BAGIAN 8

340 66 1
                                    

Aku sudah hampir mati berkali-kali. Sampai saat ini aku tidak tahu alasan hantu-hantu itu tidak hanya sekedar menghantuiku. Mereka ingin membunuhku. Mengapa? Apakah ini sebagai penebusanku? 

Aku tidak mau selalu hidup seperti ini. Aku tidak sudi mati ditangan hantu-hantu itu.

Jennie tenggelam dalam pikirannya. Ia sama sekali tidak memperhatikan gurunya yang tengah mengajar dikelas malam. Jaehyun sedari tadi diam-diam memperhatikannya. 

"Untuk tugas membuat klipping berisikan news atau berita-berita dari koran ibu akan membentuk kelompok."

Ibu guru di depanpun mulai menyebutkan daftar kelompok yang berisi 4 orang. Hingga tiba kelompok Jaehyun.

"Jaehyun, Sofia, Yeri dan Jennie."

Jennie yang mendengar namanya disebutpun tidak menunjukkan ekspresi apapun. Irene kemudian memandang kearah Yeri kesal. Yeri hanya mengedikkan bahunya.

"Kita sekelompok Jen." Jaehyun tersenyum sumringah. Jennie hanya memandangnya malas.

Kelas malampun sudah usai. Sofia datang kearah kursi Jaehyun.

"Jaehyun aku tidak bisa ikut mengerjakan itu bersama kalian.." Ia berbicara sambil sesekali menatap ngeri kearah Jennie yang memasukkan buku-bukunya. "Seminggu ini aku sibuk mengikuti les tambahan dari orang tuaku."

"Baiklah tidak apa-apa." Jaehyun membalasnya dengan senyuman. Jaehyun sebenarnya tahu jika dia menghindari Jennie. 

"Baiklah terimakasih sudah mengerti." Sofia pun pergi meninggalkan Jaehyun.

Jaehyun segera berdiri menghampiri Jennie.

"Boleh aku minta nomormu aku akan menambahkanmu di grup."

"Aku tidak berminat." Jennie melintasi Jaehyun.

***

Jennie saat ini tengah menikmati udara malam di rooftop sekolah. Disinilah masa lalu yang kejam itu hadir dikehidupannya. Hampir setiap hari setelah kelas malam Jennie singgah untuk mengingat kenangan menyakitkan itu. Setelah ia mengingat kenangan menyakitkan itu ia akan menimbang-nimbang tentang rencana bunuh dirinya. 

Anehnya tidak ada hantu yang mengganggunya disini kecuali pemuda itu, Taehyung. Ia bingung harus mendeskripsikan Taehyung sebagai apa, karena tidak ada hantu yang bisa bertingkah seperti itu terhadap manusia. Ia bahkan mengingat bagaimana Taehyung bisa memeluknya. Jennie kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan ingatan itu.

Tiba-tiba handphone Jennie berdering. Ia melihat notif pesan. 

Jaehyun [besok kerja kelompok di cafe depan sekolah jam 3 sore]

Yeri [aku tidak akan datang, kalian saja yang mengerjakan.]

                                          Jennie meninggalkan grup

"Dasar aneh dia bahkan dapat nomorku." Batin Jennie. Jennie lalu memasukkan handphone nya kesaku. Ia menghembuskan nafasnya.

Tiba-tiba sosok bayangan hitam muncul membentuk wujud manusia. Ia berjalan mendekati Jennie yang berdiri ditepian pagar rooftop itu. Jennie melihat kearahnya kemudian menatap lurus kedepan.

"Saat ini aku tidak ingin bunuh diri." Ucap Jennie datar.

Taehyung menoleh heran kearah Jennie.

"Ku kira kau datang hanya disaat aku akan mengakhiri hidupku." Jennie berbicara tanpa menatap Taehyung.

"Awalnya aku berpikiran seperti itu." Taehyung menjawab sambil menatap pemandangan dari atas rooftop.

"Apa maksudmu?" Jennie menghadap kearahnya.

"Tidak hanya pikiranku saja."

"Kau sebenarnya apa?"

"Kau tidak perlu tahu." Jawab Taehyung singkat.

"Lalu apa kau tahu aku?" Jennie menunjuk kearah dirinya. Taehyung terkekeh melihat Jennie.

Bagaimana dia bisa tertawa. Makhluk aneh.

"Kau jelas manusia." Taehyung sedikit menggosok ujung hidungnya menggunakan punggung tangannya.

Jennie memutar bola matanya. Raut wajahnya kesal.

"Maksudku, apa kau tahu tentangku?"

Ekspresi Taehyung berubah. Tubuhnya sedikit menegang. Ia menghadap lurus kearah Jennie. Saat ini mereka saling berpandangan.

"Ya." Taehyung menatap dalam mata Jennie. "Aku sangat tahu tentangmu Jennie."

"Jadi kau tahu kejahatan yang pernah kuperbuat ya?" Jennie tersenyum miring.

Taehyung menatap Jennie seakan mengisyaratkan ia memang benar-benar tahu.

"Kenapa kau tidak membiarkan penjahat sepertiku mati?" 

"Kurasa aku bisa membantumu memperbaiki semuanya." 

Jennie melebarkan matanya setelah mendengar ucapan Taehyung. Taehyung benar-benar memperjuangkan hidupnya. Haruskah ia memperbaiki hidupnya? dan mempercayai pemuda itu?

Malam yang dingin itu menjadi saksi bisu atas kesunyian yang secara tiba-tiba tercipta antara Jennie dan Taehyung. Mereka berdua tenggelam dalam pikirannya masing-masing. 

Study on Regret | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang