"And the last, for my fans, for all my international fans, because of you guys. Because of you believing in me so I could be here tonight, winning this greatest award for this year."
"I'm so thankful--"
Seulgi langsung mematikan televisi itu dengan tiba - tiba saat dirinya baru saja membaringkan tubuhnya di sofa ruang keluarga rumahnya di Ansan.
Yeji merenggut kesal karena sedang fokus melihat acara Korean Music Awards yang berlangsung di awal bulan satu tahun sekali itu.
"Yya! Unnie!"
Seulgi menyembunyikan remotnya di bawah tubuhnya yang sekarang sudah telungkup.
"Unnie!!!"
"Kau diam saja, sana cepat tidur," suruh Seulgi tak peduli akan kekesalan adiknya.
"Tanggung! Wendy unnie memenangkan Daesang!" serunya sekarang sudah mencoba merebut remote yang Seulgi sembunyikan.
"Aish!" Yeji segera menyalakan lagi televisi itu.
"Ah Irene sunbae? Irene unnie, Ya dia selalu di sana untuk mendukungku," jawabnya atas pertanyaan MC.
Begitulah perkataan yang terdengar jelas oleh Seulgi yang sedari tadi tak bisa menutup matanya untuk menyelami alam mimpi itu.
Dia tak ingin melihatnya, dia tak ingin melihat wanita yang telah memiliki wanitanya.
Sementara itu, Yeji langsung tersenyum kembali melihat penyanyi favoritnya itu.
"Dia sosok yang luar biasa, kau tahu."
Wendy, penyanyi yang dua tahun ini karirnya melejit naik itu tengah berbicara dengan MC sembari di kedua tangannya memegang award dan buket bunga.
"Ya, dia memang seorang dewi Korea," MC itu menanggapi.
Wendy mengangguk - angguk sependapat dengan MC itu.
"Sekali lagi, terimakasih untuk semua orang yang selalu mendukungku," Wendy melambaikan tangannya ke arah kamera dan sedikit membungkuk.
Setelah itu Wendy meninggalkan panggungnya.
Seulgi terusik lagi mendengar Yeji yang bertepuk tangan seperti dirinya tengah berada di sana.
"Yokshii, Wendy unnie jjang!"
"Shut up! Yeji~ah."
Yeji segera melempar remot itu pada Seulgi.
Seulgi langsung meringis, "Yya! Appo!" Seulgi mengelus - elus punggungnya yang terkena lemparannya.
Yeji segera beranjak dari duduknya untuk segera masuk ke kamarnya.
"Rasakan! Siapa suruh menggangguku!"
"Sana kembali ke Seoul!" serunya segera berlari setelah itu menaiki tangga takut - takut unnienya itu akan mengejarnya.
"Yya! Yeji! Unnie benar - benar tak akan membiarkanmu bertemu dengan penyanyi kesukaanmu itu!"
"I don't care! Aku akan meminta Joohyun unnie!" Yeji menyembulkan kepalanya di dinding pembatas tangga.
Mereka saling menatap tajam.
"Kang Yeji? Kang Seulgi? Jangan berisik, ini sudah malam," pria paruh baya keluar dari arah dapur dan menatap kedua putrinya itu dengan tatapan memerintahnya.
Yeji langsung berlari lagi ke atas, sedangkan Seulgi memilih untuk tidur di sofa malam itu.
Beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya, namun sepertinya Suelgi akan melewati ulang tahun terburuknya tahun ini.
Dia melirik ponsel yang sedari tadi menyala, menunjukan ada pesan masuk. Dia juga membagikan getaran ponselnya, dia tak ingin mengangkat panggilan itu.
Sepertinya Irene sedang mencarinya untuk mengetahui kondisi terbaru Seulgi karena pesan terkahir yang Seulgi kirim adalah tentang dia yang merasa sedang sakit dan memilih untuk sementara waktu tinggal di Ansan dibandingkan di apartemennya sendiri di Seoul.
Lagi - lagi Seulgi hanya bisa lari ketika hatinya terasa sakit. Dia tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.
Kalau saja, Seulgi bisa mengatakannya mungkin dia merasa akan sedikit lebih lega meskipun dia tahu mungkin Irene akan menolak perasaannya.
Bersembunyi seperti ini membuatnya merasa tak akan pernah menemukan ujungnya.
Dia berada di ambang batas antara berjuang atau melupakannya.
Seulgi belum bisa memutuskan akan memilih jalan yang mana.
"Kedekatanku dengan Wendy?"
"Tentu, semua orang tahu, aku berteman baik dengannya, kami sangat dekat."
"Aku bahkan telah mengenalnya sejak saat dia masih trainee. Dia trainee yang populer di agensiku. Bahkan, aku yang bukan penyanyi pun, bisa mengetahuinya."
Seulgi memang sedang membuka laptopnya, dia melihat wawancara terkahir Irene dengan brand ternama yang menjadikan dirinya sebagai brand ambassador-nya.
Ini mungkin akan menyakitinya, namun Seulgi tak kuasa menahan rindu untuk tak melihat wanita cantik itu.
"Aku ikut senang dengan beberapa pencapaiannya akhir - akhir ini. Dia telah berusaha dengan keras dan aku pun selalu di sana untuk mendukungnya."
"Dia mengucapkan terimakasih khusus untukku saat dia menerima award?" tanya Irene tertawa kecil setelah mendengar pertanyaan itu.
"Ya, aku mengetahuinya karena aku melihat acaranya, aku senang bisa menjadi seseorang yang berarti untuknya," jawabnya.
Sepertinya seluruh dunia belum mengetahui bahwa antara keduanya ada hubungan spesial yang lebih dari seorang teman.
Dan Irene, dia pun belum berbicara menyinggung tentang hal itu pada Seulgi.
Hah, apa dia juga mencoba menyembunyikannya dariku?
"Pesanku untuk Wendy?"
"Ah, aku selalu ingin mengatakan kepadanya bahwa dia sudah melakukan yang terbaik."
"Ketika dia merasa sedih, ketika dia merasa bahwa ada hal yang mengganggu pikirannya, aku harap dia bisa mencariku dan membagi apa yang dia rasakan padaku."
"Aku selalu senang berbicara dengannya, kami akan saling bertukar pikiran dan itu rasanya luar biasa."
"Dia seseorang yang bisa aku andalkan, dan aku harap aku juga bisa menjadi seseorang yang selalu bisa dia andalkan."
"Aku menyayanginya."
Irene menutup perkataannya dengan senyuman manis. Sedangkan Seulgi, dia sudah menghapus kasar air mata yang kini tiba - tiba mengalir di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heather ✓
FanfictionCheck the sequel!! Completed! brighter than the blue sky, she's got you mesmerized while i die. Heather cr. 2021 saturnmoon_SR