BAGIAN 12

245 39 6
                                    

Dalam hitungan detik pelukan hangat dan menenangkan itu ikut seketika menghilang, hembusan hilangnya Taehyung itu menerbangkan beberapa anak rambut Jennie. Seseorang yang mula-mula terhenti langkahnya melanjutkannya mendekati Jennie. 

"Jen.." Jaehyun berdiri tepat disamping Jennie. 

Apa yang barusan aku lihat, kenapa hembusan angin itu tiba-tiba didekat Jennie. 

Beribu-ribu prasangka dan pertanyaan ada dalam benaknya. Namun ketika ia melihat wajah Jennie, ia tak sanggup mengutarakannya. Jaehyun melepas Jaket yang dikenakannya dan mengenakannya ke tubuh Jennie. Tangan Jennie menepis tangan Jaehyun, namun ia tidak perduli.

"Udara malam tidak baik untukmu, jangan menolak. Ingat aku temanmu." Rasa getir saat ia mengatakan teman kepada Jennie, karena prasangka yang ia pikirkan ia tahu itu benar.

Namun ia berjanji dalam hatinya, ia tidak mau meninggalkan Jennie apapun yang terjadi.

***

Satu hari sebelum kejadian

Jennie membolos lagi. Kini ditangannya sudah ada bunga anyelir pink. Alat monitor jantung itu terus berdetak pelan beraturan. Jennie berdiri disamping kasur dalam ruangan vip itu. Ia memandangi gadis yang tengah terbaring dengan alat bantu oksigen dengan ekspresi menyesal.

"Kau selemah ini..."  Ucap Jennie dalam hati "Bangunlah, balas aku sekarang"

Tangan Jennie bergetar, ia meletakkan bunga anyelir itu di meja tepat di samping kasur gadis itu terbaring. 

"Caramu membalasku dengan keadaanmu seperti ini sangat tidak baik, Jisoo.."

Jennie berjalan keluar dari ruangan vip rumah sakit itu. Jennie berpapasan dengan laki-laki paruh baya namun masih terlihat gagah dengan setelan baju kantor yang rapi. Ia hanya diam memandangi Jennie. Jennie berpura-pura tidak memandanginya dan berjalan melaluinya begitu saja.

Jennie kini didepan rumah sakit, ia berhenti melangkahkan kakinya. Ia melihat seseorang berseragam sekolah sepertinya, membelakanginya. Pemuda itu berbalik, ia adalah Jaehyun. Jennie mematung tanpa berekspresi memandang Jaehyun.

Kini mereka sama-sama dalam kebisuan. Mereka berdua kini berada diseberang jalan. Lampu lalu lintas tanda berjalan sudah menyala. Orang-orang melalui mereka, namun Jennie tidak berjalan begitu pula Jaehyun.

"Kenapa kau membolos lagi Jennie." Jaehyun memecah keheningan.

Jennie hanya diam dan tidak memperdulikan perkataan Jaehyun. Ia hendak menyebrang jalan didetik-detik lampu berubah hijau. Jaehyun menarik lengan Jennie. Jennie menghadap ke arah Jaehyun. Jennie berjalan satu langkah mendekati Jaehyun. Jaehyun terkejut dan mengedip-ngedipkan matanya. Namun beberapa saat Jaehyun tersadar, mata Jennie sedang berkaca-kaca. 

"Cukup Jaehyun."

"Apakah aku harus memperjelas sesuatu padamu?" lanjut Jennie dengan getir.

Jaehyun tersentak. Beberapa saat ia terdiam, namun ia segera merangkul Jennie. Bulir air mata Jennie menetes. 

"Jangan jelaskan apapun. Aku tetap bersamamu apapun yang terjadi... karena aku temanmu." Jaehyun mengusap punggung Jennie pelan, walau Jennie tidak membalas rangkulan itu. 

***

Jaehyun memperhatikan ruangan yang bersih dan tertata rapi. Ia tidak menyangka Jennie yang sering tampak terluka adalah orang yang rapi dan sangat minimalis. 

Jaehyun sesekali memanyunkan bibirnya canggung. Jennie memberikan sebotol air putih kepada jaehyun yang duduk di depan meja belajarnya. 

"ini pun sudah cukup." Jaehyun tersenyum sambil mengambil botol itu dari genggaman Jennie. Maksud dari hati Jaehyun ingin mencairkan suasana, namun Jennie tampak tak tertarik.  Jennie hanya memandangnya sekilas kemudian duduk dikasurnya sambil melepaskan kaus kakinya.

"Bagaimana lukamu apa kau ingin mengganti perbannya? Mari kubantu." Jaehyun sudah cukup banyak bicara, dengan Jennie yang hanya diam saja dari tadi. Jaehyun mendekati Jennie, duduk disebelah Jennie.

"Tidak perlu, bukankah kau harus pergi sekarang." Jennie akhirnya berbicara. "Aku tidak bermaksud mengusirmu, tapi kau tahu bukan."

"Tetapi kondisimu sepertinya tidak kelihatan baik... mmm.." Jaehyun memandang kearah lain.

"Aku sudah biasa kelihatan tidak baik, dan aku memang selalu dalam keadaan tidak baik. Kau pulang saja."

"Aku akan tidur di bawah."

Tiba-tiba jendela kamar Jennie terhempas tertiup angin. Membuat Jaehyun sedikit tersentak. 

"Aku tidak mau terlibat masalah, kau pulanglah sekarang." Jennie menarik lengan baju Jaehyun dan menyeretnya keluar. Jaehyun pun berjalan pergi, sambil melambaikan tangannya ke Jennie.

"Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku."

Jennie langsung masuk ke kamar asramanya dan menutup pintunya. Ia bersandar dipintu sambil melipat kedua tangannya didada.

"Hei pria angin, apa kau marah?"

tepat Jennie berkata seperti itu, Taehyung muncul sambil menatap tajam dan menunjukkan raut wajah marah ke arah Jennie. 

"Pria angin maksudmu?" Taehyung berjalan mendekati Jennie. 

Entah apa yang dilihat Jennie sekarang malah membuat Jennie tersenyum geli.

Jennie mulai tersenyum?







Hai readers, udah lama banget aku ga up karena lagi ada kesibukan. Kangen banget nulis lagi, semoga kalian puas dan suka ya. Jangan lupaa vote dan komen biar aku makin tambah semangat. Love uu guys ~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Study on Regret | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang