun merah dan lecet akibat perlakuan hantu kolam renang itu.

Jennie tiba-tiba teringat sosok yang menyelamatkannya. Sekarang hal terpenting dipikiran Jennie adalah menemukan sosok penyelamatnya. Bagi Jennie menyelesaikan urusan dengan hantu air kolam renang itu tidak penting.

Jennie melihat sekitar ruangan kolam renang itu, kepalanya menoleh kekanan dan kekiri untuk mencari sosok itu. Tanpa Jennie sadari, ia sedari tadi ditatap oleh sosok pemuda tampan yang duduk di besi langit-langit ruangan itu. Ia menatap Jennie tanpa ekspresi.

Jennie mencoba berdiri walaupun ia sangat lemah.

"Aku tahu kau ada disini, kumohon keluarlah" Suara Jennie memenuhi ruangan itu. Ia berharap sosok yang menyelamatkannya muncul.

"Kenapa kau tidak keluar? Aku yakin kau ada disini." Jennie berjalan lemah mengitari tepian kolam.

"Kau menyelamatkanku, setidaknya biarkan aku berterimakasih bukan?" Jennie masih berjalan. "Mengapa kau tidak muncul !" Jennie mulai terisak. "Kau menginginkan aku tidak mati, mengapa? Kau tahu? Dunia ini membenciku, aku harus mati!" Jennie menangis kencang.

"Tidak ada satupun yang menginginkanku, aku sangat berdosa, aku pantas dibenci... mengapa kau menyelamatkanku, lalu kau pergi begitu saja." Jennie terduduk dan menangis.

"Ini menyiksa."

Sosok itu masih diam tanpa ekspresi masih melihat kearah Jennie.

"Apakah aku harus diambang kematian agar kau muncul dan menyelamatkanku?" Jennie melihat ke segala arah. "Jika itu yang kau lakukan maka aku akan mencoba bunuh diri lagi, tetapi aku tidak sudi mati ditangan hantu rendahan itu."

Jennie berjalan cepat, ia mengambil tasnya dan berlari kearah luar ruangan. Jennie berlari keatas gedung sekolah. Tangga demi tangga ia naiki. Sampailah ia ke tempat dimana ia ingin bunuh diri terakhir kali. Ia memanjat pagar itu. Malam yang dingin itu begitu menusuk kulitnya dengan seragamnya yang basah.

"Jika kau ada disini ingin menyelamatkanku, hapus niat mu itu. Kau tidak mengenalku, aku adalah manusia yang tidak pantas hidup! Ini semua hukuman untukku! Bagaimana bisa kau terus menyelamatkanku, kau ingin aku menikmati kepahitan ini?" Air mata Jennie mengalir deras.

"Dunia ini sudah gila! Aku hidup penuh dengan karma perbuatanku."

Jennie kemudian melihat kearah bawah gedung sekolahnya yang tinggi, ia memejamkan matanya. Ia membaringkan tubuhnya diudara, namun dengan cepat tangan yang terasa dingin menggapainya. Ia terjatuh kepelukan sosok itu.

Jennie melebarkan matanya tidak percaya. Ia melihat sosok pemuda itu lagi, pemuda yang telah menyelamatkannya.

Pemuda itu terdiam menatap Jennie.

"Jangan mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan mati.. Jennie." Ucap pemuda itu.

Study on Regret | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang