BAGIAN 2

602 89 7
                                    

Tubuh Jennie berada diudara, namun suara itu muncul.

"Jangan mati."

"Jangan mati."

Jenniepun tersadar dan melihat langit-langit kamar asramanya. Nafas Jennie terengah-engah. Ia mengerutkan dahinya berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Jennie duduk perlahan.

Apakah aku bermimpi bunuh diri? Jika ya seharusnya aku melakukannya. Tapi ada apa dengan suara itu.

Iapun berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Ia mengingat pemuda itu. Pemuda yang menahannya saat ia ingin menjatuhkan tubuhnya dari balkon gedung sekolahnya. Jennie menoleh disekitar kamarnya. Tidak ada siapapun. 

"Jika kau ada disini, kumohon keluarlah." 

Jennie bangkit dari kasurnya, ia membuka tirai jendelanya kuat. Namun tidak ada sosok yang ia cari. Hari sudah malam, ia menatap keluar jendela dengan tatapan sendu. Air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya.

***

Tradisi disekolah Jennie adalah dibukanya kelas malam bagi siswa-siswi elit, termasuk Jennie.  Jennie bersiap dengan seragam sekolahnya, dengan rambut yang ia biarkan tergerai. 

Jennie duduk dibangkunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie duduk dibangkunya. Bangkunya terletak pojok disamping jendela. Selama pelajaran Jennie hanya melamun, memikirkan kejadian terakhir yang ia alami. Raut wajah pemuda itu masih terbayang jelas dibenaknya. 

Setelah pelajaran usai Jennie mengemaskan bukunya kedalam tas. Bukunya yang berada diatas meja diseret hingga jatuh oleh seseorang. Jennie tahu ini perbuatan salah satu siswi yang paling membencinya, Irene. Jennie tidak menoleh dan berusaha mengambil bukunya dibawah. Namun buku itu diinjak. Jennie menarik buku itu kuat hingga sampulnya robek. 

"Heh, kau masih sama Jennie Kim." Tegur Irene dengan tatapan menghina sembari melipat tangannya didada.

Jennie tidak menggubrisnya, ia bangkit dari kursinya dan berjalan melalui Irene. Irenepun kesal, ia kemudian menjambak rambut Jennie. Jennie menatap irene tanpa ekspresi. Ia menggenggam tangan irene kuat.

"Ahkk ! lepaskan." Teriak Irene masih menjambak tangan Jennie. 

Siswa-siswa lain hanya menonton mereka, dan tidak ada yang berani melerai. Irene kemudian memegang pergelangan tangannya yang sakit. 

"Kau berani sekali melawan Irene, kau tahu kau sudah tidak ada kuasa disini !" Sahut Rose teman satu geng Irene.

"Itu benar.." Irene mendorong bahu Jennie berkali-kali. "Kau bukan siapa-siapa lagi, dan kau bukan bagian dari kami, gadis jahat, pembunuh !"

Tepat Irene mengatakan pembunuh Jennie menamparnya dengan emosi yang terlihat dari matanya. Irene yang shock kemudian mendorongnya kuat hingga Jennie terjatuh dan membentur meja. Irene memberikan aba-aba kepada Rose dan Yeri agar memegang kedua tangan Jennie, mereka membawanya berdiri berhadapan dengan Irene.

"Kau tahu, jika kau menamparku sekali maka aku akan menamparmu berkali-kali." Dilanjutkan oleh senyum sinis Irene. Kemudian ia menampar Jennie berkali-kali hingga pipi Jennie memar dan ketika ia menamparnya bibir Jennie mengeluarkan darah.

"Ups, sorry." Kemudian Irene menggerakkan tangannya dengan gerakan mengibas. Yeri dan Rosepun melepaskan tangan Jennie. Mereka meninggalkan Jennie yang masih terdiam.

Mata Jennie memerah menahan air mata. Hatinya sakit. Ia kemudian mengambil tasnya dan berjalan cepat, ia kemudian berlari. Ia menuju kolam renang sekolah. Ia duduk memeluk lututnya ditepi kolam. Ia menangis terisak, sambil menatap pantulan dirinya di kolam. Tiba-tiba tangan pucat keluar dari kolam memegang kedua pergelangan kakinya, dan menyeretnya kedalam kolam.

Jennie tenggelam kemudian timbul kepermukaan namun ia kembali tenggelam akibat ditarik oleh sesuatu. Penglihatan kaburnya menatap sosok berambut panjang dengan wajah pucat menyeringai lebar dengan mulut robek hingga ketelinganya. Jennie melebarkan matanya, ia berusaha berenang kepermukaan. Ia hanya sempat bernafas singkat dan kemudian ditarik kembali. 

Kesadarannya mulai hilang.

Mungkin ini akhir hidupku, mati karena tenggelam disini karena sosok yang bahkan orang tak melihatnya. Tepat Jennie pasrah akan hidupnya. Ada sosok menggapai tangannya.

Study on Regret | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang