BAGIAN 11

363 54 4
                                    

Jennie sedang berdiri tepat dihadapan kolam renang yang berada didalam gedung sekolahnya. Air kolam itu terlihat bergelombang kecil. Jennie memandang lurus ke arah kolam itu. Pantulan cahaya dari air kolam itu mengenai wajahnya. Hoodie hitam yang ia gunakan kini ia lepaskan. Ia mengikat ponytail rambutnya yang semula tergerai panjang. Ia melepas kedua sepatunya. Ia berjalan mengitari kolam itu sambil memandangi air yang mulai bergerak tak tenang. 

Kau mulai datang.

Taehyung mulai menampakkan dirinya. Arah bola mata Jennie bergerak pelan menuju kearah Taehyung, ia memandanginya. Kini mereka berseberangan. Taehyung mengikuti arah pandang Jennie, ia sedikit membuka bibir tipisnya. Apa yang tepat di depan mata Taehyung saat ini ialah Jennie yang tampak berbeda. Jennie yang penuh keyakinan.

***

Dua hari sebelumnya

Kursi yang biasa diduduki gadis itu tampak kosong. Jaehyun sesekali melihat kearah kursi kosong itu. Ia menggigit ujung pulpennya. Jennie benar-benar tidak masuk hari ini. Bahkan kelas malam yang saat ini ia ikutipun tidak ada. Jaehyun tampak gelisah memikirkan keadaan Jennie. Ia ingat dengan pasti jika semalam adalah insiden kolam renang. 

Ia tenggelam dalam pikirannya. Bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Apakah ia sakit? Namun ada satu hal yang sangat mengganggu pikiran Jaehyun, sesuatu yang menarik Jennie kepermukaan. Ia tidak bisa memastikan apa itu, tidak mungkin jika Jennie mengapung dengan sendirinya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Jaehyun segera memasukkan buku-bukunya kedalam tasnya. Ia cepat-cepat menghampiri Irene yang saat ini sedang bercermin dan merapikan rambutnya. 

"Aku ingin bicara." ketus Jaehyun lalu berjalan kearah luar kelas.

Irene menutup mulutnya malu-malu. Wajah Yeri dan Rose tampak menggoda Irene. Irene pun berdiri sambil merapikan seragamnya dan berjalan mengikuti Jaehyun.

Kini mereka berdua berhadapan berada dilorong dekat tangga turun. Irene tersenyum malu-malu sambil menyisir rambutnya kebelakang telinga. 

"Aku tahu apa yang kau perbuat pada Jennie." Jaehyun menatap benci Irene.

Senyum Irene memudar. Raut wajahnya berubah kesal. Apa yang ia harapkan bukanlah percakapan tentang Jennie.

"Ia pantas mendapatkannya." Irene melipat tangannya di dada.

Satu tinjuan lolos tepat mengenai dinding disebelah kepala Irene. Jaehyun menatap dalam mata Irene, ia menatap dengan penuh emosi.

"Kenapa kau sampai melukainya?" Ucap Jaehyun.

"Aku tidak melukainya. Kami hanya mendorongnya." Jawab Irene santai dengan sedikit senyuman mengejek andalannya.

Jaehyun mengerutkan dahinya.

"Jangan berbohong!" Jaehyun mulai tersulut emosi.

"Untuk apa aku berbohong?" Irene memutar bola matanya. 

"Aku tidak segan-segan melaporkanmu." 

Tidak ada ketakutan diwajah Irene, ia balas menatap Jaehyun dengan percaya diri.

"Laporkan saja, tidak ada disekolah ini yang berani mengurusi pembunuh itu." Irene menyunggingkan senyumnya.

Kepalan tangan Jaehyun mengendur. 

"Apa maksudmu?"

"Dia, Jennie adalah seorang pem-bu-nuh." Penekanan itu ada disetiap kalimat Irene. 

Seketika Jaehyun membeku.

"Kau membuang waktuku minggir." Irene pergi meninggalkan Jaehyun.

***

Jennie melipat tangannya dan bersandar pada pagar pembatas di rooftop sekolah, tempat favoritnya. Tempat segala kenangan buruk tersimpan. Tempat semua kesedihan dan penyesalan itu ada. Dinginnya angin malam yang menusuk tulang dan pemandangan kota saat malam hari sedikit menghiburnya. Ia sungguh lelah hari ini. 

Sekelebat bayangan hitam muncul. Ia berdiri tepat disamping Jennie. Ia hanya diam melihat Jennie yang sesekali memejamkan matanya. Ia tahu Jennie kemana hari ini, ia tahu apa yang dilakukan Jennie. Taehyung selalu mengawasinya diam-diam. 

"Aku begitu menyedihkan bukan?" Jennie berbicara tanpa melihat kearah Taehyung.

Taehyung tidak berniat menjawab. Mungkin ini situasi yang mengharuskannya untuk tetap diam dan tetap mendengarkan gadis itu.

"Tebak, aku kemana hari ini?" Ucap Jennie tersenyum pedih.

"Aku menemui dia, dia salah satu yang mengingatkan kesalahan besar yang pernah aku perbuat."

"Aku pikir.. dia akan." Nafasnya tiba-tiba tercekat. "Mati hari ini." Jennie lalu menghadap kearah Taehyung.

Taehyung memperhatikan Jennie, raut yang Jennie tunjukkan seakan-akan menunjukkan kepedihan yang amat mendalam.

"Aku telah membu.." Sebelum Jennie melanjutkan kata-katanya Taehyung langsung mendekap Jennie. Jennie terkejut akibat perlakuan Taehyung.

"Cukup Jennie.. Jangan salahkan dirimu." Ucap Taehyung. 

Tiba-tiba badan Jennie bergetar, ia menangis didekapan Taehyung. Ini adalah kali kedua ia menangis dalam dekapan Taehyung. Ia menumpahkan segalanya dalam tangisnya.

"Kau harus menghadapinya Jennie." Ucap Taehyung lembut sambil menepuk punggung Jennie pelan.

Entah mengapa malam yang dingin ini mulai terasa hangat.



Study on Regret | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang